Wednesday, December 08, 2010
2 Buku itu Memeras Air Mataku..
Haruku membuncah usai kedua buku karya Tere Liye itu usai ku baca. Bulan tenggelam diwajahmu dan juga Hafalan Shalat Delisa. Hmm.. sesak hatiku oleh bermacam-macam rasa. Yang paling besar kadarnya adalah rasa malu. Malu karena selama ini teramat sangat sok tahu menjudge Allah kadang tak adil. Ingin kuulas dua buku itu. Nanti. Tidak Sekarang. Karena saat ini aku hanya mau menikmati sensasi rasa ini dengan segala penerimaan.
Monday, December 06, 2010
Ku Takkan Berhenti Mengetuk pintuMu...
Satu pintu tertutup, seribu pintu terbuka. Kalimat luar biasa inilah yang menjadi pelampungku saat ini. Setelah kemarin terdepak dari seleksi berkas ADS, aku kini mengapung-ngapung dalam samudra mimpi-mimpi yang tertunda. Hampir saja tenggelam. Tetapi kalimat yang dilontarkan mace, pace, dan rekan2 yang kompak menyuarakan "Satu pintu tertutup, seribu pintu terbuka" itu menyelamatkanku. Meski masih belum tahu arah tujuan, setidaknya aku masih punya kesempatan untuk melihat peluang-peluang yang ada. Setidaknya aku masih dapat berfikir untuk kedepannya tanpa harus megap-megap tergulung ombak.
Begitulah, tidak semua apa yang kita ingini dapat kita dapatkan dengan mudahnya. Sebagian orang terlahir dengan anugrah tak terkira dari langit. Ibarat memiliki tuah dalam dirinya. Segala yang dikerjakannya dimudahkan olehNya. Mereka menjalankan hidupnya di jalan tol. Wussssss... mereka dapat melaju sekencang-kencangnya. Bebas hambatan. Sehingga kelihatannya mereka tak perlu usaha yang terlalu keras untuk menuju sukses. Setidaknya mereka tak perlu merangkak, tertaih mendulang sukses. Sebagian lagi terlahir dengan keadaan sebaliknya. Harus merangkak dulu, harus jatuh berkali-kali dulu baru bisa sukses. Tak jarang derai air mata menghiasi perjalanan hidupnya.
Aku tidak tahu berada dalam golongan yang mana. Mungkin saja diantara keduanya. Yah, karena terkadang keinginanku dijawab dengan sangat cepat, kadang harus menunggu lumayan lama. Entahlah ada digolongan mana aku ini. Jika mengingat surat dari ADS itu, mungkin saat ini aku termasuk dalam golongan kedua. Kali ini roda kehidupan tidak membawaku ke jalan tol itu. Apa mau dikata, itulah yang diinginiNya untuk saat ini. Aku tak paham maksud dan tujuanNya. Aku hanya harus percaya, percaya bahwa dia menyayangiku dan tahu segala yang terbaik untukku.
Tetapi rasa percaya itu tak mudah ditumbuhkan begitu saja. Bukakah kebanyakan manusia selalu saja merasa hidup ini kadang tak adil? Selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan tentang keadilanNya. Tentang kemahatahuanNya. Kebanyakan manusia, seperti juga aku, gagal berprasangka baik padaNya. Karena kita terlalu dangkal dalam menilai. Selalu menilai dari apa yang tampak diluar. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, bukan?? Untunglah aku tak terlalu lama dalam kabut ini. Dalam sedikit kekecewaan ini, Dia masih memberiku teman-teman pengibar semangat yang handal. Ada Ibu Ida yang selalu memberi support, ada K Rahma, yang selalu menyemangati sembari menunjukkan ku pintu-pintu lain untuk diketuk. Ada saudara-saudaraku, yang candaanya mujarab mengusir gulana.
Apa salahnya mencoba lagi??? Entah pada percobaan keberapakalinyakah kau akan menjawabku, Langit? Aku tak perduli, hanya kan berusaha. Dan aku tahu, aku tak sendiri...
Begitulah, tidak semua apa yang kita ingini dapat kita dapatkan dengan mudahnya. Sebagian orang terlahir dengan anugrah tak terkira dari langit. Ibarat memiliki tuah dalam dirinya. Segala yang dikerjakannya dimudahkan olehNya. Mereka menjalankan hidupnya di jalan tol. Wussssss... mereka dapat melaju sekencang-kencangnya. Bebas hambatan. Sehingga kelihatannya mereka tak perlu usaha yang terlalu keras untuk menuju sukses. Setidaknya mereka tak perlu merangkak, tertaih mendulang sukses. Sebagian lagi terlahir dengan keadaan sebaliknya. Harus merangkak dulu, harus jatuh berkali-kali dulu baru bisa sukses. Tak jarang derai air mata menghiasi perjalanan hidupnya.
Aku tidak tahu berada dalam golongan yang mana. Mungkin saja diantara keduanya. Yah, karena terkadang keinginanku dijawab dengan sangat cepat, kadang harus menunggu lumayan lama. Entahlah ada digolongan mana aku ini. Jika mengingat surat dari ADS itu, mungkin saat ini aku termasuk dalam golongan kedua. Kali ini roda kehidupan tidak membawaku ke jalan tol itu. Apa mau dikata, itulah yang diinginiNya untuk saat ini. Aku tak paham maksud dan tujuanNya. Aku hanya harus percaya, percaya bahwa dia menyayangiku dan tahu segala yang terbaik untukku.
Tetapi rasa percaya itu tak mudah ditumbuhkan begitu saja. Bukakah kebanyakan manusia selalu saja merasa hidup ini kadang tak adil? Selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan tentang keadilanNya. Tentang kemahatahuanNya. Kebanyakan manusia, seperti juga aku, gagal berprasangka baik padaNya. Karena kita terlalu dangkal dalam menilai. Selalu menilai dari apa yang tampak diluar. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, bukan?? Untunglah aku tak terlalu lama dalam kabut ini. Dalam sedikit kekecewaan ini, Dia masih memberiku teman-teman pengibar semangat yang handal. Ada Ibu Ida yang selalu memberi support, ada K Rahma, yang selalu menyemangati sembari menunjukkan ku pintu-pintu lain untuk diketuk. Ada saudara-saudaraku, yang candaanya mujarab mengusir gulana.
Apa salahnya mencoba lagi??? Entah pada percobaan keberapakalinyakah kau akan menjawabku, Langit? Aku tak perduli, hanya kan berusaha. Dan aku tahu, aku tak sendiri...
Saturday, December 04, 2010
Yang datang Amplop Kecil
Penantian selama kurang lebih 3 bulan berakhir sudah. Barusan tetanggaku mampir nitip surat dari pak pos yang nyasar ke rumahnya. Ayahku yang menerima. Sayup-sayup aku mendengar ada kata "surat" yang disebut-sebut. Tak lama kemudian, namaku dipanggil oleh ayah. Belum melihat surat itu, dalam hatiku telah tahu. Itu pasti dari ADS. Dan memang, itu dari ADS. Mataku terpaku menatap amplop itu. Kecil, tidak besar. Warnanya putih, bukan cokelat. Tipis, tidak tebal.
Kulihat wajah-wajah tanya disekelilingku. Wajah ayah, ibu, adik. Oh, tak perlu kuutarakan lewat kata-kata, lihatlah saja gurat diwajahku. Kalian akan tahu apa makna amplop kecil nan tipis yang berwarna putih ini. Kupandang sekilas langit yang berbingkai jendela, sebelum amplop itu kubawa ke kamar....
Kulihat wajah-wajah tanya disekelilingku. Wajah ayah, ibu, adik. Oh, tak perlu kuutarakan lewat kata-kata, lihatlah saja gurat diwajahku. Kalian akan tahu apa makna amplop kecil nan tipis yang berwarna putih ini. Kupandang sekilas langit yang berbingkai jendela, sebelum amplop itu kubawa ke kamar....
Wednesday, December 01, 2010
Tahukah bahwa binar di mata kalian itu mengusir lelahku?
Aku baru saja pulang ngajar privat buat dua ponakanku, Ivhal dan Uchy. Tadinya sebelum kerumahnya, rasa lelah sempat melanda. Ditambah lagi pikiran yang masih menanti dengan harap cemas pengumuman seleksi berkasnya ADS, membuatku nyaris mengirim sms buat k Umi, mamanya Ivhal untuk membatalkan privat malam ini. Tapi hal itu urung ku lakukan. Sekarang ini lagi musim semesteran. Sebagai orang yang seringkali mengaku profesional, aku mengusir lelah yang enggan pergi itu.
Ketika aku tiba, diteras, tempat kami biasa mengajar dan belajar, telah terhampar karpet, papan tulis mini, meja belajar lipat, dan setoples kue. Ketika kuucap salam, dari dalam ruma, terdengar langkah kaki mereka berlarian menyambutku. Dibelakangnya K umi tersenyum ramah padaku. Dan tahukah kalian, ponakanku sayang? Binar matamu mengeyahkan lelahku seketika itu juga. Menguap entah kemana.
Aku mulai dengan menanyakan pelajaran mereka hari ini dan mereka menjawab dengan begitu antusianya. Mereka bercerita bahwa merekalah yang teraktif dikelas. Mereka bercerita bahwa betapa senangnya tiap kali gurunya bertanya merekalah yang pertama kali unjuk jari. Serasa jadi Hermione, begitu kata mereka. Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Hmm ponakanku sayang, aku begitu senang mendengar suara kalian sahut menyahut berlomba memamerkan kebanggaan, aku senang karena kalian menganggap akulah yang berperan dibalik semua itu. rasa bangga itu begitu melenakanku, sayang. Menerbangkan ku ke langit. Betapa aku ingin terus mendengarnya. tetapi kalian tak sepenuhnya benar. Bukan aku yang ada dibali itu. Kalianlah yang mewujudkan itu semua. Semangat yang hidup dalam diri kalianlah yang membuat kalian berbeda dari teman-temanmu, sayang...dan tahukah kalian? Kalian telah mengajariku sesuatu.
Belajar bersama kalian selalu saja membuatku lupa waktu. Kalian membuatku lupa kalau kalian itu masih anak kelas 4 dan kelas 3 SD. Kecepatan kalian dalam mengankap apa yang ku ajarkan melampau ekspektasiku. Sehingga aku selalu tergoda mengajarkan materi untuk level diatas kalian. Hmmm.. mengajari kalian itu mengasyikkan...
Ketika aku tiba, diteras, tempat kami biasa mengajar dan belajar, telah terhampar karpet, papan tulis mini, meja belajar lipat, dan setoples kue. Ketika kuucap salam, dari dalam ruma, terdengar langkah kaki mereka berlarian menyambutku. Dibelakangnya K umi tersenyum ramah padaku. Dan tahukah kalian, ponakanku sayang? Binar matamu mengeyahkan lelahku seketika itu juga. Menguap entah kemana.
Aku mulai dengan menanyakan pelajaran mereka hari ini dan mereka menjawab dengan begitu antusianya. Mereka bercerita bahwa merekalah yang teraktif dikelas. Mereka bercerita bahwa betapa senangnya tiap kali gurunya bertanya merekalah yang pertama kali unjuk jari. Serasa jadi Hermione, begitu kata mereka. Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Hmm ponakanku sayang, aku begitu senang mendengar suara kalian sahut menyahut berlomba memamerkan kebanggaan, aku senang karena kalian menganggap akulah yang berperan dibalik semua itu. rasa bangga itu begitu melenakanku, sayang. Menerbangkan ku ke langit. Betapa aku ingin terus mendengarnya. tetapi kalian tak sepenuhnya benar. Bukan aku yang ada dibali itu. Kalianlah yang mewujudkan itu semua. Semangat yang hidup dalam diri kalianlah yang membuat kalian berbeda dari teman-temanmu, sayang...dan tahukah kalian? Kalian telah mengajariku sesuatu.
Belajar bersama kalian selalu saja membuatku lupa waktu. Kalian membuatku lupa kalau kalian itu masih anak kelas 4 dan kelas 3 SD. Kecepatan kalian dalam mengankap apa yang ku ajarkan melampau ekspektasiku. Sehingga aku selalu tergoda mengajarkan materi untuk level diatas kalian. Hmmm.. mengajari kalian itu mengasyikkan...
Yeah, pintu Desember akhirnya terkuak juga. Banyak sekali harapan yang kugantung dibulan ini. Oh, adakah bulan penutup tahun ini akan memberiku senyum manis pada akhirnya? Ah, jantungku dag dig der dibuatnya.
Setelah mengirim berkas ke ADS Agustus lalu, sebenarnya saya sempat tidak terlalu berharap. Biasa saja. tetapi waktu pengumuman yang semakin dekat ini entah mengapa memompa balon keinginan dan hasrat dalam hatiku untuk mengecap bangku S2, sampai hampir meledak, apalagi kalau bisa tembus ke Aussie sana. Kalau itu terjadi, betapa itu akan menjadi miracle dalam hidupku.
Malam ini rencanaya mau browsing beberapa informasi tentang univ di Aussie, karena kata ibu ida, rekan di UMK yang alumni ADS, sebaiknya mulai sekarang informasi tentang universitas tujuan sudah dikumpulkan kaena akan ditanyakan pada saat wawancara nanti. Tetapi, kayaknya malam ini, saya harus bersabar menunggu hingga jam 9 malam, karena sebelumnya harus privat ponakan dulu.
Kadang saya merasa kelelahan juga sih, pagi ngajar di Oikumene, siangnya berkantor di UMK sampai sore, trus malamnya lanjut lagi ngajar privat. Tetapi tidak ada alasan untuk tak mengucap syukur. Banyak ilmu dan pengalaman yang bisa saya dapatkan, plus bonus fulus tentunya. Jalani saja dengan ikhlas, mudah-mudahan flus hasil kerja ini biasa dipake buat tambah-tambah ongos interview, amiiiiiinnn...
So, Desember...
Would you like to draw my smile, please?
Because all my hope and dream have filled my chamber...
Setelah mengirim berkas ke ADS Agustus lalu, sebenarnya saya sempat tidak terlalu berharap. Biasa saja. tetapi waktu pengumuman yang semakin dekat ini entah mengapa memompa balon keinginan dan hasrat dalam hatiku untuk mengecap bangku S2, sampai hampir meledak, apalagi kalau bisa tembus ke Aussie sana. Kalau itu terjadi, betapa itu akan menjadi miracle dalam hidupku.
Malam ini rencanaya mau browsing beberapa informasi tentang univ di Aussie, karena kata ibu ida, rekan di UMK yang alumni ADS, sebaiknya mulai sekarang informasi tentang universitas tujuan sudah dikumpulkan kaena akan ditanyakan pada saat wawancara nanti. Tetapi, kayaknya malam ini, saya harus bersabar menunggu hingga jam 9 malam, karena sebelumnya harus privat ponakan dulu.
Kadang saya merasa kelelahan juga sih, pagi ngajar di Oikumene, siangnya berkantor di UMK sampai sore, trus malamnya lanjut lagi ngajar privat. Tetapi tidak ada alasan untuk tak mengucap syukur. Banyak ilmu dan pengalaman yang bisa saya dapatkan, plus bonus fulus tentunya. Jalani saja dengan ikhlas, mudah-mudahan flus hasil kerja ini biasa dipake buat tambah-tambah ongos interview, amiiiiiinnn...
So, Desember...
Would you like to draw my smile, please?
Because all my hope and dream have filled my chamber...
Desember, akankah kau menyelipkan bahaiaku dalam salah satu harimu?
Ah, Akhirnya pintumu terbuka juga, wahai Desember
Harap-harap cemas, ku rapalkan doaku sepanjang waktu
Terselip dalam Tahajjudku, Dhuhaku, dan Zikirku
Begitu rapi ku terbagkan kelangit, oh semoga saja tak berserak, tak tercecer
Oh, Desember...
Akankah ada dalam satu harimu kau saksikan air mata syukurku menetes?
Akankah ada senyum bahagia kuumbar?
Pada saat amplop cokelat itu ku terima dari pak pos?
Harap-harap cemas, ku rapalkan doaku sepanjang waktu
Terselip dalam Tahajjudku, Dhuhaku, dan Zikirku
Begitu rapi ku terbagkan kelangit, oh semoga saja tak berserak, tak tercecer
Oh, Desember...
Akankah ada dalam satu harimu kau saksikan air mata syukurku menetes?
Akankah ada senyum bahagia kuumbar?
Pada saat amplop cokelat itu ku terima dari pak pos?
Tuesday, November 23, 2010
Setidaknya Para Orang Tua Bisa Lebih Tenang Mendengar Keluh Kesah Buah Hatinya...
Suasana di kantor agak muram kemarin. Salah seorang rekan guru baru saja mengabari dengan isakan tertahan kalau dia ijin tidak mengajar selama beberapa minggu karena anaknya akan dioperasi. Kata dokter tulang belakangnya retak. Harus dioperasi. Rumah sakit umum di kotaku yang kecil ini tak sanggup menanganinya. Ia pun dirujuk ke rumahsakit di Jakrta. Tentu saja kami semua yang ada didalam ruangan ini terkejut dan prihatin. Anaknya yang akan dioperasi itu namanya Rachel. Sepanjang ingatan kami, Rachel itu sehat-sehat saja. Malah, minggu lalu pernah main ke sekolah waktu menjemput ibunya. Senyum yang tersungging diwajahnya begitu ceria. Sama sekali tak ada indikasi bahwa dia ternyata menderita sakit.
Rachel dibawa kerumah sakit ketika suatu pagi dia pinsan selama beberapa menit dirumah. Tetapi setelah siuman dan merasa agak baikan, dia bersikeras ke sekolah. Ternyata sampai disekolah, dia pinsan lagi. Berkali-kali dalam seharian itu. Gurunya pun menghubungi orang tuanya. Malam harinya Rachel dibawa ke dokter praktek. Dari dokter praktek itu, Rachel dianjurkan kerumah sakit untuk rontgen. Hasil rotngen sangat mengejutkan orang tua Rachel. Tenyata tulang belakang anak itu retak. Ibunya tidak habis pikir mengapa hal itu bisa terjadi. Menurutnya Rachel selama ini baik-baik saja. Setelah ditelusuri, Rachel pun mengaku bahwa ia pernah jatuh pada saat mengendarai motor beberapa minggu lalu. Dia tidak memberitahu ibunya karena ia tahu ibunya pasti akan panik sekali. Apalagi tidak ada darah yang keluar (pikiran remajanya menganggap bahwa tidak ada darah berari tidak apa-apa). Dan benar saja, pada saat diberitahu begitu, ibunya langsung panik. Rachel mengaku pada ibunya bahwa terkadang dia agak sebal pada sikap panik ibunya terhadap apapun. Jadi dia memilih diam. Sayangnya sikapnya itu berakibat fatal bagi dirinya. Karena menurut dokter, sebenarnya semuanya tidak akan separah ini jika ditangani lebih awal.
Mendengar alasan Rachel, saya jadi teringat pada beberapa kisah serupa. Pertama adalah kisah saya sendiri. Saya sangat mengerti sikap Rachel yang memilih diam ketimbang memberi tahu ibunya bahwa dia baru saja jatuh dari motor. Memang sangat tidak mengenakkan ketika kita dalam kondisi sakit dan juga tentu saja takut, malah diperhadapkan dengan sikap orang tua yang agak tidak tenang. Malah lebih panik ketimbang kita. Dan kepanikannya itu tertuang dalam ocehan-ocehan histeris bahkan air mata. Siapa sih yang nyaman dengan situasi itu??
Dulu, waktu masih kecil saya sangat senang manjat pohon bersama teman-teman. Main tarzan-tarzanan, monyet-monyetan, dan sebagainya. Rasanya menyenangkan sekali bergelayut di atas peopohonan itu. tapi tiba-tiba saya terjatuh. Tingginya sekitar 4 atau 5 meter. Saya pun pulang sembari menangis meraung-raung waktu itu. Saya mengaduh pada ibu saya. Yang terjadi ibu saya sagat cemas dan panik. Beliau pun memandikan saya dengan air panas kemudian mengurut saya, sembari tak henti-hentinya mengomel dan mewanti-wanti. Saya, yang pada waktu itu masih kecil, belum bisa mengapresiasi bentuk kasihsayang ibu padaku. Yang ada dalam pikiran anak kecil saya adalah ibu marah dan sebal kepadaku. Beliau kemudian melarang saya untuk manjat pohon lagi. Beliau mengancam kalau nanti kedapatan manjat pohon saya bakal diikat dipohon jambu dekat rumah semalaman.
Mestinya saya mendengar laragan ibu. Tetapi namanya juga anak kecil, mana bisa dilarang-larang. Apalagi waktu itu ibu tidak menjelaskan akibat-akibatnya kalau jatuh apa. (Mungkin walaopun dijelaskan saya juga tetap ngeyel, hehehe). Maka saya tetap memanjat pohon sembunyi-sembunyi. Sampai suatu hari saya terjatuh lagi kali ini pada dahan pohon yang lebih tinggi. Saya terjatuh dengan keadaan tengkurap. Dada saya menghantam tanah dengan keras. Sakitnya luar biasa. Bahkan saya sempat tidak bisa bicara. Nyaris tidak dapat bernafas. Saya menagis dalam diam. Teman-teman saya pada panik. Mereka menggotong saya kerumah teman yang terdekat. Setelah beberapa menit saya sudah bisa bicara. Saya meminta pada teman-teman agar merahasiakan hal ini pada siapapun. Terutama ibu saya. Mereka pun berjanji tidak akan bilang-bilang.
Saya merasa sakit selama seminggu, tetapi tidak saya perlihatkan pada orang rumah. Lepas seminggu saya merasa semuanya kembali normal. Orang tua saya pun tak pernah tahu sampai ketika memasuki usia sekitar 17 tahunan, saya sering batuk, sesak nafas, dan kalau capek, dada saya sakit sekali. Ibu saya sangat khawatir,saya pun dibawa ke dokter. Dokter bertanya apakah saya pernah jatuh, saya pun mengiyakan dan menceritakan kronolgisnya pada dokter dan orang tua saya. Dokter bilang bahwa itulah awal masalahnya. Seandainya waktu itu saya langsung diurut tentu tidak akan seperti ini. Saya menyesal sekali. Kebungkamanku dahulu membawa dampak yang buruk bagi diri saya.
Kisah serupa juga terjadi pada tetangga saya. Sewaktu kecil dia pernah jatuh. Tetapi dengan alasan yang sama dengan saya dan juga Rachel, dia memilih diam. Semuanya memang terlihat normal selama beberapa tahun. Tapi siapa sangka bahwa efeknya justru akan terasa setelah dewasa. Sekarang tetanggaku itu agak bungkuk. Ada tulang belakangnya yang bengkok. ketika saya menyentuhnya saya merasa takut. Dia tumbuh makin kecil dari hari ke hari. Sangat kurus dan sering sesak nafas.
Sungguh sebenarnya kisah serupa sangat banyak ditemui dimasyarakat. Dan ketika ditanya pada si aanak pun mereka kompak memiliki jawaban yang sama. Takut mengadu karena tahu bahwa orang tuanya sangat panikan. Bahkan banyak juga orang tua yang menagani sembari mengomel tak henti-henti. Anak-anak, yang pikirannya belum paham benar tentu saja merasa takut. Jadi ketimbang mengadu, mereka malah memilih diam.
Apa yang bisa dipelajari dari kisah-kisah ini adalah bahwa sebelum menikah, sebaiknya ada pelatihan tentang masalah-masalah rumah tangga, termasuk masalah anak. Bagaimana sebaiknya sikap mereka jika menghadapi masalah yang beruhubungan dengan anak (contohnya ya untuk kasus seprti diatas) agar mereka tidak lantas panik berlebihan yang hanya akan membuat anak merasa tidak nyaman atau takut mengadukan sakitnya. Sudah begitu banyak anak yang mendapatkan akibat fatal dikemudian hari karena tidak mendapat penanganan yang cepat dan tepat dikarenakan anak terlalu takut untuk mengadu pada orang tuanya. Tentu saja akan lain cerita jika anak dihadapkan pada kondisi dimana pada saat mengadu, orang tua bisa lebih tenang dan bijak. Karena bagi anak-anak, sikap tenang orang tua dapat diartikan bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Sehingga mereka pun bebas berkeluh kesah tanpa beban sedikitpun. Orang tua juga bisa mendapat informasi yang lebih terang tentang anaknya, sehingga tahu bagaimana harus bertindak.
Saya sangat berharap bahwa kedepannya para orang tua bisa banyak belajar dan lebih tenang dalam menghadapi pengaduan anak-anaknya sehingga kisah-kisah diatas tidak perlu terjadi lagi.
Rachel dibawa kerumah sakit ketika suatu pagi dia pinsan selama beberapa menit dirumah. Tetapi setelah siuman dan merasa agak baikan, dia bersikeras ke sekolah. Ternyata sampai disekolah, dia pinsan lagi. Berkali-kali dalam seharian itu. Gurunya pun menghubungi orang tuanya. Malam harinya Rachel dibawa ke dokter praktek. Dari dokter praktek itu, Rachel dianjurkan kerumah sakit untuk rontgen. Hasil rotngen sangat mengejutkan orang tua Rachel. Tenyata tulang belakang anak itu retak. Ibunya tidak habis pikir mengapa hal itu bisa terjadi. Menurutnya Rachel selama ini baik-baik saja. Setelah ditelusuri, Rachel pun mengaku bahwa ia pernah jatuh pada saat mengendarai motor beberapa minggu lalu. Dia tidak memberitahu ibunya karena ia tahu ibunya pasti akan panik sekali. Apalagi tidak ada darah yang keluar (pikiran remajanya menganggap bahwa tidak ada darah berari tidak apa-apa). Dan benar saja, pada saat diberitahu begitu, ibunya langsung panik. Rachel mengaku pada ibunya bahwa terkadang dia agak sebal pada sikap panik ibunya terhadap apapun. Jadi dia memilih diam. Sayangnya sikapnya itu berakibat fatal bagi dirinya. Karena menurut dokter, sebenarnya semuanya tidak akan separah ini jika ditangani lebih awal.
Mendengar alasan Rachel, saya jadi teringat pada beberapa kisah serupa. Pertama adalah kisah saya sendiri. Saya sangat mengerti sikap Rachel yang memilih diam ketimbang memberi tahu ibunya bahwa dia baru saja jatuh dari motor. Memang sangat tidak mengenakkan ketika kita dalam kondisi sakit dan juga tentu saja takut, malah diperhadapkan dengan sikap orang tua yang agak tidak tenang. Malah lebih panik ketimbang kita. Dan kepanikannya itu tertuang dalam ocehan-ocehan histeris bahkan air mata. Siapa sih yang nyaman dengan situasi itu??
Dulu, waktu masih kecil saya sangat senang manjat pohon bersama teman-teman. Main tarzan-tarzanan, monyet-monyetan, dan sebagainya. Rasanya menyenangkan sekali bergelayut di atas peopohonan itu. tapi tiba-tiba saya terjatuh. Tingginya sekitar 4 atau 5 meter. Saya pun pulang sembari menangis meraung-raung waktu itu. Saya mengaduh pada ibu saya. Yang terjadi ibu saya sagat cemas dan panik. Beliau pun memandikan saya dengan air panas kemudian mengurut saya, sembari tak henti-hentinya mengomel dan mewanti-wanti. Saya, yang pada waktu itu masih kecil, belum bisa mengapresiasi bentuk kasihsayang ibu padaku. Yang ada dalam pikiran anak kecil saya adalah ibu marah dan sebal kepadaku. Beliau kemudian melarang saya untuk manjat pohon lagi. Beliau mengancam kalau nanti kedapatan manjat pohon saya bakal diikat dipohon jambu dekat rumah semalaman.
Mestinya saya mendengar laragan ibu. Tetapi namanya juga anak kecil, mana bisa dilarang-larang. Apalagi waktu itu ibu tidak menjelaskan akibat-akibatnya kalau jatuh apa. (Mungkin walaopun dijelaskan saya juga tetap ngeyel, hehehe). Maka saya tetap memanjat pohon sembunyi-sembunyi. Sampai suatu hari saya terjatuh lagi kali ini pada dahan pohon yang lebih tinggi. Saya terjatuh dengan keadaan tengkurap. Dada saya menghantam tanah dengan keras. Sakitnya luar biasa. Bahkan saya sempat tidak bisa bicara. Nyaris tidak dapat bernafas. Saya menagis dalam diam. Teman-teman saya pada panik. Mereka menggotong saya kerumah teman yang terdekat. Setelah beberapa menit saya sudah bisa bicara. Saya meminta pada teman-teman agar merahasiakan hal ini pada siapapun. Terutama ibu saya. Mereka pun berjanji tidak akan bilang-bilang.
Saya merasa sakit selama seminggu, tetapi tidak saya perlihatkan pada orang rumah. Lepas seminggu saya merasa semuanya kembali normal. Orang tua saya pun tak pernah tahu sampai ketika memasuki usia sekitar 17 tahunan, saya sering batuk, sesak nafas, dan kalau capek, dada saya sakit sekali. Ibu saya sangat khawatir,saya pun dibawa ke dokter. Dokter bertanya apakah saya pernah jatuh, saya pun mengiyakan dan menceritakan kronolgisnya pada dokter dan orang tua saya. Dokter bilang bahwa itulah awal masalahnya. Seandainya waktu itu saya langsung diurut tentu tidak akan seperti ini. Saya menyesal sekali. Kebungkamanku dahulu membawa dampak yang buruk bagi diri saya.
Kisah serupa juga terjadi pada tetangga saya. Sewaktu kecil dia pernah jatuh. Tetapi dengan alasan yang sama dengan saya dan juga Rachel, dia memilih diam. Semuanya memang terlihat normal selama beberapa tahun. Tapi siapa sangka bahwa efeknya justru akan terasa setelah dewasa. Sekarang tetanggaku itu agak bungkuk. Ada tulang belakangnya yang bengkok. ketika saya menyentuhnya saya merasa takut. Dia tumbuh makin kecil dari hari ke hari. Sangat kurus dan sering sesak nafas.
Sungguh sebenarnya kisah serupa sangat banyak ditemui dimasyarakat. Dan ketika ditanya pada si aanak pun mereka kompak memiliki jawaban yang sama. Takut mengadu karena tahu bahwa orang tuanya sangat panikan. Bahkan banyak juga orang tua yang menagani sembari mengomel tak henti-henti. Anak-anak, yang pikirannya belum paham benar tentu saja merasa takut. Jadi ketimbang mengadu, mereka malah memilih diam.
Apa yang bisa dipelajari dari kisah-kisah ini adalah bahwa sebelum menikah, sebaiknya ada pelatihan tentang masalah-masalah rumah tangga, termasuk masalah anak. Bagaimana sebaiknya sikap mereka jika menghadapi masalah yang beruhubungan dengan anak (contohnya ya untuk kasus seprti diatas) agar mereka tidak lantas panik berlebihan yang hanya akan membuat anak merasa tidak nyaman atau takut mengadukan sakitnya. Sudah begitu banyak anak yang mendapatkan akibat fatal dikemudian hari karena tidak mendapat penanganan yang cepat dan tepat dikarenakan anak terlalu takut untuk mengadu pada orang tuanya. Tentu saja akan lain cerita jika anak dihadapkan pada kondisi dimana pada saat mengadu, orang tua bisa lebih tenang dan bijak. Karena bagi anak-anak, sikap tenang orang tua dapat diartikan bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Sehingga mereka pun bebas berkeluh kesah tanpa beban sedikitpun. Orang tua juga bisa mendapat informasi yang lebih terang tentang anaknya, sehingga tahu bagaimana harus bertindak.
Saya sangat berharap bahwa kedepannya para orang tua bisa banyak belajar dan lebih tenang dalam menghadapi pengaduan anak-anaknya sehingga kisah-kisah diatas tidak perlu terjadi lagi.
Sunday, November 14, 2010
Aku, Bulan dan Sandy Sandoro
Setelah kemarin seharian sakit, tidak berdaya, alhamdulilah sekarang badan terasa fit dan lumayan segar. Hari ini biasa aja. Tidak ada yang istimewa. Di pagi hari, aku nengkring depan tipi nonton kartun. Siangnya lanjut lagi nonton Gie untuk yang kesekian kalinya, puas-puasin menatap muka kinclongnya Nicholas Saputra. SOrenya, habis tidur siang, nonton lagi, kali ini mengulang nonton three idiot untuk yang keempat kalinya. Entah ya, tapi hari ini kayaknya lagi mood aja buat nonton.
Sebenarnya sore ini ada bazar anak Bhs Inggris Unhalu. Aku di undang datang. Tapi rasa sungkan, enggan dan malas menyergapku seperti biasa. Entah sejak kapan, tetapi aku mulai tidak begitu menyukai acara kumpul-kumpul seperti itu. Rasanya sekarang tak ada yang lebih nyaman selain berdiam diri dirumah sepulang kerja. Menatap langit sore dari teras rumah, merasakan semilir angin menerpa wajahku. Takjub akan warna tanah, membaui rerumputan yang basah terkena hujan. Sendiri saja. Cukup sendiri saja atau bersama keluarga yang didepannya aku tak perlu tersenyum hambar, mengumbar wajah bahagia padahal didalam hati ini kosong tak merasa apa-apa. Aku sedang tak ingin bertopeng-topeng ria didepan semua orang dengan melakoni adengan cipika cipiki bertanya kabar seolah memendam kangen yang luar biasa, padahal sebenarnya hati gelisah sangat ingin pulang dan menerbangkan imaji menyelami novel. Aku muak dengan itu semua saat ini. Aku juga tidak tahu ini akan berlangsung sampai kapan, entahlah. Aku hanya sedang tidak ingin saja.
Tadi sore temanku Netty menelpon, ngajak pergi kesana. Katanya aku mau dijemputnya selepas magrib. Aku mengiyakan saja entah mengapa. Selepas Magrib, rasa enggan itu kembali hadir, dan akhirnya aku mengirim sms ke Netty bahwa aku tidak bisa pergi karena lagi tidak mood. Rupanya dia juga begitu. Maka disinilah aku malam ini. Dikamar saja memandangi bulan yang tersenyum manis sekali. Melengkung keemasan berlatar langit hitam nan kelam. Aku berandai-andai bagaimana rasanya kalau aku bisa berayun disana. Pasti menyenangkan sekali. DAri jendela kamar yang terbuka lebar, sejuk meyergap masuk, mendamaikan hati juga jiwa. Lampu kamar sengaja kumatikan. Perfect. Sangat perfect untuk bercengkrama dengan diri sendiri, bermain-main dengan selusin bayangan masa lalu.
Lalu dari speaker mengalun lagunya Sandi Sandoro, Malam Biru. Hmm.. asik sekali. Untuk musik sejenis, SAndi Sandoro merupakan penyanyi favoritku setelah Tompi. Suaranya enak sekali untuk didengar. Ringan dan sangat menggoda...Sambil tetap menatap bulan, aku bersenandung kecil mengikuti...
Suatu malam yang biru tanpa dirimu
Berjuta juta Rindu ku padamu
Sendiri ku pun harus menikmati
Nyanyian sang rembulan
Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku
Semoga kau mendengar lagu ini
Yang ku cipta untukmu
Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu oh sayang
Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku
Semoga kau mendengar lagu ini
Yang ku cipta untukmu
Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu oh sayang
Kasihku..
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu
Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Lagu berakhir dengan cepat. Tak rela, lagunya ku ulang lagi. Bersenandung kecil sembari memikirkan kamu dan sms mu yang baru nongol...
Sekali lagi kau memberiku kejutan. "Darimana kamu tahu aku sedang menatap bulan sembari bersenandung?" tanyaku dalam hati dengan kikuk, memandang bulan dan menggigit bibir...
Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku...
Sebenarnya sore ini ada bazar anak Bhs Inggris Unhalu. Aku di undang datang. Tapi rasa sungkan, enggan dan malas menyergapku seperti biasa. Entah sejak kapan, tetapi aku mulai tidak begitu menyukai acara kumpul-kumpul seperti itu. Rasanya sekarang tak ada yang lebih nyaman selain berdiam diri dirumah sepulang kerja. Menatap langit sore dari teras rumah, merasakan semilir angin menerpa wajahku. Takjub akan warna tanah, membaui rerumputan yang basah terkena hujan. Sendiri saja. Cukup sendiri saja atau bersama keluarga yang didepannya aku tak perlu tersenyum hambar, mengumbar wajah bahagia padahal didalam hati ini kosong tak merasa apa-apa. Aku sedang tak ingin bertopeng-topeng ria didepan semua orang dengan melakoni adengan cipika cipiki bertanya kabar seolah memendam kangen yang luar biasa, padahal sebenarnya hati gelisah sangat ingin pulang dan menerbangkan imaji menyelami novel. Aku muak dengan itu semua saat ini. Aku juga tidak tahu ini akan berlangsung sampai kapan, entahlah. Aku hanya sedang tidak ingin saja.
Tadi sore temanku Netty menelpon, ngajak pergi kesana. Katanya aku mau dijemputnya selepas magrib. Aku mengiyakan saja entah mengapa. Selepas Magrib, rasa enggan itu kembali hadir, dan akhirnya aku mengirim sms ke Netty bahwa aku tidak bisa pergi karena lagi tidak mood. Rupanya dia juga begitu. Maka disinilah aku malam ini. Dikamar saja memandangi bulan yang tersenyum manis sekali. Melengkung keemasan berlatar langit hitam nan kelam. Aku berandai-andai bagaimana rasanya kalau aku bisa berayun disana. Pasti menyenangkan sekali. DAri jendela kamar yang terbuka lebar, sejuk meyergap masuk, mendamaikan hati juga jiwa. Lampu kamar sengaja kumatikan. Perfect. Sangat perfect untuk bercengkrama dengan diri sendiri, bermain-main dengan selusin bayangan masa lalu.
Lalu dari speaker mengalun lagunya Sandi Sandoro, Malam Biru. Hmm.. asik sekali. Untuk musik sejenis, SAndi Sandoro merupakan penyanyi favoritku setelah Tompi. Suaranya enak sekali untuk didengar. Ringan dan sangat menggoda...Sambil tetap menatap bulan, aku bersenandung kecil mengikuti...
Suatu malam yang biru tanpa dirimu
Berjuta juta Rindu ku padamu
Sendiri ku pun harus menikmati
Nyanyian sang rembulan
Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku
Semoga kau mendengar lagu ini
Yang ku cipta untukmu
Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu oh sayang
Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku
Semoga kau mendengar lagu ini
Yang ku cipta untukmu
Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu oh sayang
Kasihku..
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu
Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Lagu berakhir dengan cepat. Tak rela, lagunya ku ulang lagi. Bersenandung kecil sembari memikirkan kamu dan sms mu yang baru nongol...
Sekali lagi kau memberiku kejutan. "Darimana kamu tahu aku sedang menatap bulan sembari bersenandung?" tanyaku dalam hati dengan kikuk, memandang bulan dan menggigit bibir...
Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku...
Saturday, November 13, 2010
Uh, Sakit itu gak pernah enak!!!
keringat dingin mengucur menganak sungai, memberi rasa yang sama sekali tak nyaman disekujur tubuh. perih mengiris lambung tapi makan gak napsu,air mata siap meleleh sewaktu-waktu. Perut mual, kepala oleng, waduuuh.. ga enak bgt. SAngat!!!
Inilah konsekuensi dari terlalu memaksakan diri untuk kerja, kerja, dan kerja. Badan sebenarnya sudah menjerit membunyikan alarm, tapi aku masih tetap keras kepala dengan beragam dalih. Tetapi memang kondisisnya sangat tidak memungkinkan diriku untuk berhenti. Deadlinenya sudah tak lama lagi. Jadi, aku menyugesti diri bahwa aku akan baik-baik saja, ketika peluh tak sehat itu membajiri jidat.
Aku selalu berusaha menjadi profesional pada setiap hal yang ku kerjakan. Setidaknya menurut standar yang aku punya, hehehe... Jadi ceritanya, sepupuku yang sedang S2 itu sedang punya banyak buku dalam Bahasa Inggris yang harus ditranslate ke dalam bahasa Indonesia. Tak punya banyak waktu, dan memang backgroundya dia bukan dari bahsa Ingris, maka dia menyodorkan tugas-tugasnya itu padaku. Aku, yang kebetulan pada saat itu tidak terlalu sibuk, mengiyakan saja. Toh aku suka mentranslate. Selain bisa menambah vocab baru, juga bisa sekalian belajar. Sudah gitu bisa buat nambah-nambah isi dompet, hehehe. Lumayanlah buat nambah-nambah baju baru.
Transletan sepupuku itu banyaknya 24 lembar. Dia kebetulan ambil jurusan pertanian, jadilah aku seakan bernostalgia lagi dengan pelajaran SMA. Kembali bercengkrama dengan sistem akar, pola perkembangan daun, dll. Bahasanya pun tidak sulit. Bahkan sangat bisa dikatakan gampang. Apalagi sudah ada google translation. Meskipun hasil google translation tidak begitu bagus, tetapi cukuplah sebagai bahan perbandingan. Transletan itu ku selesaikan dalam waktu empat hari. Sebenarnya bisa kurang dari itu kalau saja saya tidak ngajar disekolah dan juga tidak ngajar privat. Pas menerima hasilnya, sepupuku puas bgt. Entah apa yang diceritakannya pada teman-temannya dikampus, setelah itu job dari dia mengalir. Bukan saja tugasnya, tetapi juga tugas eman-temannya. Wah, saya senang sekali. Apalagi kerjaan juga tidak terlalu banyak pada saat saya menerimanya.
Kendala muncul ketika setelah "teken kontrak" pekerjaan baru muncul. Tiba-tiba disuruh ini itu sama Kepala Sekolah lah, Ada acara yasinan dirumah lah, ada juga tetek bengek lain, yang sebenarnya kecil tapi tidak bisa ditinggalkan dan lumayan menyita waktu. ketika "rintangan-rintangan" itu selesai, deadlinenya tiggal 2 hari lagi. Waduuhhh... Akhirnya seakan kembali ke jaman kuliah dimana kebiasaan SKS (sistem kebut semalam) selalu menjadi learning style ku dan teman-teman. Tidur berlarut-larut malam, lupa makan, tak ada waktu untuk tidur siang. Tetapi pengaruh sugesti diri memang luar biasa. Entah bagaimana caranya, translete yang bejibun itu akhirnya kelar juga dengan tepat waktu. Dengan hasil yang memuaskan pula.
Tetapi, badan yang sempat ku "paksa" bungkam merengek itu akhirnya teriak juga. Ngambek habis-habisan. Sesaat setelah transaksi timbang terima usai, mulailah badan ini terasa pegelnya. Tengkuk sudah tidak perlu ditanya, asli tegang sekali. Sempat aku curiga jangan-jangan dia sudah lupa caranya balik kiri balik kanan. Kurasakan sensasi tak nyaman itu menjalar dengan cepat, ke kepala yang mendadak oleng, mata yang berkunang-kunang, perut mual, dan tubuh gemetar. Merasa limbung, aku tergesa duduk di kursi. Aduh, sama sekali menderita rasanya... Sudah jam setengah tujuh pagi. Artinya harus segela ke Sekolah, tapi dengan kondisiku yang sekarang, mau tak mau aku ijin ke kepsek kalo hari ini tidak bisa masuk. Thx God, beliou orangnya bijaksana sekali.
Yang ku syukuri adalah karena hari ini hari sabtu, mace ada dirumah. Lega rasanya sakit tidak mesti sendirian. Masih ada tangan tua itu yang selalu menyantuh jidat sekedar untuk mengecek panas, sentuhannya seakan menenangkan ku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kemudian aku dipaksa makan. Beliou menawari ini itu, tapi aku maunya yang ada saja. Nasi panas plus ikan masak cukup. ini merupakan menu wajib kalo aku sakit. Tidak tahu kenapa, tapi yang kurindukan ya cuma itu. tidak perlu repot beli ini itu. Namanya juga orang sakit, tidak enak makan sudah hal yang lumrah. Tapi kali ini kayaknya lumayan parah, karena dibarengi dengan muntah2 (aku jarang muntah, lho).
Sehabis muntah aku langsung tiduran. Membungkus diri dengan selimut di kamar mace. (kebiasaan, kalau sakit atau sedang gundah, enaknya tiduan di kamar mace. Rsanya tenang gimanaaaa gitu). Tak tau dah berapa lama aku tiduran disana. Perih yang melilit di ulu hati lah yang mebangunkanku. AKu pun keluar untuk isi perut, tapi aku terkesiap saat tahu, ternyata pace tidur di bawah, beralas tikar. Masya Allah, aku terenyuh. Betapa baiknya beliou, tak marah tempat tidurnya ku bajak. Beliou tau betul ketika sakit dan tidur, aku paling tak bisa diganggu. Jadi beliou memilih tidur di lantai ketimbang harus mengusik tidurku.
Aku harus banyak bersyukur pada kehidupan yang ku punya sekarang. Aku masih memiliki orang tua yang sangaaaaaaaaaaat baik dan menyayangiku. Ada juga sodara2 ku yang perhatian bgt, meski kadang bisa sangat menyebalkan... Lembut ku tepuk pundak pace, menyuruhnya tidur diatas saja...
Bertekad tuk segera sembuh, aku memaksa diri makan... Semoga lekas sembuh, amiinn..
Inilah konsekuensi dari terlalu memaksakan diri untuk kerja, kerja, dan kerja. Badan sebenarnya sudah menjerit membunyikan alarm, tapi aku masih tetap keras kepala dengan beragam dalih. Tetapi memang kondisisnya sangat tidak memungkinkan diriku untuk berhenti. Deadlinenya sudah tak lama lagi. Jadi, aku menyugesti diri bahwa aku akan baik-baik saja, ketika peluh tak sehat itu membajiri jidat.
Aku selalu berusaha menjadi profesional pada setiap hal yang ku kerjakan. Setidaknya menurut standar yang aku punya, hehehe... Jadi ceritanya, sepupuku yang sedang S2 itu sedang punya banyak buku dalam Bahasa Inggris yang harus ditranslate ke dalam bahasa Indonesia. Tak punya banyak waktu, dan memang backgroundya dia bukan dari bahsa Ingris, maka dia menyodorkan tugas-tugasnya itu padaku. Aku, yang kebetulan pada saat itu tidak terlalu sibuk, mengiyakan saja. Toh aku suka mentranslate. Selain bisa menambah vocab baru, juga bisa sekalian belajar. Sudah gitu bisa buat nambah-nambah isi dompet, hehehe. Lumayanlah buat nambah-nambah baju baru.
Transletan sepupuku itu banyaknya 24 lembar. Dia kebetulan ambil jurusan pertanian, jadilah aku seakan bernostalgia lagi dengan pelajaran SMA. Kembali bercengkrama dengan sistem akar, pola perkembangan daun, dll. Bahasanya pun tidak sulit. Bahkan sangat bisa dikatakan gampang. Apalagi sudah ada google translation. Meskipun hasil google translation tidak begitu bagus, tetapi cukuplah sebagai bahan perbandingan. Transletan itu ku selesaikan dalam waktu empat hari. Sebenarnya bisa kurang dari itu kalau saja saya tidak ngajar disekolah dan juga tidak ngajar privat. Pas menerima hasilnya, sepupuku puas bgt. Entah apa yang diceritakannya pada teman-temannya dikampus, setelah itu job dari dia mengalir. Bukan saja tugasnya, tetapi juga tugas eman-temannya. Wah, saya senang sekali. Apalagi kerjaan juga tidak terlalu banyak pada saat saya menerimanya.
Kendala muncul ketika setelah "teken kontrak" pekerjaan baru muncul. Tiba-tiba disuruh ini itu sama Kepala Sekolah lah, Ada acara yasinan dirumah lah, ada juga tetek bengek lain, yang sebenarnya kecil tapi tidak bisa ditinggalkan dan lumayan menyita waktu. ketika "rintangan-rintangan" itu selesai, deadlinenya tiggal 2 hari lagi. Waduuhhh... Akhirnya seakan kembali ke jaman kuliah dimana kebiasaan SKS (sistem kebut semalam) selalu menjadi learning style ku dan teman-teman. Tidur berlarut-larut malam, lupa makan, tak ada waktu untuk tidur siang. Tetapi pengaruh sugesti diri memang luar biasa. Entah bagaimana caranya, translete yang bejibun itu akhirnya kelar juga dengan tepat waktu. Dengan hasil yang memuaskan pula.
Tetapi, badan yang sempat ku "paksa" bungkam merengek itu akhirnya teriak juga. Ngambek habis-habisan. Sesaat setelah transaksi timbang terima usai, mulailah badan ini terasa pegelnya. Tengkuk sudah tidak perlu ditanya, asli tegang sekali. Sempat aku curiga jangan-jangan dia sudah lupa caranya balik kiri balik kanan. Kurasakan sensasi tak nyaman itu menjalar dengan cepat, ke kepala yang mendadak oleng, mata yang berkunang-kunang, perut mual, dan tubuh gemetar. Merasa limbung, aku tergesa duduk di kursi. Aduh, sama sekali menderita rasanya... Sudah jam setengah tujuh pagi. Artinya harus segela ke Sekolah, tapi dengan kondisiku yang sekarang, mau tak mau aku ijin ke kepsek kalo hari ini tidak bisa masuk. Thx God, beliou orangnya bijaksana sekali.
Yang ku syukuri adalah karena hari ini hari sabtu, mace ada dirumah. Lega rasanya sakit tidak mesti sendirian. Masih ada tangan tua itu yang selalu menyantuh jidat sekedar untuk mengecek panas, sentuhannya seakan menenangkan ku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kemudian aku dipaksa makan. Beliou menawari ini itu, tapi aku maunya yang ada saja. Nasi panas plus ikan masak cukup. ini merupakan menu wajib kalo aku sakit. Tidak tahu kenapa, tapi yang kurindukan ya cuma itu. tidak perlu repot beli ini itu. Namanya juga orang sakit, tidak enak makan sudah hal yang lumrah. Tapi kali ini kayaknya lumayan parah, karena dibarengi dengan muntah2 (aku jarang muntah, lho).
Sehabis muntah aku langsung tiduran. Membungkus diri dengan selimut di kamar mace. (kebiasaan, kalau sakit atau sedang gundah, enaknya tiduan di kamar mace. Rsanya tenang gimanaaaa gitu). Tak tau dah berapa lama aku tiduran disana. Perih yang melilit di ulu hati lah yang mebangunkanku. AKu pun keluar untuk isi perut, tapi aku terkesiap saat tahu, ternyata pace tidur di bawah, beralas tikar. Masya Allah, aku terenyuh. Betapa baiknya beliou, tak marah tempat tidurnya ku bajak. Beliou tau betul ketika sakit dan tidur, aku paling tak bisa diganggu. Jadi beliou memilih tidur di lantai ketimbang harus mengusik tidurku.
Aku harus banyak bersyukur pada kehidupan yang ku punya sekarang. Aku masih memiliki orang tua yang sangaaaaaaaaaaat baik dan menyayangiku. Ada juga sodara2 ku yang perhatian bgt, meski kadang bisa sangat menyebalkan... Lembut ku tepuk pundak pace, menyuruhnya tidur diatas saja...
Bertekad tuk segera sembuh, aku memaksa diri makan... Semoga lekas sembuh, amiinn..
Sunday, November 07, 2010
Senin pagiku yang ada bayangan "kamu"nya
Rumah menjadi sepi pada senin yang sibuk ini. Hanya ada aku saja. Setelah “dipaksa” melek pagi tadi, aku memutuskan untuk bersih2 kamar, sarapan, nonton tipi. Tapi itu membuatku bosan. Aku masih ingin bermalas-malasan, hehehe.. jadilah aku berleyeh-leyeh saja dikamar, lagian jadwal ngajar baru jam setengah satu nanti. Bernostalgia dengan kenangan kemarin, kemarin dulunya, kemarin dulunya lagi, dan tiba-tiba ada KAMU.
Hari ini kau menyembulkan diri dari laci-laci kenanganku. Bukan. Aku yang membuka laci itu dengan sukarela. Aku merindumu. Aku merindumu.
Oh.. aku memang terlalu munafik. Bahkan pada saat aku memutuskan untuk jujur pun. Aku terlalu mencintai egoku. Apa yang kuurai hanya mewakili sedikit yang ada di benak dan rasaku. Aku membenci diriku. Aku mengutuk angkuh ini.
Grrrr… jujur itu tak mudah.
C’mon, Rin, sekali ini…
Oke.
Aku memutuskan untuk mengenangmu saat ini, dengan ditemani suaranya Duta SOS yang Betapa. Belasan kali ku replay untuk menghayati liriknya. Menyakiti diri sendiri sebenarnya. Karena lagu ini “nampar bgt” buatku. Tak mudah memilih meninggalkanmu. Tak pernah mudah. Kita pernah menyulam benang mimpi bersama. Kita pernah saling berbagi pundak ketika rapuh. Kita? Aku dan kamukah? Atau hanya aku? Menjawab pertanyaan ini masih terlalu sakit untukku. Sekali lagi aku dihadapkan pada perang batin membela ego. Mengacuhkan bisik kecil dipalung hati. Merobek selaput asa yang berdetak bersama jantung.
Aku menyempatkan menyelonong ke blog beberapa orang. Beberapa blog membuatku iri pada kemurnian penulisnya. Pada mereka yang tak takut mengingkari rasa. Yang berdamai dengan penolakan dan keterasingan. Betapa aku ingin membuka topeng ini, supaya kurasai lagi semilir angin mengecup pipiku.
Tetapi, oh betapa sulitnya. Setidaknya aku tlah mencoba. Gagal mengurai semua rahasia hati, aku memilih duet dengan Duta. Menyanyikan lagu “Betapa” berulang-ulang. Membodohi diri dengan berharap disana kau bisa mendengar dari jauh, hahaha…
Hari ini kau menyembulkan diri dari laci-laci kenanganku. Bukan. Aku yang membuka laci itu dengan sukarela. Aku merindumu. Aku merindumu.
Oh.. aku memang terlalu munafik. Bahkan pada saat aku memutuskan untuk jujur pun. Aku terlalu mencintai egoku. Apa yang kuurai hanya mewakili sedikit yang ada di benak dan rasaku. Aku membenci diriku. Aku mengutuk angkuh ini.
Grrrr… jujur itu tak mudah.
C’mon, Rin, sekali ini…
Oke.
Aku memutuskan untuk mengenangmu saat ini, dengan ditemani suaranya Duta SOS yang Betapa. Belasan kali ku replay untuk menghayati liriknya. Menyakiti diri sendiri sebenarnya. Karena lagu ini “nampar bgt” buatku. Tak mudah memilih meninggalkanmu. Tak pernah mudah. Kita pernah menyulam benang mimpi bersama. Kita pernah saling berbagi pundak ketika rapuh. Kita? Aku dan kamukah? Atau hanya aku? Menjawab pertanyaan ini masih terlalu sakit untukku. Sekali lagi aku dihadapkan pada perang batin membela ego. Mengacuhkan bisik kecil dipalung hati. Merobek selaput asa yang berdetak bersama jantung.
Aku menyempatkan menyelonong ke blog beberapa orang. Beberapa blog membuatku iri pada kemurnian penulisnya. Pada mereka yang tak takut mengingkari rasa. Yang berdamai dengan penolakan dan keterasingan. Betapa aku ingin membuka topeng ini, supaya kurasai lagi semilir angin mengecup pipiku.
Tetapi, oh betapa sulitnya. Setidaknya aku tlah mencoba. Gagal mengurai semua rahasia hati, aku memilih duet dengan Duta. Menyanyikan lagu “Betapa” berulang-ulang. Membodohi diri dengan berharap disana kau bisa mendengar dari jauh, hahaha…
luv.. U, mom
Sret!!! Srett!!! Tirai disibak dengan paksa
Cahaya menerobos masuk.
Akhgrrr...Silau menampar mata. menggeliat-geliat persis cacing. Sebal. Siapa sih orang usil itu??? Mengerjab-ngerjab dengan tak rela. Wahh.. ternyata si mace. "Ayo bangun, langit sudah terang" katanya. Yahh.. walau badan pegal tak terkira, mata masih seberat 4 kilo, Nyawa masih tercerai berai, ku paksa saja diri bangun. hiks... naas benaaaarrr...
Ini adalah konsekuensi yang harus kuterima sejak membujuk beliou untuk mengijinkanku ikut bina akrabnya JILC Kendari, kemaren. Kadang aku merasa lucu sendiri. Umurku sudah tidak belia lagi, tapi beliou masih saja sulit melepasku ikut ini itu. Seperti yang terjadi kemarin, ketika aku memohon ijinnya untuk ikutan. Kedua alis itu menyatu, sama sekali bukan pertanda yang baik. Tak terhindari argumen demi argumen bertebaran diudara. Sengit. atas bantuan dari pace dan adikku akhirnya aKu menang meski main keroyokan, hehehe..
Tentu saja ada syarat yang harus kupenuhi, yakni pulangnya gag boleh sakit. Mau tidak mau, aku terenyuh, segitu dalamnya kasih sayang beliau untukku. Tak berkurang kualitasnya bahkan diumurku yang segede ini. Luv U so much, mom...
Cahaya menerobos masuk.
Akhgrrr...Silau menampar mata. menggeliat-geliat persis cacing. Sebal. Siapa sih orang usil itu??? Mengerjab-ngerjab dengan tak rela. Wahh.. ternyata si mace. "Ayo bangun, langit sudah terang" katanya. Yahh.. walau badan pegal tak terkira, mata masih seberat 4 kilo, Nyawa masih tercerai berai, ku paksa saja diri bangun. hiks... naas benaaaarrr...
Ini adalah konsekuensi yang harus kuterima sejak membujuk beliou untuk mengijinkanku ikut bina akrabnya JILC Kendari, kemaren. Kadang aku merasa lucu sendiri. Umurku sudah tidak belia lagi, tapi beliou masih saja sulit melepasku ikut ini itu. Seperti yang terjadi kemarin, ketika aku memohon ijinnya untuk ikutan. Kedua alis itu menyatu, sama sekali bukan pertanda yang baik. Tak terhindari argumen demi argumen bertebaran diudara. Sengit. atas bantuan dari pace dan adikku akhirnya aKu menang meski main keroyokan, hehehe..
Tentu saja ada syarat yang harus kupenuhi, yakni pulangnya gag boleh sakit. Mau tidak mau, aku terenyuh, segitu dalamnya kasih sayang beliau untukku. Tak berkurang kualitasnya bahkan diumurku yang segede ini. Luv U so much, mom...
Friday, November 05, 2010
Bina akrab bareng JILC Kendari
Wah, rupanya lengan jam telah menunjuk angka 2 siang ini, artinya sudah harus siap-siap pacjing-paking. Hari ini, mau ke toronipa dalam rangka bina akrabnya JILC. Sempat kaget juga, sih waktu k arum dan rahma sms. Katanya aku diundang ikutan. WOW.. rupanya masih diingat, hehehe...
Disana rencana, akan ada sesi hypnolearning buat siswa JILC. DImana mereka diberi motivasi untuk memberdayakan segala potensi yang ada dalam diri mereka setelah terlebih dahulu dihypno untuk menghapus keyakinan-keyakinan negatif dalam diri mereka. Aku didaulat buat menghandle acara itu. Bermodal training hypnolearning yang pernah dibawakan oleh k YUdhi dan ibu Flora, skupun setuju. Memberi motivasi kepada orang lain sungguh hal yang menyenangkan. terlebih ketika hal itu berhasil membantu orang lain menemukan potensinya dan menjadilebih optimis. Prinsip Hypnolearning ini adalh: There's nothing impossible. Apa yang kita pikirkan itulah yang terjadi atau sementara berproses untuk terjadi, so kita tidak boleh memelihara pikiran negative dalam kepala kita, apalagi mengembang biakkannya. Because whatever you think you are, you're absolutely right.
Tentu saja, memberi motivasi bagi orang lain tak semudah memotivasi diri. tetapi itu adalah keharusan. Sebab, bagaimana bisa kita memberi orang lain motivasi, atau mendorong mereka untuk optimis sedang kita sendiri masih diselimuti pesimis? Meminjam kata Dee bahwa kita harus penuh dulu sebelum memenuhi orang lain. Harus utuh dulu sebelum membagi pada yang lain. Jadilah aku sekarang ini membangun optimis dari dalam diri. Sebenarnya agak nervous juga sih, soalnya sudah lama tidak melakukan ini. Apalagi banyak siswanya yang tak kukenali. Tetapi apa sih yang tak bisa? aku sudah pernah melakukannya dan berhasil. Tinggal memoles percaya diri saja.
Okehh now say the magic words..
"tarik nafaaas...hembuskan perlahan, semakin kamu menarik nafas, maka kamu akan semakin percaya diri, ketika kamu menarik nafas, kamu sedang menarik energi positif dari penjuru bumi, dan seiring kamu menghembuskan nafas, kamu merasa segala keyakinan negatif mengalir keluar dari dirimu. Kita ulangi sampai sepuluh..1, 2,3, ....10"
Feeling better? yup!!
Let's make it worthed then.. Chayoo!!!
Disana rencana, akan ada sesi hypnolearning buat siswa JILC. DImana mereka diberi motivasi untuk memberdayakan segala potensi yang ada dalam diri mereka setelah terlebih dahulu dihypno untuk menghapus keyakinan-keyakinan negatif dalam diri mereka. Aku didaulat buat menghandle acara itu. Bermodal training hypnolearning yang pernah dibawakan oleh k YUdhi dan ibu Flora, skupun setuju. Memberi motivasi kepada orang lain sungguh hal yang menyenangkan. terlebih ketika hal itu berhasil membantu orang lain menemukan potensinya dan menjadilebih optimis. Prinsip Hypnolearning ini adalh: There's nothing impossible. Apa yang kita pikirkan itulah yang terjadi atau sementara berproses untuk terjadi, so kita tidak boleh memelihara pikiran negative dalam kepala kita, apalagi mengembang biakkannya. Because whatever you think you are, you're absolutely right.
Tentu saja, memberi motivasi bagi orang lain tak semudah memotivasi diri. tetapi itu adalah keharusan. Sebab, bagaimana bisa kita memberi orang lain motivasi, atau mendorong mereka untuk optimis sedang kita sendiri masih diselimuti pesimis? Meminjam kata Dee bahwa kita harus penuh dulu sebelum memenuhi orang lain. Harus utuh dulu sebelum membagi pada yang lain. Jadilah aku sekarang ini membangun optimis dari dalam diri. Sebenarnya agak nervous juga sih, soalnya sudah lama tidak melakukan ini. Apalagi banyak siswanya yang tak kukenali. Tetapi apa sih yang tak bisa? aku sudah pernah melakukannya dan berhasil. Tinggal memoles percaya diri saja.
Okehh now say the magic words..
"tarik nafaaas...hembuskan perlahan, semakin kamu menarik nafas, maka kamu akan semakin percaya diri, ketika kamu menarik nafas, kamu sedang menarik energi positif dari penjuru bumi, dan seiring kamu menghembuskan nafas, kamu merasa segala keyakinan negatif mengalir keluar dari dirimu. Kita ulangi sampai sepuluh..1, 2,3, ....10"
Feeling better? yup!!
Let's make it worthed then.. Chayoo!!!
Jujur
Aku ingin dapat menulis dengan jujur. Gamblang tentang apa yang kurasa dan kuingini. Tidak menuangkannya dalam puisi yang tak pernah sanggup ku posting di blog. Aku terlalu gengsi mengakui memiliki rasa itu dalam diriku. Aku terlalu takut dibilang cengek, rapuh, atau sanagat labil. Blak-blakan dan apa adanya. Seperti yang mereka lakukan.
Aku mendamba menjadi murni. Sejernih air dihulu sungai. Sejujur airmata yang jatuh dalam gulita. Aku bosan berbagi dengan keempat tembok kamarku. Aku capek harus menatap berbatang-batang lilin untuk menghilangkan jejak piluku.
Karena langit malam tak selamanya setia menagkap gelisahku. Karena mengendapkan hampa pada lelap mimpi tak selamanya manjur. Ingin kusibak amarahku, sedih laraku, cemas takutku sehingga benderang jiwaku. Terobati sakitku.
Ah, api, rupanya memang tak semudah dikata..
Wednesday, November 03, 2010
Aku Benci SAma yang Namanya Asap Rokok
Ugh… !!! Ingin rasanya ku rampas rokok yang terselip di jemarinya yang kecokelat-cokelatan an itu. Tapi ku tak bisa (ya iyalah…). Ingin ku plester bibirnya yang kehitam-hitaman itu. Tapi ku tak bisa (of course!!). Atau kupotong saja tangannya yang tak lelah mensuplai nikotin pada paru-parunya? (Hellowwww..)
Aghrr…. Frustasi, kupalingkan saja wajah ku, ku lebarkan jendela yang semoga dapat mensuplai udara bersih ke saluran pernafasanku. Nihil. Asap beracun itu malah menari-nari tepat dilobang hidungku. Uhuk.. aku terbatuk. Dia tak juga peduli. Entahkah wajah ini tak mampu mewailkan isi hati, tapi mau dikerutkan bagaimana lagi ini kening? Mau dimonyongkan bagaimana lagi ini mulut??
Ugh… akhirnya altenative terakhir ya pindah. Dengan tak rela kutinggal “tahta” ku. Beranjak enggan menuju meja diseberang sana, dan itu artinya aku harus menyudahi tarian jemariku yang sedang dalam proses melahirkan tulisan-tulisan yang telah “membisul” dalam kepala, ingin keluar setelah “dipenjara” oleh hakim yang bernama kesibukan. Dan dibagian meja ini, tak tersedia colokan listrik. Karenanya laptop ini harus ku off kan. Arghhh…
*Theme song untuk postingan kali ini: Slank Dayaknya SLank…*
Monday, November 01, 2010
it's nothing
beberapa hari ini (sok) sibuk bgt. Alhamdulillah dapat job buat transelete tugasx orang. jadilah blog dianak tirikan dulu. Hari gini kalo gada duit susah juga,
well, just want to say it...
well, just want to say it...
Thursday, October 21, 2010
KAngen padamu, Pak J.K
Pagi ini kulalui dengan bersantai. Tak ada jadwal ngajar pagi ini. Jum'at adalah hari bersenang2ku. Ditingkahi bunyi gerimis diatap rumah, semerbak bau hujan dipekarangan, kusesap teh panasku. Televisi di hadapanku menyajikan berita yang masih itu2 saja. Setiap chanel kompak mengangkat topik serupa "Mengevaluasi Setaun Kepemimpinan SBY Budiyono". Berselonjor kaki, kuikuti juga berita itu akhirnya.
Jujur saja, politik tidak pernah singgah kehatiku. Selama ini segala tentang politik kuperhatikan segelintir saja. Tak perna benar2 membacanya dikoran, tak pernah benar2 mendengarnya di radio, dan tak pernah benar2 menaruh minat ketika disiarkan di tv. Untuk apa? Toh mengetahui itu semua hanya akan membuatku dongkol saja. Wajah-wajah tamak sang wakil terus menerus menelanjang tanpa malu. Kalau ditonton pagi, hanya akan mengacaukan suasana hati. Bukankah kata orang tua dulu tak baik memulai hari dengan hati yang ricuh? Katanya itu bisa membuat rejeki lari, pantang mendekat. Mungkin ini juga yang membuat bangsa ini terpuruk. Setiap pagi, media menyajikan borok bangsa ini, membuat orang pada dongkol. Akhirnya jauhlah rejeki dari bangsa ini. Lari ke negara-negara tetangga.
Tapi pagi ini beda, entah apa yang merasukiku, aku tak tahu. Yang pasti ada debar didada ini. Aku tak tahu akan menamainya apa. Dan aku tak ingin menamainya. Biarlah kurasa saja ia menggeliat-geliat. Aku ingin menikmati sensasinya kali ini. Sesekali kusesap teh manisku, membiarkan rasanya membawaku hanyut pada sesuatu yang tak ingin kunamai ini. Jadi biarkan aku memuntahkan perasaanku, meneriakkan emosiku, mencoba menasinalis, walau hanya untuk sekali.
Setahun sudah presiden dan wakil presiden terpilih memimpin Indonesiaku. Ulang tahun pertamanya semarak diwarnai demo, jeritan kecewa, tatapan sinis, serapah, dan masih banyak lagi yang kesemuanya itu sudah sangat jelas merupakan akumulasi dari perih hati masyarakat akan kinerja dan tabiat penguasa jaman kali ini. Menjadi saksi akan itu semua sudah sangat cukup membuat darah bergolak, tangan terkepal menahan marah. aku dan sebagian besar warga bangsa ini sukses dibuat geregetan.
Sudah setahun janji yang terucap tak terealisasi. Taburan teori yang hanya elok diatas kertas belaka, diruang2 rapat saja. kasihan tak pernah terlahir dan tumbuh menjadi realitas yang mendamaikan hari. Mengalami aborsi di tangan2 pemilik piutang budi, HUffttt...
Bombardir media suarakan tangis pun serupa radio rusak bagi mereka. Padahal nyata tertampak aibnya telanjang, namun tak malu. Tak punya malu.
Aku pernah mengaguminya, dimasa 5 tahun pemerintahan pertamanya, aku menjadi salah satu pemujanya. Betapa periode pertama itu kinerjanya memuaskan. Banyak masalah yang teratasi dengan cepat dan tepat. Dukungan pun mengalir padanya. Asa jutaan warga dititip padanya. Akan adanya Indonesia yang biasa mengaum lebih keras dimasa yang akan datang. Bukankah kita pernah menjadi Macan Asia? Hatiku miris ketika mengetik kata "pernah". Pernah??? aku tak suka kata ini. "We were Asian tiger" Aku benci ketika harus menuliskannya dalam bentuk simple past. Sesuatu yang hanya terjadi dimasa lalu dan sekarang tidak lagi. Tidakkah kau merasa ngilu membacanya, kawan? Dia mntasbihkan kata "LANjutkan!!" sebagai jarkon dalam kampanyenya. Kata itu menjanjikan adanya kelanjutan dari keberhasilan yang telah dicapai di lima tahun pertama. Tetapi rupanya jarkon itu hanyalah lagu menjelang tidur saja. Didengungkan untuk membelai mimpi selamanya menjadi mimpi. Ketika terbangun, terbentang kecewa yang mengiris.
Menyaksikan kinerja sepasang penguasa ini, hadirkun rindu pada sosok mungil itu. Pada bapak jenaka itu. Pria yang selalu menyapa para wartawan dengan nama mereka sendiri. Pernah ku dengar ia berkata pada seorang wartawan yang tengah menginterview dirinya "Masalanya tidak hanya itu, FAuziah..." Dia menjelma menjadi seorang bapak yang sangat penyayang dimataku. Ada yang lain pada caranya menyebut nama wartawan itu. Bukan seperti seorang wakil presiden yang berbicara kepada kuli berita, tetapi lebih selayaknya bapak memanggil nama anaknya, seumpama guru yang menyebut nama muridnya yang haus ilmu. Aku kangen pada bapak yang tegas, tangkas, dan pekerja keras itu. Aku rindu padamu, Pak J.K...
Mau tak mau, aku membandingkan pemerintahan kali ini dengan pemerintahan 5 tahun pertama. Sungguh sangat jauh berbeda. Terbukti sudah, tanpamu dia buakan apa2. Pernah dulu, ada diskusi dengan sejawat, jelang pemilu 2009. Aku ingat, rekanku pernah berkata begini "Coba lihat saja, kinerja pak J.K, jika jadi wakil presiden saja ia mampu membuat keputusan yang cepat dan matang, bagaimana kalau menjadi presiden?" kepala dan hatiku mengangguk mengamini kata2 rekanku itu. Yah, pada saat menjabat wakil presiden saja ia mampu berbuat lebih untuk bangsa, bagaimana jika menjadi presiden??? harapanku melambung akan itu. Pak J.K yang tegas, cepat dan memihak rakyat.
Setahun perjalanan pemerintahan baru merupakan cermin yang sangat jernih, bahwa memang bangsa ini sangat membutuhkan sosok cekatan, tegas, dan berani seperti dia. Baapak Jusuf Kalla...
teh ku sudah habis, matahari menyembul malu-malu dibalik awan, Sinarnya mengkristalkan butiran hujan pada ranting-ranting pohon, burung-burung pun berkepak menari, ku matikan TV ku, sadar akan kondisi kamarku yang serupa kapal pecah. Sebelum beranjak berdiri, kuselipkan doa dalam hatiku, berharap permohonan ini sampai dibawa cahaya menuju langit, menggoyang arsy, dan dikabulakannya...
"Semoga Indonesiaku bisa kembali pulih, mengaum keras di penjuru bumi, menggentarkan mereka yang berencana memperdaya tanah air pusaka nan jaya, amiiinnn"
Ririn...
Jujur saja, politik tidak pernah singgah kehatiku. Selama ini segala tentang politik kuperhatikan segelintir saja. Tak perna benar2 membacanya dikoran, tak pernah benar2 mendengarnya di radio, dan tak pernah benar2 menaruh minat ketika disiarkan di tv. Untuk apa? Toh mengetahui itu semua hanya akan membuatku dongkol saja. Wajah-wajah tamak sang wakil terus menerus menelanjang tanpa malu. Kalau ditonton pagi, hanya akan mengacaukan suasana hati. Bukankah kata orang tua dulu tak baik memulai hari dengan hati yang ricuh? Katanya itu bisa membuat rejeki lari, pantang mendekat. Mungkin ini juga yang membuat bangsa ini terpuruk. Setiap pagi, media menyajikan borok bangsa ini, membuat orang pada dongkol. Akhirnya jauhlah rejeki dari bangsa ini. Lari ke negara-negara tetangga.
Tapi pagi ini beda, entah apa yang merasukiku, aku tak tahu. Yang pasti ada debar didada ini. Aku tak tahu akan menamainya apa. Dan aku tak ingin menamainya. Biarlah kurasa saja ia menggeliat-geliat. Aku ingin menikmati sensasinya kali ini. Sesekali kusesap teh manisku, membiarkan rasanya membawaku hanyut pada sesuatu yang tak ingin kunamai ini. Jadi biarkan aku memuntahkan perasaanku, meneriakkan emosiku, mencoba menasinalis, walau hanya untuk sekali.
Setahun sudah presiden dan wakil presiden terpilih memimpin Indonesiaku. Ulang tahun pertamanya semarak diwarnai demo, jeritan kecewa, tatapan sinis, serapah, dan masih banyak lagi yang kesemuanya itu sudah sangat jelas merupakan akumulasi dari perih hati masyarakat akan kinerja dan tabiat penguasa jaman kali ini. Menjadi saksi akan itu semua sudah sangat cukup membuat darah bergolak, tangan terkepal menahan marah. aku dan sebagian besar warga bangsa ini sukses dibuat geregetan.
Sudah setahun janji yang terucap tak terealisasi. Taburan teori yang hanya elok diatas kertas belaka, diruang2 rapat saja. kasihan tak pernah terlahir dan tumbuh menjadi realitas yang mendamaikan hari. Mengalami aborsi di tangan2 pemilik piutang budi, HUffttt...
Bombardir media suarakan tangis pun serupa radio rusak bagi mereka. Padahal nyata tertampak aibnya telanjang, namun tak malu. Tak punya malu.
Aku pernah mengaguminya, dimasa 5 tahun pemerintahan pertamanya, aku menjadi salah satu pemujanya. Betapa periode pertama itu kinerjanya memuaskan. Banyak masalah yang teratasi dengan cepat dan tepat. Dukungan pun mengalir padanya. Asa jutaan warga dititip padanya. Akan adanya Indonesia yang biasa mengaum lebih keras dimasa yang akan datang. Bukankah kita pernah menjadi Macan Asia? Hatiku miris ketika mengetik kata "pernah". Pernah??? aku tak suka kata ini. "We were Asian tiger" Aku benci ketika harus menuliskannya dalam bentuk simple past. Sesuatu yang hanya terjadi dimasa lalu dan sekarang tidak lagi. Tidakkah kau merasa ngilu membacanya, kawan? Dia mntasbihkan kata "LANjutkan!!" sebagai jarkon dalam kampanyenya. Kata itu menjanjikan adanya kelanjutan dari keberhasilan yang telah dicapai di lima tahun pertama. Tetapi rupanya jarkon itu hanyalah lagu menjelang tidur saja. Didengungkan untuk membelai mimpi selamanya menjadi mimpi. Ketika terbangun, terbentang kecewa yang mengiris.
Menyaksikan kinerja sepasang penguasa ini, hadirkun rindu pada sosok mungil itu. Pada bapak jenaka itu. Pria yang selalu menyapa para wartawan dengan nama mereka sendiri. Pernah ku dengar ia berkata pada seorang wartawan yang tengah menginterview dirinya "Masalanya tidak hanya itu, FAuziah..." Dia menjelma menjadi seorang bapak yang sangat penyayang dimataku. Ada yang lain pada caranya menyebut nama wartawan itu. Bukan seperti seorang wakil presiden yang berbicara kepada kuli berita, tetapi lebih selayaknya bapak memanggil nama anaknya, seumpama guru yang menyebut nama muridnya yang haus ilmu. Aku kangen pada bapak yang tegas, tangkas, dan pekerja keras itu. Aku rindu padamu, Pak J.K...
Mau tak mau, aku membandingkan pemerintahan kali ini dengan pemerintahan 5 tahun pertama. Sungguh sangat jauh berbeda. Terbukti sudah, tanpamu dia buakan apa2. Pernah dulu, ada diskusi dengan sejawat, jelang pemilu 2009. Aku ingat, rekanku pernah berkata begini "Coba lihat saja, kinerja pak J.K, jika jadi wakil presiden saja ia mampu membuat keputusan yang cepat dan matang, bagaimana kalau menjadi presiden?" kepala dan hatiku mengangguk mengamini kata2 rekanku itu. Yah, pada saat menjabat wakil presiden saja ia mampu berbuat lebih untuk bangsa, bagaimana jika menjadi presiden??? harapanku melambung akan itu. Pak J.K yang tegas, cepat dan memihak rakyat.
Setahun perjalanan pemerintahan baru merupakan cermin yang sangat jernih, bahwa memang bangsa ini sangat membutuhkan sosok cekatan, tegas, dan berani seperti dia. Baapak Jusuf Kalla...
teh ku sudah habis, matahari menyembul malu-malu dibalik awan, Sinarnya mengkristalkan butiran hujan pada ranting-ranting pohon, burung-burung pun berkepak menari, ku matikan TV ku, sadar akan kondisi kamarku yang serupa kapal pecah. Sebelum beranjak berdiri, kuselipkan doa dalam hatiku, berharap permohonan ini sampai dibawa cahaya menuju langit, menggoyang arsy, dan dikabulakannya...
"Semoga Indonesiaku bisa kembali pulih, mengaum keras di penjuru bumi, menggentarkan mereka yang berencana memperdaya tanah air pusaka nan jaya, amiiinnn"
Ririn...
Friday, October 15, 2010
Pernah disuatu masa...
Pernah disuatu masa
Dia seolah berada disurga
Madu fatamorgana ia reguk
Burung burung bernyanyi hanya untuknya
Semesta adalah pelayan penyempurna bahagianya
Pernah disuatu masa
Kabut menggelayut dilangit senja
Ketakutan ia akan hitam
Gemetar ia akan kelam
Lalu berlarilah ia jauh
Dipilihnya dasar lautan sebagai tempatnya bersembuyi
Setidakya disini tak ada hujan, pikirnya
Dan nyamanlah dia dengan dunia barunya
DIdengarkannya saja teriakan awan yang telah kembali seputih kapas memanggilnya pulang
Di abaikannya saja rayuan angin yang menggodanya dengan kehangatan musim semi
Ia bergeming
Tak sudi kembali
Karena semua takkan pernah bisa sama lagi….
RIrin Syahriani, S.Pd
September, 25th 2010
Jalan yang kupilih
Akhirnya kuputuskan mengakhiri kesia-siaan ini. Berhenti meremehkan waktu, seakan dia akan ada terus untukku. beberapa hari belakangan ini jiwau ingin teriak. keras-keras. isi dalam kepala yang meronta untuk dikeluarkan. tapi selalunya kusabar-sabarkan saja mereka dengan berlindung dibalik tameng sibuk, lagi bad mood, koneksi gag bagus, blablabla... Tapi kali ini, mereka dah bisa diajak kompromi lagi. Katanya mereka bakal ikut program keluarga berencana kalo masih terus kupenjara dalam kepala. Mereka akan berhenti memproduksi ide. Wah sungguh mengerikan!!! Menyerah tanpa syarat akhirnya ku posting juga deh pahatan perasaan yang sebenarnya telah kuketik beberapa hari yang lalu... ini dia...
“Don’t under estimate your self!”
“There is a giant in your body”
Entah sudah seberapa sering aku mendengar dan melihat kalimat ini. Ada dalam ucapan guru-guruku, ada dalam nesehat sahabat-sahabatku, membahana di radio-radio, di buku-buku motivasi, di pamphlet-pamphlet, di kolom-kolom koran, dan sekarang marak didengung-dengungkang oleh para motivator. Efek kalimat ini pun tidaklah main-main. Banyak jiwa-jiwa yang tertidur mulai menggeliat lalu kemudian tebangun demi mendengar kalimat-kaimat ini. Rame-rame mereka merebut peluang dan melambungkan mimpi, semata karena didadanya telah terbangun sang macan. Memamerkan cakar-cakar siap menerkam ketakutan dan ketakpercayaan diri yang selama ini meninabobokan mereka telalulama.
Aku menyaksikan fenomena ini dengan takjub. Satu-satu kusaksikan semangat memprofokasi ketakberdayaan untuk beranjak. Tiap kali ada lowongan mereka tak ragu untuk menjemput. Siap berebut tempat. Walau seringkali tak linear dengan academic background, dan keahlian yang mereka miliki. Mereka telah jadi macan., hehehe
Lalu aku bertanya pada diri yang juga tak menunjukkan geliat seperti halnya mereka. “Am I underestimating my self?” Mungkin jawabannya iya. Tapi saya tidak malu untuk itu. BUkankah tidak perlu jadi macan untuk memberikan yang terbaik dari diri? Macan bisa berjaya jika dia di hutan rimba. Ditempat dimana semestinya ia berada. Tapi apakah dia bisa menunjukkan kedigjayaan yang sama jika dia berada di dalam rengkuhan samudra nan biru? Apakah dia bisa mengaum dengan penuh wibawa jika berada di rentangan angkasa raya? Aku kira tidak. Lalu mengapa semua seakan berlomba menjadi macan? Aku tak mau menjadi macan jika angkasa raya adalah rumaku. Bunuh diri namanya jika memilih menjadi macan, jika samudra yang membiru itu adalah nafas hidupku.
Tepatnya 28 September yang lalu, Kemenlu mengadakan sosialisasi menyangkut penerimaan cpns jalur khusus di lingkupnya. Dalam sosialisasi itu, dibahaslah mengenai jenjang karir dan tanggung jawab apabila berhasil masuk dan bergabung dalam kementrian bergengsi itu. Segala iming2 gengsi yang menggiurkan, jumlah uang dalam rekening yang bisa membuat orang lupa diri, pergaulan dari kalangan atas, fasilitas serba lux, bla..bla..bla.. aku mendengar dengan takjub, sembari berhayal, wa….hhh alangkah menyenangkannya bisa medapatkan segala kemewahan itu… Kemana-mana mengendarai mobil pribadi, mobile phone yang selalu keluaran terbaru, laptop tercanggih dan termahal, berbalutkan pakaian dengan standar fashion ala perancang2 paris, farfume mewah yang tak semua kalangan bisa memakainya, kolega dari kasta atas, dan sebagainya dan sebagainya… Yah itulah yang terbayang dalam ruang benakku ketika kepala biro kemenlu itu mengurai janji-janji yang melenakan yang ditawarkan kemenlu.
Tetapi ketika beliau menyebutkan tugas dan tanggung jawab yang akan diemban anggota kemenlu, balon-balon imajinasiku pecah satu-satu. "Blup..blup.." bunyinya mengaktifkan kembali saraf diotakku untuk kembali kedunia nyata, bumi tempatku berpijak saat ini. Menyerbuku dengan banyak sekali pertanyaan. Tentang apakah mejadi anggota kemenlu cocok dengan diriku? Tentang sanggupkah aku memikul beban yang diemban para duta Negara itu?
Lalu seakan sebuah cermin besar diletakkan dihadapanku oleh tangan tak kasat mata. Bukan cermin Tarsah seperti yag dilihat oleh Harry Potter. Bukannya menampakkan hasrat terdalam dari hatiku tetapi cermin yang dihadapanku ini kebalikanya. Aku menatap kedalam cermin dan yang tampak pertama kali adalah gambaran aku yang kalang kabut dengan berbagai kewajiban administratif yang diemban anggota kemenlu. aku pun bergidik ngeri. Lalu cermin besar itu kemudian menampakkan satu episode yang lain lagi. Aku melihat diriku dibentak-bentak oleh atasan karena laporan yang aku buat tak seperti yang mereka inginkan, lalu ada lagi aku yang sedang duduk lesu didepan komputer, mata merah, perih dan berat, jam di meja menunjukan pukul 2 pagi, dan aku mendamba hangatnya selimut di kamarku. Kemudian sang cermin menampakkan aku yang tengah telpon2an dengan family, setengah gila memikirkan mereka tengah kumpul2 keluarga-TANPAKU-!!! oh tidak!!! segera tinjuku menhancurkan cermin bangsat itu!!!
Rupanya menjadi anggota kemenlu sangat tidak cocok dengan diriku. Apa yang kupunya dan apa yang bersedia kuberikan tidaklah bersesuaian dengan apa yang dibutuhkan pihak kemenlu. Aku tidak menyalahkan pihak kemenlu yang mensyaratkan apa yang menurutku terlalu berat. Aku hanya membaca diri. Membaca keinginanku dan konsep yang kubuat dalam menapaki hidupku. Aku orang yang cukup nyante, senang bermalas2an dipagi hari, menikmati langit sore, bercengkrama dengan diam, melakukan hal2 tak penting, sama sekali bukan pribadi yang diinginkan kemelu. Lalu kenapa juga aku harus memaksakan diri??
Ilustrasi
Selama ini yang kuyakini, mengajar adalah pilihan hidupku, jalan yang ditunjukkan Tuhan untukku. Aktivitas yang tidak menuntut waktu terlalu banyak. Jadi aku masih bisa menikmati hari bersama keluarga, bermalas2an (yang merupakan sifat bawaan orok), dan melakukan hal2 tak terduga, hehehe. Lagian menurutku, aku bagus kok jadi guru. Murid2ku juga bilang begitu, sih :D. jadi biarlah kujabani saja tugas mulia ini dengan sebaik2nya. Setidaknya aku merasa bisa mempertanggugjawabkannya di dunia akhirat. Toh ada banyak sekali orang2 yang memang layak untuk menjadi anggota big family of kemenlu. Mereka yang jiwanya benar2 terpanggil mengemban tugas2 anggota kemenlu. Tentu saja dengan segala kualifikasi standar kemenlu.
Lalu Aku berkaca pada artis2 di tanah air tercinta yang degan tak tahu malunya menjabani segala pekerjaan dimana they are not good in it at all. Contohnya saja, ya si …, eh, tidak perlu tulis nama. Nanti bisa tersangkut kasus lagi. ok. kita bisa lihat arktris-aktor yang menjajal kemampuan diluar bidang yang mereka expert, misalnya yang biasa akting jadi coba nyanyi, atau pun sebaliknya dengan modal ikutan2 doang aau malah lebih parah merasa diri terlalu multi talent. Fakta membuktikan bahwa hanya sedikit dari mereka yang benar2 ok dan bisa diterima masyarakat, seumpama BCL. Tapi yag lain?? malah membuat dunia musik yang kukenal jadi tak seasik dulu. Akhirnya bukannya menaikkan pamor mereka, tetapi malah membuat mereka jadi sasaran cemoohan pecinta musik. Sungguh sangat tidak cool. Bukankah akan lebih baik jika mereka fokus saja ke bidang yang mereka kuasai supaya bisa memberikan yang terbaik?? Bukankah masih banyak penyanyi handal yang bisa menghiasi jagad musik? Bukankah kanvas jika tidak dilukis oleh seorang pelukis yang expert tidak akan menghasilkan lukisan yang menawan? Bukankah mencintai musik tidak berarti harus menjadi pemusik?
Tetapi, mereka masih agak mending. Paling tidak mereka tidak merugikan orang lain. Toh kalau tidak suka lagunya, pendengar punya kuasa yang besar untuk mengganti track atau chanel. Masalah selesai. sama sekali tak memakan korban. Tapi apa jadinya jika saya memaksakan diri untuk menjadi apa yang sebenarnya saya tak sanggupi? Bukan karena bodoh, tetapi karena jiwa saya tersiksa jika dipaksa kesitu. Rumah saya bukan disitu. Aku tak sanggup membayangkan nasib bangsa yang kusayangi ini jika berada dipundak mereka yang tak berkompeten untuk itu, mereka yang memang bukanya bodoh, bukannya tak hebat, tapi memang tidak cocok ditempat itu?
Ketika modal yang dimiliki hanya sekedar rasa percaya diri yang tinggi, tanpa adanya background yang sesuai, mending tidak usah memaksakan diri untuk bekerja dibidang2 tertentu. Toh masih banyak bidang lain yang hanya akan sukses jika ditangani kita. Masih banyak senyum yang bisa kita ukir dibumi pertiwi ini diluar lingkup kemenlu.
Bkan kah tak perlu menjadi macan jika rumah kita adalah samura nan biru??
RIRIN...
“Don’t under estimate your self!”
“There is a giant in your body”
Entah sudah seberapa sering aku mendengar dan melihat kalimat ini. Ada dalam ucapan guru-guruku, ada dalam nesehat sahabat-sahabatku, membahana di radio-radio, di buku-buku motivasi, di pamphlet-pamphlet, di kolom-kolom koran, dan sekarang marak didengung-dengungkang oleh para motivator. Efek kalimat ini pun tidaklah main-main. Banyak jiwa-jiwa yang tertidur mulai menggeliat lalu kemudian tebangun demi mendengar kalimat-kaimat ini. Rame-rame mereka merebut peluang dan melambungkan mimpi, semata karena didadanya telah terbangun sang macan. Memamerkan cakar-cakar siap menerkam ketakutan dan ketakpercayaan diri yang selama ini meninabobokan mereka telalulama.
Aku menyaksikan fenomena ini dengan takjub. Satu-satu kusaksikan semangat memprofokasi ketakberdayaan untuk beranjak. Tiap kali ada lowongan mereka tak ragu untuk menjemput. Siap berebut tempat. Walau seringkali tak linear dengan academic background, dan keahlian yang mereka miliki. Mereka telah jadi macan., hehehe
Lalu aku bertanya pada diri yang juga tak menunjukkan geliat seperti halnya mereka. “Am I underestimating my self?” Mungkin jawabannya iya. Tapi saya tidak malu untuk itu. BUkankah tidak perlu jadi macan untuk memberikan yang terbaik dari diri? Macan bisa berjaya jika dia di hutan rimba. Ditempat dimana semestinya ia berada. Tapi apakah dia bisa menunjukkan kedigjayaan yang sama jika dia berada di dalam rengkuhan samudra nan biru? Apakah dia bisa mengaum dengan penuh wibawa jika berada di rentangan angkasa raya? Aku kira tidak. Lalu mengapa semua seakan berlomba menjadi macan? Aku tak mau menjadi macan jika angkasa raya adalah rumaku. Bunuh diri namanya jika memilih menjadi macan, jika samudra yang membiru itu adalah nafas hidupku.
Tepatnya 28 September yang lalu, Kemenlu mengadakan sosialisasi menyangkut penerimaan cpns jalur khusus di lingkupnya. Dalam sosialisasi itu, dibahaslah mengenai jenjang karir dan tanggung jawab apabila berhasil masuk dan bergabung dalam kementrian bergengsi itu. Segala iming2 gengsi yang menggiurkan, jumlah uang dalam rekening yang bisa membuat orang lupa diri, pergaulan dari kalangan atas, fasilitas serba lux, bla..bla..bla.. aku mendengar dengan takjub, sembari berhayal, wa….hhh alangkah menyenangkannya bisa medapatkan segala kemewahan itu… Kemana-mana mengendarai mobil pribadi, mobile phone yang selalu keluaran terbaru, laptop tercanggih dan termahal, berbalutkan pakaian dengan standar fashion ala perancang2 paris, farfume mewah yang tak semua kalangan bisa memakainya, kolega dari kasta atas, dan sebagainya dan sebagainya… Yah itulah yang terbayang dalam ruang benakku ketika kepala biro kemenlu itu mengurai janji-janji yang melenakan yang ditawarkan kemenlu.
Tetapi ketika beliau menyebutkan tugas dan tanggung jawab yang akan diemban anggota kemenlu, balon-balon imajinasiku pecah satu-satu. "Blup..blup.." bunyinya mengaktifkan kembali saraf diotakku untuk kembali kedunia nyata, bumi tempatku berpijak saat ini. Menyerbuku dengan banyak sekali pertanyaan. Tentang apakah mejadi anggota kemenlu cocok dengan diriku? Tentang sanggupkah aku memikul beban yang diemban para duta Negara itu?
Lalu seakan sebuah cermin besar diletakkan dihadapanku oleh tangan tak kasat mata. Bukan cermin Tarsah seperti yag dilihat oleh Harry Potter. Bukannya menampakkan hasrat terdalam dari hatiku tetapi cermin yang dihadapanku ini kebalikanya. Aku menatap kedalam cermin dan yang tampak pertama kali adalah gambaran aku yang kalang kabut dengan berbagai kewajiban administratif yang diemban anggota kemenlu. aku pun bergidik ngeri. Lalu cermin besar itu kemudian menampakkan satu episode yang lain lagi. Aku melihat diriku dibentak-bentak oleh atasan karena laporan yang aku buat tak seperti yang mereka inginkan, lalu ada lagi aku yang sedang duduk lesu didepan komputer, mata merah, perih dan berat, jam di meja menunjukan pukul 2 pagi, dan aku mendamba hangatnya selimut di kamarku. Kemudian sang cermin menampakkan aku yang tengah telpon2an dengan family, setengah gila memikirkan mereka tengah kumpul2 keluarga-TANPAKU-!!! oh tidak!!! segera tinjuku menhancurkan cermin bangsat itu!!!
Rupanya menjadi anggota kemenlu sangat tidak cocok dengan diriku. Apa yang kupunya dan apa yang bersedia kuberikan tidaklah bersesuaian dengan apa yang dibutuhkan pihak kemenlu. Aku tidak menyalahkan pihak kemenlu yang mensyaratkan apa yang menurutku terlalu berat. Aku hanya membaca diri. Membaca keinginanku dan konsep yang kubuat dalam menapaki hidupku. Aku orang yang cukup nyante, senang bermalas2an dipagi hari, menikmati langit sore, bercengkrama dengan diam, melakukan hal2 tak penting, sama sekali bukan pribadi yang diinginkan kemelu. Lalu kenapa juga aku harus memaksakan diri??
Ilustrasi
Selama ini yang kuyakini, mengajar adalah pilihan hidupku, jalan yang ditunjukkan Tuhan untukku. Aktivitas yang tidak menuntut waktu terlalu banyak. Jadi aku masih bisa menikmati hari bersama keluarga, bermalas2an (yang merupakan sifat bawaan orok), dan melakukan hal2 tak terduga, hehehe. Lagian menurutku, aku bagus kok jadi guru. Murid2ku juga bilang begitu, sih :D. jadi biarlah kujabani saja tugas mulia ini dengan sebaik2nya. Setidaknya aku merasa bisa mempertanggugjawabkannya di dunia akhirat. Toh ada banyak sekali orang2 yang memang layak untuk menjadi anggota big family of kemenlu. Mereka yang jiwanya benar2 terpanggil mengemban tugas2 anggota kemenlu. Tentu saja dengan segala kualifikasi standar kemenlu.
Lalu Aku berkaca pada artis2 di tanah air tercinta yang degan tak tahu malunya menjabani segala pekerjaan dimana they are not good in it at all. Contohnya saja, ya si …, eh, tidak perlu tulis nama. Nanti bisa tersangkut kasus lagi. ok. kita bisa lihat arktris-aktor yang menjajal kemampuan diluar bidang yang mereka expert, misalnya yang biasa akting jadi coba nyanyi, atau pun sebaliknya dengan modal ikutan2 doang aau malah lebih parah merasa diri terlalu multi talent. Fakta membuktikan bahwa hanya sedikit dari mereka yang benar2 ok dan bisa diterima masyarakat, seumpama BCL. Tapi yag lain?? malah membuat dunia musik yang kukenal jadi tak seasik dulu. Akhirnya bukannya menaikkan pamor mereka, tetapi malah membuat mereka jadi sasaran cemoohan pecinta musik. Sungguh sangat tidak cool. Bukankah akan lebih baik jika mereka fokus saja ke bidang yang mereka kuasai supaya bisa memberikan yang terbaik?? Bukankah masih banyak penyanyi handal yang bisa menghiasi jagad musik? Bukankah kanvas jika tidak dilukis oleh seorang pelukis yang expert tidak akan menghasilkan lukisan yang menawan? Bukankah mencintai musik tidak berarti harus menjadi pemusik?
Tetapi, mereka masih agak mending. Paling tidak mereka tidak merugikan orang lain. Toh kalau tidak suka lagunya, pendengar punya kuasa yang besar untuk mengganti track atau chanel. Masalah selesai. sama sekali tak memakan korban. Tapi apa jadinya jika saya memaksakan diri untuk menjadi apa yang sebenarnya saya tak sanggupi? Bukan karena bodoh, tetapi karena jiwa saya tersiksa jika dipaksa kesitu. Rumah saya bukan disitu. Aku tak sanggup membayangkan nasib bangsa yang kusayangi ini jika berada dipundak mereka yang tak berkompeten untuk itu, mereka yang memang bukanya bodoh, bukannya tak hebat, tapi memang tidak cocok ditempat itu?
Ketika modal yang dimiliki hanya sekedar rasa percaya diri yang tinggi, tanpa adanya background yang sesuai, mending tidak usah memaksakan diri untuk bekerja dibidang2 tertentu. Toh masih banyak bidang lain yang hanya akan sukses jika ditangani kita. Masih banyak senyum yang bisa kita ukir dibumi pertiwi ini diluar lingkup kemenlu.
Bkan kah tak perlu menjadi macan jika rumah kita adalah samura nan biru??
RIRIN...
Wednesday, October 13, 2010
secangkir teh menemaniku pagi ini
sensasi melenakan menyapa indra kecapku
tersenyum menatap pagi
menagih janji akan bahagia
pagi ini senyumku cerah
janji telah kau bayar lunas
ah,,, kau memang tak pernah ingkar atas keadilan yang kau ikrarkan
kau menunjukiku dengan gamblang
dan ketika kemegahanmu menghias langit pagiku
optimis yang manis menari-nari dalam hatiku
kau memang tak tetandingi
memanjaku dengan tiada taranya.
Sunday, September 26, 2010
kangen gilaaaa....
jemariu menari lagi
menekan tuts2 laptop dengan riang
rindu yang sedemikian membuncah untuk mengisi lagi lembaran2 blog ini
banyak sekali cerita yang meanti untuk di post
meronta2 ingin keluar pada saat dia nongol dalam benak
tapi apa daya...
kesibukan belakangan ini memaksa ku mengekang jemari untuk tak menari
bahkan ketika godaan untuk membuka blogger kian tak tertahankan.
bahkan kini pun begitu.
tak bisa berlama lama menari di halaman ini...hiks....
menekan tuts2 laptop dengan riang
rindu yang sedemikian membuncah untuk mengisi lagi lembaran2 blog ini
banyak sekali cerita yang meanti untuk di post
meronta2 ingin keluar pada saat dia nongol dalam benak
tapi apa daya...
kesibukan belakangan ini memaksa ku mengekang jemari untuk tak menari
bahkan ketika godaan untuk membuka blogger kian tak tertahankan.
bahkan kini pun begitu.
tak bisa berlama lama menari di halaman ini...hiks....
Monday, August 23, 2010
Sejumput kisah ketika masih SMP
Hatiku sedikit berdesir ketika membaca salah satu postingan temanku si Diah tentang masa2 SMPnya. tanpa ketok pintu pun kenangan2 itu berebut memenuhi fikiranku, sedikit mengaburkan layar monitor komputer di depanku, dan menyayupkan suara2 disekitarku. Begitu kuatnya desakan itu mengggodaku, hingga hatiku pun menyerah dalam cumbuan indahnya masa SMP. Tanpa buang banyak waktu, kutarik mesin waktuku. ku nyalakan meisnnya, ku ketik password, dan ku masukkan tahun 1996. Yes, kisah ini bermula pada tahun itu... siapkah kalian kawan??? inilah kisahku, here we goooooooooooo.....(semoga kau mendengar deru angin yang melesat cepat...)
1996
"hup!!" kita mendarat dengan selamat, kawan. tepat didepan rumahku yang sederhana itu. Waktu itu masih ada pohon jambu putih disamping rumah yang terus menerus berbuah, terus menerus memanjakan kami, terus menerus mengundang burung2 kecil untuk bernyanyi. Dia tidak keberatan didahannya bergelantung ayunan buatan bapakku yang sering ku kendarai dengan ugal2an. Dia begitu baik hati, kawan. Ah, indahnya...
"Sssstt.. jangan sampe ketahuan, yah.. ntar bisa merubah sejarah.. (wkwkwkwk...)
Tampak si Ririn kecil dengan tas ransel usang warna merah yang bergambar batman berseragam putih merah baru saja pulang dari sekolah. DIa tak bersepatu (bukannya tak punya sepatu, tapi sepatunya dia lepas saat pulang sekolah. Ini kebiasaan yang selalu dilakukan bareng teman2nya ketika musim hujan tiba. Yah, berbecek2 ria adalah hobi mereka saat itu. Boreng2 dikakinya pun menjadi saksi semua itu.
"assalamualaikuuuuuuummm" teriaknya dengan suara cempreng
"walaikum salamm" jawab si mama
"ma, saya mau masuk SMP 1, boleh ya?" si Ririn kecil bertanya tanpa pernah tahu SMP 1 itu yang mana dan kayak bagaimana. Yang dia tahu kakak kelasnya pada ingin masuk kesana. (ikut2an mode: ON)
"boleh aja sih, tapi bisa gak kamu masuk kesitu? gag sembarang lho yang bisa masuk kesitu. Lagian kamu kan masih kelas lima, nak. sekolah kamu juga kalo tidak salah bukan rayonnya SMP 1" (waktu itu sistem rayon masih berlaku)
"biar aja, Ma. Yang penting saya mau sekolah disitu. Kalo gag disitu gag mau sekolah"
"MM.. terserah kamu saja deh"
Seminggu setelah itu, sang mama pun membawa kabar yang sempat membuat dunianya yang damai, mengalami gempa. Kata sang mama dia mau dipindahkan ke sekolah baru. Yaitu di SDN 25 Kemaraya Kendari. Dengan panik dia mengingat2 kesalahan apa yah yang sudah dilakukannya Di SDN 2 MAndonga (sekarang namanya jadi SDN 8 MAndonga) sampai harus dikeluarkan dari sekolah. Seingatnya terakhir kali di marahi guru waktu berantem sama teman sekelas, tapi kan itu dah beberapa bulan yang lalu. Lalu dia teringat pr2 yang tak dikerjakan, tapi masa sih karena itu. Kan biasanya kalo gag kerja pr, paling kena jewer guru atau dijemur di tiang bendera. Atau karena kedapatan coret2 tembok? bukan cuma dia kok yang begitu, lalu apa ya?
"kok bisa, ma?"
"lha, kan kamu yang mau"
"saya?" (menunjuk hidungnya yang gag mancung)
"iya, kan katanya kamu mau masuk SMP 1? gimana sih?"
"emang harus pindah sekolah, ya?"
"iya. SD kamu yang sekarang bukan rayonnya SMP 1"
"Kapan pindahnya, Ma?"
"Senin Depan"
WAduh, ini kan hari kamis, berarti.... Tinggal 2 hari lagi waktunya disekolahnya yang sekarang. Si Ririn kecil lalu masuk kekamar, menangis diam2. Tiba2 kok semua teman2nya langsung terlihat baik semua, musuh2 kecilnya berubah jadi gag jahat lagi dimatanya, oh betapa ternyata dia menyayangi segalanya di sdnya yang sekarang. Kok rasanya, masa berantem dengan si Serly begitu tak ingin dia tinggalkan, berbecek2 ria dengan temannya dikala hujan, menangkap berudu2, semuanya begitu indah, semuanya begitu berkesan...
Tapi, si Ririn kecil sudah bertekad untuk sesuatu yang bahkan dia gag kenal. Dia akah hadapi perpisahan itu. Dua hari yang tersisa dia pakai untuk pamit ke temannya dan berusaha menciptakan akhir yang indah... (semua memang terasa indah, karena teman2nya pada gag rela dengan kepindahannya. Itu bukti bahwa mereka telah melalui hari2 bahagia bersama)
Si ririn kecil pun melewati setahun di sekolahnya yang baru, bersama teman2 baru yang sangat jauh berbeda. Kalo di SDnya yang lama teman2nya bersikap layaknya anak2 sd, di sekolahnya yang baru sama sekali lain. Teman2nya pada imut tapi boros di fashion. ANak kelas 6 Sd sama saja dengan anak SMP kelas 3. Mereka pun dah mulai kenal Pacaran, OWEMJEYYY... kalo di SDnya yang dulu mereka megoleksi wayang, baju2, maka disini teman2 barunya mengoleksi kertas surat, stiker2 tweety, winni the pooh yang cantik, dan juga PARFUM! Mereka juga sudah pakai BEHA lho! benar2 potret mini dari SMPN 1 Kendari. Si Ririn kecil yang "anak kampung" itu pun terhenyak, rupanya dia memang belum mengenal apa yang dia mimpikan...
Setahun berlalu, dan berkat usahanya, dia berhasil masuk di sekolah favorit itu. Ospek pertama pun menyambutnya. Dia terbelalak menyaksikan keganasan senior2nya. sekaligus terpesona pada kepintaran dan kecantikan serta kegantengan mereka. Mereka tampak berwibawa, dan memiliki aura pembunuh (hehehe). Satu persatu disaksikannya teman2 sdnya dibantai habis2an karena kesekolah memakai rok mini, dan di rambutnya bergelayut aneka aksesoris yang bikin iri panitia ospek, di kakinya terpasang sepatu yang harganya cukup buat jajan setahun. Semuanya disita oleh mereka. katanya Kalau kesekolah gag boleh bergaya! Si RIrin kecil terdiam iba melihat derita sekawanannya.
Dia prihatin melihat satu persatu jepitan mickey mouse, winnie the pooh, dan tweety itu terenggut. PAdahal, ketika melakukan hal itu, rambut si kakak kelas pun peuh dengan aksesoris serupa.
Seminggu di ospek ternyata tidak hanya berisi cerita miris, Si RIrin kecil juga mendapati dirinya bahagia dalam masa itu. Matanya dimanjakan oleh wajah2 kakak kelasnya yang kinclong abis. Perpaduan kepintaran, ketajiran, dan kegantengan. Mmm.. si Ririn Kecil naksir salah satu dari mereka, hwhww
Ospek berakhir, kekerasan panitia berakhir, dan saatnya penentuan masuk kelas yang mana. Untuk itu diadakan tes kemampuan. Dari pengumuman di tiap kelasnya si Ririn kecil mengetahui bahwa dia di kelas 1.2, dimana yang jadi kelas unggulan adalah kelas 1.5. DAn itu artinya, dia akan bersama dengan teman2 dari kasta yang termsuk rendah di bidang otak, hehehe tapi tak mengapa, yang penting mimpinya telah terwujud, jadi bagian dari SMP 1 Kendari.
Atmosfir di kelas itu lumayan menyenangkan. Dengan cepat si Ririn kecil mendapatkan teman. Tapi tak semua bisa menjadi teman. Sudah jadi rahasia umum kalau di SMP 1 ini tempatnya anak2 yang ortunya tajir abis. Salah satu teman kelasnya adalah Werika alias OKI yang notabene anak walikota pada waktu itu. Oki orangnya supel, baik, cuek dan cengengesan. Dia juga tak pilih2 teman. lalu apa masalahnya? masalahnya adalah, orang2 yang ingin berteman dengannya itu. Mereka, sesama anak pejabat tak senang jika bergaul dengan orang dari kasta yang tak sepadan. Jadilah terdapat tiga tingkat kasta pada kelas itu, dan juga kelas2 lainnya, high, midle, and lower class. Si Ririn kecil belongs to midle class.
hari2 yang dilalui penuh dengan kisah2 seru. Layaknya sebuah cerita, selalu ada tokoh antagonis dan protagonisnya. Dan karena yang menulis blok ini adalah RIrin yang dah besar, maka semau2nya lah dia menjadikan Si RIrin kecil sebagai tokoh protagonis, dan Si A** sebagai tokoh antagonis (sebenarnya kecil banget kemungkinannya si A** baca postingan ini, tapi biarlah namanya kusamarkan, biar kesannya lebih gimanaaa gitwuu,, hehehe).
jadi dikelas itu memang si A** paling nyebelin sedunia. Suka menghina, suka pamer, padahal ortunya gag tajir2 amat. semua agak takut cari masalah sama dia. Tapi temen2 sering sekali menggosipkan dia dibelakang. Si A** dulu ketahuan suka sama seseorang yang si Ririn kecil juga suka namanya i***. Hanya saja Si Ririn pintar menutupi perasaannya dia. Jadi ceritanya, suatu hari, si A** rupanya nekat mengirim surat sama si I***, dia menaruh suratnya di laci meja sebelum orang2 pada apel, nah si Ririn yang doyang banget telat ini, kebetulan datang belakangan. Dia berlari masuk kelas untuk menyimpan tasnya. Tapi pas nyimpen, ada amplop yang jatuh dilantai. refleks aja dia ngambil, dikiranya surat sakit dari temannya, tapi gambar mickey mouse di amplop itu bbercerita bahwa itu pasti bukan surat sakit. Tidak satupun surat sakit dikirim dengan amplop bergambar mickey and minny mouse sedang berciuman. Karena curiga, Si rirn menyelipkan amplop itu ke dalam saku roknya.
Sepulang sekolah, si Ririn kecil dan sahabatnya yang bernama Veby membaca surat tersebut dan menemukan bahwa itu surat cinta dari si nenek sihir A** kepada si Prince Charming I***. Seketika, terciptalah skenario balas dendam. Besoknya si ririn kecil yang jarang sekali bangun pagi, dah nongol di kelas pada jam 6 teng. Masih belum ada satu siswapun dikelas 1.2. dengan sigap si Ririn kecil lalu menempelkan surat cinta monyet tersebut di papan tulis. Ya, di papan tulis, lalu dia meninggalkan kelas tanpa menyimpan tas sekolahnya. Dia tidak mau meninggalkan jejak. Tetapi ketakutan menghantuinya dengan kuat. Tanpa babibu, dia kembali ke kelas dan mencopot kembali surat itu. Diletakkannya surat itu di tempat seharuanya ia berada. Di laci meja I***. Hufff
Apa yang terjadi kemudian adalah si I*** marah sambil membentak2 si A**. Dia marah karena merasa malu, hihihi... seisi kelas menertawakan A**. Tindakan si I*** mengobati luka banyak orang, Si Ririn kecil diantaranya, hehehe... Vebi dan Ririn bertukar pandang bahagia.
Naik dikelas dua. Kelas 2.4. dimana yang jadi kelas unggulan adalah 2.3, disusul 2.6, lalu 2.2, lalu 2.4, lalu 2.5 lalu terakhir 2.1. Ririn rupanya tetap berjodoh dengan A** dan veby, tapi tak lagi berjodoh dengan I***. Dan rupanya cinta monyet ririn untuk I*** memudar seiring waktu. Bersamaan dengan munculnya sosok baru yang diam2 dikaguminya bareng veby. namanya J***
Naik kelas tiga, pun ternyata masih berjodoh lagi sama A** dan masih berjodoh dengan veby. masuk dikelas 3.2 dimana kelas unggulannya 3.6. Tidak banyak cerita yang terlalu menarik perhatian sampai dia datang.kalau sebagian orang merasa prihatin dengan kasus kerusuhan Ambon, tidak bagi Ririn Remaja. Baginya Peristiwa itu membawa berkah untuknya. Yah, karena insiden berdarah itulah yang membawa dia ke kota ini. Dia mengungsi di Kendari bersama keluarganya. Namanya H****. Tinggi menjulang, baik hati, cool, jago main bola, pokoknya dia memenuhi semua kriteria cowok2 dalam komik. Dan, si Ririn Remaja jatuh cinta. Cinta yang sangat dalam dan lama. Bahkan sampai aku masuk universitas pun, belum ada yang mengalahkan kilaunya.
--------------------------------------------------------------
Aku tahu postingan ini panjang kawan, tapi biarlah aku bernostalgia dengan kenangan masa SMP yang mengesankan ini. Yang bisa aku ceritakan adalah hari2 di SMP begitu menyenangkan, penuh warna, dan meskipun ceritanya complicated, endingnya selalu bahagia. Takkan terlupakan hari2 yang selalu di setrap satpam lantaran terlambat, (aku dikenal satpam lantaran seriiiiiiing banget terlambat, hehehe) hari2 menjadi pengagum rahasia, hari2 berebutan jajan di kantin, semuanya bahagia....
thx for diah, atas undangannya mereguk lagi madu kenangan ini, dan maafkan aku yang tak tahu bagaimana caranya mentag dirimu, hehehehe.. you get your new task, teach me tagging people, hehehehe...
1996
"hup!!" kita mendarat dengan selamat, kawan. tepat didepan rumahku yang sederhana itu. Waktu itu masih ada pohon jambu putih disamping rumah yang terus menerus berbuah, terus menerus memanjakan kami, terus menerus mengundang burung2 kecil untuk bernyanyi. Dia tidak keberatan didahannya bergelantung ayunan buatan bapakku yang sering ku kendarai dengan ugal2an. Dia begitu baik hati, kawan. Ah, indahnya...
"Sssstt.. jangan sampe ketahuan, yah.. ntar bisa merubah sejarah.. (wkwkwkwk...)
Tampak si Ririn kecil dengan tas ransel usang warna merah yang bergambar batman berseragam putih merah baru saja pulang dari sekolah. DIa tak bersepatu (bukannya tak punya sepatu, tapi sepatunya dia lepas saat pulang sekolah. Ini kebiasaan yang selalu dilakukan bareng teman2nya ketika musim hujan tiba. Yah, berbecek2 ria adalah hobi mereka saat itu. Boreng2 dikakinya pun menjadi saksi semua itu.
"assalamualaikuuuuuuummm" teriaknya dengan suara cempreng
"walaikum salamm" jawab si mama
"ma, saya mau masuk SMP 1, boleh ya?" si Ririn kecil bertanya tanpa pernah tahu SMP 1 itu yang mana dan kayak bagaimana. Yang dia tahu kakak kelasnya pada ingin masuk kesana. (ikut2an mode: ON)
"boleh aja sih, tapi bisa gak kamu masuk kesitu? gag sembarang lho yang bisa masuk kesitu. Lagian kamu kan masih kelas lima, nak. sekolah kamu juga kalo tidak salah bukan rayonnya SMP 1" (waktu itu sistem rayon masih berlaku)
"biar aja, Ma. Yang penting saya mau sekolah disitu. Kalo gag disitu gag mau sekolah"
"MM.. terserah kamu saja deh"
Seminggu setelah itu, sang mama pun membawa kabar yang sempat membuat dunianya yang damai, mengalami gempa. Kata sang mama dia mau dipindahkan ke sekolah baru. Yaitu di SDN 25 Kemaraya Kendari. Dengan panik dia mengingat2 kesalahan apa yah yang sudah dilakukannya Di SDN 2 MAndonga (sekarang namanya jadi SDN 8 MAndonga) sampai harus dikeluarkan dari sekolah. Seingatnya terakhir kali di marahi guru waktu berantem sama teman sekelas, tapi kan itu dah beberapa bulan yang lalu. Lalu dia teringat pr2 yang tak dikerjakan, tapi masa sih karena itu. Kan biasanya kalo gag kerja pr, paling kena jewer guru atau dijemur di tiang bendera. Atau karena kedapatan coret2 tembok? bukan cuma dia kok yang begitu, lalu apa ya?
"kok bisa, ma?"
"lha, kan kamu yang mau"
"saya?" (menunjuk hidungnya yang gag mancung)
"iya, kan katanya kamu mau masuk SMP 1? gimana sih?"
"emang harus pindah sekolah, ya?"
"iya. SD kamu yang sekarang bukan rayonnya SMP 1"
"Kapan pindahnya, Ma?"
"Senin Depan"
WAduh, ini kan hari kamis, berarti.... Tinggal 2 hari lagi waktunya disekolahnya yang sekarang. Si Ririn kecil lalu masuk kekamar, menangis diam2. Tiba2 kok semua teman2nya langsung terlihat baik semua, musuh2 kecilnya berubah jadi gag jahat lagi dimatanya, oh betapa ternyata dia menyayangi segalanya di sdnya yang sekarang. Kok rasanya, masa berantem dengan si Serly begitu tak ingin dia tinggalkan, berbecek2 ria dengan temannya dikala hujan, menangkap berudu2, semuanya begitu indah, semuanya begitu berkesan...
Tapi, si Ririn kecil sudah bertekad untuk sesuatu yang bahkan dia gag kenal. Dia akah hadapi perpisahan itu. Dua hari yang tersisa dia pakai untuk pamit ke temannya dan berusaha menciptakan akhir yang indah... (semua memang terasa indah, karena teman2nya pada gag rela dengan kepindahannya. Itu bukti bahwa mereka telah melalui hari2 bahagia bersama)
Si ririn kecil pun melewati setahun di sekolahnya yang baru, bersama teman2 baru yang sangat jauh berbeda. Kalo di SDnya yang lama teman2nya bersikap layaknya anak2 sd, di sekolahnya yang baru sama sekali lain. Teman2nya pada imut tapi boros di fashion. ANak kelas 6 Sd sama saja dengan anak SMP kelas 3. Mereka pun dah mulai kenal Pacaran, OWEMJEYYY... kalo di SDnya yang dulu mereka megoleksi wayang, baju2, maka disini teman2 barunya mengoleksi kertas surat, stiker2 tweety, winni the pooh yang cantik, dan juga PARFUM! Mereka juga sudah pakai BEHA lho! benar2 potret mini dari SMPN 1 Kendari. Si Ririn kecil yang "anak kampung" itu pun terhenyak, rupanya dia memang belum mengenal apa yang dia mimpikan...
Setahun berlalu, dan berkat usahanya, dia berhasil masuk di sekolah favorit itu. Ospek pertama pun menyambutnya. Dia terbelalak menyaksikan keganasan senior2nya. sekaligus terpesona pada kepintaran dan kecantikan serta kegantengan mereka. Mereka tampak berwibawa, dan memiliki aura pembunuh (hehehe). Satu persatu disaksikannya teman2 sdnya dibantai habis2an karena kesekolah memakai rok mini, dan di rambutnya bergelayut aneka aksesoris yang bikin iri panitia ospek, di kakinya terpasang sepatu yang harganya cukup buat jajan setahun. Semuanya disita oleh mereka. katanya Kalau kesekolah gag boleh bergaya! Si RIrin kecil terdiam iba melihat derita sekawanannya.
Dia prihatin melihat satu persatu jepitan mickey mouse, winnie the pooh, dan tweety itu terenggut. PAdahal, ketika melakukan hal itu, rambut si kakak kelas pun peuh dengan aksesoris serupa.
Seminggu di ospek ternyata tidak hanya berisi cerita miris, Si RIrin kecil juga mendapati dirinya bahagia dalam masa itu. Matanya dimanjakan oleh wajah2 kakak kelasnya yang kinclong abis. Perpaduan kepintaran, ketajiran, dan kegantengan. Mmm.. si Ririn Kecil naksir salah satu dari mereka, hwhww
Ospek berakhir, kekerasan panitia berakhir, dan saatnya penentuan masuk kelas yang mana. Untuk itu diadakan tes kemampuan. Dari pengumuman di tiap kelasnya si Ririn kecil mengetahui bahwa dia di kelas 1.2, dimana yang jadi kelas unggulan adalah kelas 1.5. DAn itu artinya, dia akan bersama dengan teman2 dari kasta yang termsuk rendah di bidang otak, hehehe tapi tak mengapa, yang penting mimpinya telah terwujud, jadi bagian dari SMP 1 Kendari.
Atmosfir di kelas itu lumayan menyenangkan. Dengan cepat si Ririn kecil mendapatkan teman. Tapi tak semua bisa menjadi teman. Sudah jadi rahasia umum kalau di SMP 1 ini tempatnya anak2 yang ortunya tajir abis. Salah satu teman kelasnya adalah Werika alias OKI yang notabene anak walikota pada waktu itu. Oki orangnya supel, baik, cuek dan cengengesan. Dia juga tak pilih2 teman. lalu apa masalahnya? masalahnya adalah, orang2 yang ingin berteman dengannya itu. Mereka, sesama anak pejabat tak senang jika bergaul dengan orang dari kasta yang tak sepadan. Jadilah terdapat tiga tingkat kasta pada kelas itu, dan juga kelas2 lainnya, high, midle, and lower class. Si Ririn kecil belongs to midle class.
hari2 yang dilalui penuh dengan kisah2 seru. Layaknya sebuah cerita, selalu ada tokoh antagonis dan protagonisnya. Dan karena yang menulis blok ini adalah RIrin yang dah besar, maka semau2nya lah dia menjadikan Si RIrin kecil sebagai tokoh protagonis, dan Si A** sebagai tokoh antagonis (sebenarnya kecil banget kemungkinannya si A** baca postingan ini, tapi biarlah namanya kusamarkan, biar kesannya lebih gimanaaa gitwuu,, hehehe).
jadi dikelas itu memang si A** paling nyebelin sedunia. Suka menghina, suka pamer, padahal ortunya gag tajir2 amat. semua agak takut cari masalah sama dia. Tapi temen2 sering sekali menggosipkan dia dibelakang. Si A** dulu ketahuan suka sama seseorang yang si Ririn kecil juga suka namanya i***. Hanya saja Si Ririn pintar menutupi perasaannya dia. Jadi ceritanya, suatu hari, si A** rupanya nekat mengirim surat sama si I***, dia menaruh suratnya di laci meja sebelum orang2 pada apel, nah si Ririn yang doyang banget telat ini, kebetulan datang belakangan. Dia berlari masuk kelas untuk menyimpan tasnya. Tapi pas nyimpen, ada amplop yang jatuh dilantai. refleks aja dia ngambil, dikiranya surat sakit dari temannya, tapi gambar mickey mouse di amplop itu bbercerita bahwa itu pasti bukan surat sakit. Tidak satupun surat sakit dikirim dengan amplop bergambar mickey and minny mouse sedang berciuman. Karena curiga, Si rirn menyelipkan amplop itu ke dalam saku roknya.
Sepulang sekolah, si Ririn kecil dan sahabatnya yang bernama Veby membaca surat tersebut dan menemukan bahwa itu surat cinta dari si nenek sihir A** kepada si Prince Charming I***. Seketika, terciptalah skenario balas dendam. Besoknya si ririn kecil yang jarang sekali bangun pagi, dah nongol di kelas pada jam 6 teng. Masih belum ada satu siswapun dikelas 1.2. dengan sigap si Ririn kecil lalu menempelkan surat cinta monyet tersebut di papan tulis. Ya, di papan tulis, lalu dia meninggalkan kelas tanpa menyimpan tas sekolahnya. Dia tidak mau meninggalkan jejak. Tetapi ketakutan menghantuinya dengan kuat. Tanpa babibu, dia kembali ke kelas dan mencopot kembali surat itu. Diletakkannya surat itu di tempat seharuanya ia berada. Di laci meja I***. Hufff
Apa yang terjadi kemudian adalah si I*** marah sambil membentak2 si A**. Dia marah karena merasa malu, hihihi... seisi kelas menertawakan A**. Tindakan si I*** mengobati luka banyak orang, Si Ririn kecil diantaranya, hehehe... Vebi dan Ririn bertukar pandang bahagia.
Naik dikelas dua. Kelas 2.4. dimana yang jadi kelas unggulan adalah 2.3, disusul 2.6, lalu 2.2, lalu 2.4, lalu 2.5 lalu terakhir 2.1. Ririn rupanya tetap berjodoh dengan A** dan veby, tapi tak lagi berjodoh dengan I***. Dan rupanya cinta monyet ririn untuk I*** memudar seiring waktu. Bersamaan dengan munculnya sosok baru yang diam2 dikaguminya bareng veby. namanya J***
Naik kelas tiga, pun ternyata masih berjodoh lagi sama A** dan masih berjodoh dengan veby. masuk dikelas 3.2 dimana kelas unggulannya 3.6. Tidak banyak cerita yang terlalu menarik perhatian sampai dia datang.kalau sebagian orang merasa prihatin dengan kasus kerusuhan Ambon, tidak bagi Ririn Remaja. Baginya Peristiwa itu membawa berkah untuknya. Yah, karena insiden berdarah itulah yang membawa dia ke kota ini. Dia mengungsi di Kendari bersama keluarganya. Namanya H****. Tinggi menjulang, baik hati, cool, jago main bola, pokoknya dia memenuhi semua kriteria cowok2 dalam komik. Dan, si Ririn Remaja jatuh cinta. Cinta yang sangat dalam dan lama. Bahkan sampai aku masuk universitas pun, belum ada yang mengalahkan kilaunya.
--------------------------------------------------------------
Aku tahu postingan ini panjang kawan, tapi biarlah aku bernostalgia dengan kenangan masa SMP yang mengesankan ini. Yang bisa aku ceritakan adalah hari2 di SMP begitu menyenangkan, penuh warna, dan meskipun ceritanya complicated, endingnya selalu bahagia. Takkan terlupakan hari2 yang selalu di setrap satpam lantaran terlambat, (aku dikenal satpam lantaran seriiiiiiing banget terlambat, hehehe) hari2 menjadi pengagum rahasia, hari2 berebutan jajan di kantin, semuanya bahagia....
thx for diah, atas undangannya mereguk lagi madu kenangan ini, dan maafkan aku yang tak tahu bagaimana caranya mentag dirimu, hehehehe.. you get your new task, teach me tagging people, hehehehe...
Thursday, August 19, 2010
Anak Itu...
Kurus, hitam, lumayan dekil, monyong, giginya banyak yang bersusun, jarang mandi, hobi main bola, keluyuran gag jelas di siang bolong, cerdas, Terkadang baik hati, Seringnya NYEBELIN, punya tabiat manja yang sedikit tersamar, ahli waris dari sikap tempramen yang jadi ciri khas keluarganya, punya hobi bikin naik tensi gw.
June 1st 1995
gw dikabarin sama orang rumah kalo anak itu dah nongol di bumi, bergabung di tengah keluarga gw. gw gag langsung nanya gimana keadaan si ibu yang ngelahirin, coz cuman dari mimik mukanya si pembawa kabar, gw tahu ibu itu baik2 saja. yang gw ingat pertanyaan yang gw lontarkan. "cowok atawa cewek?" si pembawa berita berkata dengan mgirang, "cowok". hati gw pun bersorak riang, yess!!!! akhirnya ada spesies beda dari jenis kelamin sodara2 gw sebelumny. tapi "riang" itu gag datang sendiri, dia bawa temen jg. Namanya "jelaous". walopun gag pernah gw undang tuk bercokol dibenak gw. MMm... semacam ada alrm yang berbunyi di otak gw "jangan2 nih anak bakal nyedot semua kasih sayang pace mace, lagi"...
Several months later...
Dia lucu, ngegemesin, bisa jadi bahan tontonan berjam2...
dia bau bayi banget...
seven years later...
Dia mulai masuk sekolah, bajunya putih banget, celananya n topinya merah banget, kulitnya hangus banget...
Pembagian raport, mmm maybe june 1998
Pace mace pulang kerumah dengan sumringah, anak itu katanya dapat juara dua, nilainya cuman beda sesilet dua silet sama yang juara satu.
Gw bangga...
Days with him...
Anak itu makin matang aja bakat "Nyebelinnya". dia gag perlu usaha banyak untuk bikin gw sebel. Cukup hadir di depan gw aja, dan gw pun jadi sebel. Just so simple. gag tau dia ato gw yg salah. Yang jelas, masa2 dimana dia pernah jadi begitu lucu, tergerus sudah oleh jaman. Masa2 gw gemes ama dia sudah punah tanpa meninggalkan fosil. Dia tumbuh, gede, cerewet, nyebelin makanya sering bgt gw tindas, dan cerdas.
several days before today...
Anak itu datang ke gw. ada lebam di hidungnya yang gag mancung (ciri khas keluarganya). Gag cuman disitu, tapi di matanya -yang kalo menurut gw sih, punya sinar yang gimana gituuu- juga ada. Bagian yang lebam itu berwarna merah, menjanjikan akan berubah jadi ungu kalo gag segera di handle.
"knp bisa gini?" kata gw
"berantem"
"kok bisa?"
"dia duluan"
"kok, banyak bgt yg gag suka sama kamu y?"
"....."
"mestinya ini bisa bikin kamu berpikir, apa yg salah sama kamu, kok kayaknya semua orang pada naik tensi kalo kamu muncul"
"....."
"mudah2n bis ini kamu coba deh, untuk jadi gag nyebelin lagi"
"....."
"paling tidak, jangan lakuin yang orang gag suka"
"........"
"kamu kenanya bagian mana aja?"
"... (telunjuknya mengarah ke hidung, mata, kepa, n perutnya)..."
perbincangan yang makin lama makin jadi perbicangan satu arah itu pun berakhir seiring selesainya dia di kompres dengan air hangat.
two days ago...
dia dah jarang keluar rumah. Tingkah nyebelinnya sudah berkurang 80%. Ngaji jadi kegiatannya hampir sepanjang hari. Emosi gw: STABIL
Tadi Pagi...
Dia mo minjem notebook buat nonton pilem kartun. gag gw kasih. Alasannya gw gag tau. Dia manyun. Gw melamun. Entah mengapa, selalu ada yang kurang pas aja kalo sama nak itu. selalu ada yang salah, walo gw sendiri gag tau apa. Kayaknya kalo menindas dia itu selalu "benar" menurut gw. Hufffft...
a hour ago...
gw flashback lagi, ingatan gw berlari kencang pada hari dimana dia lahir, sampe sekarang. Dan akhirnya kesadaran itu datang juga. gw teringat sebuah buku dongeng. judulnya "Winnie the Witch". Kisah dimulai dengan Winnie yang tinggal di rumah serba hitam. Dari mulai dinding sampai seprai... semuanya hitam. Winnie hanya ditemani seekor kucing bernama Wilbur—yang juga hitam. Satu-satunya yang bisa membedakan Wilbur dari ruangan dan seluruh isinya adalah matanya yang hijau. Begitu Wilbur tidur dan kelopak matanya menutup, maka ia hilang menyatu dengan rumah. Berkali-kali Winnie menduduki Wilbur secara tak sengaja. Dan itulah awal dari segala permasalahan antara Winnie dan Wilbur.
Setelah terjungkal dari tangga karena menyandung Wilbur yang sedang terlelap, Winnie lalu memutuskan untuk menggunakan sihirnya, dan… ABRAKADABRA! Wilbur berubah menjadi kucing hijau. Sekarang, di mana pun Wilbur berada, ia selalu terlihat. Termasuk saat Wilbur mencuri-curi tidur di tempat peraduan Sang Penyihir. Karena tidak mengizinkan Wilbur tidur di kasur, akhirnya Winnie meletakkan Wilbur di pekarangan rumput.
Masalah baru timbul. Wilbur, yang sekarang berwarna hijau, kembali tak terlihat di tengah-tengah rumput. Bahkan saat ia membuka mata sekalipun, berhubung matanya juga hijau. Winnie, bangun dari tidurnya, lantas mencari Wilbur di pekarangan. Lagi-lagi, penyihir itu tersandung kucingnya sendiri, jumpalitan tiga kali di angkasa, dan tersuruk di tanah.
Kali ini, Winnie benar-benar kesal. Disambarnyalah tongkat sihir, dan… ABRAKADABRA! Wilbur berubah menjadi… warna-warni! Kepalanya merah, kupingnya kuning, kumisnya biru, badannya hijau, empat kakinya berwarna ungu, dan ekornya... pink! Winnie sangat puas. Sekarang, di mana pun Wilbur berada, baik di rumah maupun di pekarangan, ia pasti akan terlihat.
Namun, Wilbur tidak mau kembali ke rumah. Ia sangat malu dengan warna tubuhnya yang tidak karuan. Ia bahkan ditertawakan oleh binatang-binatang lain. Wilbur kabur ke puncak pohon tertinggi dan tidak mau turun-turun. Pagi sampai malam, Wilbur bertahan tidak pulang.
Melihat Wilbur yang menderita, Winnie pun merasa sedih. Wilbur adalah segalanya bagi Winnie. Tapi ia malah membuat Wilbur sengsara karena kehendaknya sendiri. Winnie akhirnya beringsut ke pohon tempat Wilbur bergantung, dan dengan tongkat sihirnya ia mengubah Wilbur kembali hitam. Perlahan, kucing itu kembali turun ke tanah. Bersama Wilbur yang kembali di sisinya, Winnie menghadap rumahnya yang serba hitam, mengayun tongkat sihirnya di udara, dan… ABRAKADABRA! Rumah hitamnya berubah kuning dengan atap merah menyala, sofanya berubah putih, karpetnya menjadi hijau, tempat tidurnya biru, selimutnya pink, dan kamar mandinya putih berkilau. Dengan perubahan baru ini, Wilbur dapat terlihat dengan mudah… tanpa perlu berubah.
Now...
Gw lalu mikir kalo sebenarnya gw terlalu bersikukuh untuk ngubah dia. memermak dia biar sempurna buat dimata gw. Tanpa gw peduli dia tersikasa atau tidak. Celakanya gw juga gag tau pasti apa yang mesti dia rubah. Pokoknya yang gw tau dalam logika gw, gw ngerasa sedang berbuat kebaikan dengan make "topeng cinta dan care" sebagai pembenaran.
Buku 32 halaman itu selesai didongengkan dalam sepuluh menit. Namun kesan yang tertinggal tak terukur oleh waktu. Winnie mengingatkan saya pada kita semua. Kita, yang seringkali bersikukuh untuk mengubah seseorang, memermaknya agar sempurna di mata kita, memaksanya agar muat dan tepat dalam ruang hidup kita, memangkas atau menambalnya agar bisa pas dengan kebutuhan kita, tanpa peduli bahwa apa yang kita perbuat sesungguhnya adalah siksaan bagi yang bersangkutan. Dalam penjara logika dan mental kita masing-masing, kita berpikir bahwa mengubah seseorang adalah solusi yang realistis dan humanis. Atas nama cinta dan apa pun, kita bahkan merasa bahwa kita sedang berbuat kebaikan.
Namun Winnie Sang Penyihir mengingatkan gw bahwa ada satu hal penting yang sering terlupa: diri gw sendiri. Perubahan tak pernah terjadi oleh hal lain di luar gw, Seperti halnya Winnie yang luput membenahi rumahnya dan malah sibuk mengutak-atik Wilbur tanpa sadar kalau aneka sihirnya malah membuat Wilbur terdera karena menjadi sesuatu yang bukan dirinya, gw pun acap kali terlena dalam ekspektasi serta upaya untuk mengubah orang lain, dan malah lupa dengan pembenahan yang paling penting dan realistis yakni, sekali lagi, diri gw sendiri. Dan ini adalah masalah yang amat sering kita alami. Dari waktu ke waktu.
Detik ini....Sekarang
Gw klik poting entri tentang dia.Di akte kelahiran namanya Imam KUrniawan, tapi sekeluarga kompak manggil dia ACO.
Saturday, August 14, 2010
aiiihh...
goresan penamu tajam menyayat, kawan
mengapa tak berhenti sejenak menikmati secankir teh hangat?
makin tambah saja kerutan diwajah elokmu
mengapa tak berpaling sejenak demi menghirup lagi angin sore ini?
katamu waktu trus berjalan, tak salah kawan, tak salah
katamu keringat bercerita banyak, aku mahfum, kawan
tapi yang tersaji ini terlampau mempesona
kemarilah, kawan, hentikan sejenak langkahmu karena terlalu banyak yang kita lupa syukuri
semisal bercumbu lagi dengan warna langit sore ini, seperti dahulu, di masa itu...
*Ririn Syahriani*
Monday, August 09, 2010
lukisan dibawah lukisan
meliuk-liuk serupa janur kuning
ujung jemari menyentuh telaga
tak singkat waktu ku sulap untuk mencari
memoles lukisan dengan lukisan baru
dengan tak sombong tangan takdir menarik diriku untuk berhenti kepakkan sayap
bagai karang ku berdiri
kusangka ku takkan tersentil
kusangka ku takkan tertohok
lukisan diatas lukisan perlahan memudar
ku torehkan lagi kuasku padanya
ku tambah lagi nyawa padanya
semoga pencarianku tak lama lagi usai.
*Ririn Syahriani
Saturday, August 07, 2010
membacanya,,,,,,,, membacamu,,,
menari bersamanya
melebur dalam nadimu
tak berdaya pikirku menyerah tak bersyarat
hanya bisa hanyut dalam tuntunan rasa
mengalirku memahami denyut nafasmu
terhanyutku pada arus mu
seribu takjubku pada kekayaan pribadimu yang maha
rindu padamu mendera, mengimpit segala ego
pekik harmoni menyentak harapku
warna warni mu menari didalamku
selalu tentangmu, selalu dirimu
dan membacanya, membacamu
sayangku...
melebur dalam nadimu
tak berdaya pikirku menyerah tak bersyarat
hanya bisa hanyut dalam tuntunan rasa
mengalirku memahami denyut nafasmu
terhanyutku pada arus mu
seribu takjubku pada kekayaan pribadimu yang maha
rindu padamu mendera, mengimpit segala ego
pekik harmoni menyentak harapku
warna warni mu menari didalamku
selalu tentangmu, selalu dirimu
dan membacanya, membacamu
sayangku...
Sunday, June 20, 2010
jiahhhh... jadi gini yah? padahal slama ini cuma bisa bingung dengar ceritanya para big gank tntang "you know what" alias "ujung2nya apa" selama ini gw pikir cuman buat seru2an ajah, pikirnya gw, itu sebatas apa yah... (mmm namanya sesuatu yg gw anggap bahan yang harus ada ajah pas lagi ngumpul) ternyataaaaaaaa.....
eng... ing... eng...
sekarang ngalamin sendiri...
entah mo bersyukur ato malah mengutuk
hwaaaaaaa........
eng... ing... eng...
sekarang ngalamin sendiri...
entah mo bersyukur ato malah mengutuk
hwaaaaaaa........
Thursday, June 17, 2010
thx karna dah buat akhir yang indah...
akhirnya...kemaren kata2 itu keluar juga dari gw... yg gw suka karena waktunya kurang dari semenit.
bs itu, sms pamitan gw sebar ke teman2 mo minta maap juga mo bilang thx buat semuanya. Gw senang, karena semuanya indah sampe akhir. seruan, masak2, jalan2, dll. Yg gw tau itu rasanya indah. Reaspon yg dikasih mereka pun bikin sejuk jiwa, alhmdulillah...
kini saatnya menatap lurus kedepan, tapi kenangan itu gag bakal terkikis. Hari2 bersama mereka itu indah, bahkan dalam keadaan paling menjenuhkan pun semuanya indah.
jadi teringat semua saat bersama, segala candaan, hinaan, hahahaha... mereka memang keren...mereka memang hebat, mereka memang number one...gag terganti dah pokoknya.
gw bisa bilang gw bangga bgt pernah bersama mereka, org penuh semangat, dedikasi, dan pekerja keras. Hari2 bersama kalian, mengajariku banyak hal. Semangat dan ketangguhan kalian membekaliku begitu banyak. ketulusan, semuanya.....semuanya....
sayonara, my brothers and sisters in JILC...it's nice to know you...
bs itu, sms pamitan gw sebar ke teman2 mo minta maap juga mo bilang thx buat semuanya. Gw senang, karena semuanya indah sampe akhir. seruan, masak2, jalan2, dll. Yg gw tau itu rasanya indah. Reaspon yg dikasih mereka pun bikin sejuk jiwa, alhmdulillah...
kini saatnya menatap lurus kedepan, tapi kenangan itu gag bakal terkikis. Hari2 bersama mereka itu indah, bahkan dalam keadaan paling menjenuhkan pun semuanya indah.
jadi teringat semua saat bersama, segala candaan, hinaan, hahahaha... mereka memang keren...mereka memang hebat, mereka memang number one...gag terganti dah pokoknya.
gw bisa bilang gw bangga bgt pernah bersama mereka, org penuh semangat, dedikasi, dan pekerja keras. Hari2 bersama kalian, mengajariku banyak hal. Semangat dan ketangguhan kalian membekaliku begitu banyak. ketulusan, semuanya.....semuanya....
sayonara, my brothers and sisters in JILC...it's nice to know you...
Wednesday, June 16, 2010
Thursday, June 03, 2010
weitz....apakah itu artinya lampu kuning???
kepala masih dipenuhi dengan impian2 dan bayangan2 tentang hidup mandiri di ibukota,, gw dah coba nyante tapi terlalu mengoda untuk di singkirkan gitu aja. tapi y itu dia, jadinya gw tersiksa sendiri, gtu loh. Pengen tp gag bisa ngapa2in, masih blank tentg cara apa ya yg tepat biar mace gw cepat kasih anggukan setuju... huaa (bahkan sekarang pn, bayangan itu masih menari2 dalam kepala...)
tok...tok...tok....
bunyi pintu gw di ketuk tamu... tapi biar ajalah sepupet gw yang buka,,lagi malas bgt keluar kamar... gag rela ninggalin selimut gw, hehehe...kira2 setengah jam, gw dengar mace manggil nama gw dengan syahdunya...(wekkk!!!!) eh ternyata yang datang sahabat kental pace gw, saking dekatnya beliou dah gw anggap om sendiri,,(jadi gag heran dah kalo gw kerumahnya dah gag jaim2 minta makan dan nyolong cemilan, hehehe). dan acara salam2an sambil gw cium tangannya pun dimulai trus senyum basa basi gw tabur ke dia,
tenyata oh ternyataaaaaa... doa gw untuk bisa mendobrak pertahanan mace mulai terkabull...bullll...bul... pasalnya nih, ternyata yg dari tadi mereka omongin tuh tentang gw dan niat gw yang mo melebarkan sayap ke jkt, ortu gwminta pendapat beliou dan si om baik hati yang gag sombong serta sangat berjiwa muda ini, ngedukung bgt tanpa ba bi bu...(dan ribuan kupu kupu beraneka warna keluar dari hariku...yihaaaaaa..) dengan dalil yang sangat sahih, beliau menjelaskan ke ortu gw tentang pentingnya anak muda sepertiku menjajal dunia luar, bla...bla..bla..(gw dah gag dengar kata2 beliou lagi, karna jiwa gw dah berlari kncang menuju alam khayal...hags...hags...hags...)
yang gw tau, gag lama habis itu si om pun pulang, menyisakan gw, mace, n pace di ruang tamu rumah gw. Perlahan kepala ini menoleh ke mace mengirimkan pandangan yang bermakna "so???" si mace nampaknya paham dan berkata.."yahhhh mungkin gapapa kalo kamu pergi ke sana, tapi mama mau istikharah dulu. (setengah mati ni badan gw tahan biar gag melompat tinggi2...YYYYuhuuuuuuu)..dan pace??? ah gag perlu balik kedia gw dah tau jawabannya kok, yuppp!!! beliou setuju!!!
hufff...sesak didada gw sedikit berkurang,, sekarang tinggal cari info sebanyak2nya tentg kehidupan disana. N gag lupa telp si kunyuk pastinya... dia pasti bakalan girang bgt neh...
oks dehhhh..gw tlp sekarang ajah,,, so my lovely blog, Dada bubye...wish me luck yah...^^
tok...tok...tok....
bunyi pintu gw di ketuk tamu... tapi biar ajalah sepupet gw yang buka,,lagi malas bgt keluar kamar... gag rela ninggalin selimut gw, hehehe...kira2 setengah jam, gw dengar mace manggil nama gw dengan syahdunya...(wekkk!!!!) eh ternyata yang datang sahabat kental pace gw, saking dekatnya beliou dah gw anggap om sendiri,,(jadi gag heran dah kalo gw kerumahnya dah gag jaim2 minta makan dan nyolong cemilan, hehehe). dan acara salam2an sambil gw cium tangannya pun dimulai trus senyum basa basi gw tabur ke dia,
tenyata oh ternyataaaaaa... doa gw untuk bisa mendobrak pertahanan mace mulai terkabull...bullll...bul... pasalnya nih, ternyata yg dari tadi mereka omongin tuh tentang gw dan niat gw yang mo melebarkan sayap ke jkt, ortu gwminta pendapat beliou dan si om baik hati yang gag sombong serta sangat berjiwa muda ini, ngedukung bgt tanpa ba bi bu...(dan ribuan kupu kupu beraneka warna keluar dari hariku...yihaaaaaa..) dengan dalil yang sangat sahih, beliau menjelaskan ke ortu gw tentang pentingnya anak muda sepertiku menjajal dunia luar, bla...bla..bla..(gw dah gag dengar kata2 beliou lagi, karna jiwa gw dah berlari kncang menuju alam khayal...hags...hags...hags...)
yang gw tau, gag lama habis itu si om pun pulang, menyisakan gw, mace, n pace di ruang tamu rumah gw. Perlahan kepala ini menoleh ke mace mengirimkan pandangan yang bermakna "so???" si mace nampaknya paham dan berkata.."yahhhh mungkin gapapa kalo kamu pergi ke sana, tapi mama mau istikharah dulu. (setengah mati ni badan gw tahan biar gag melompat tinggi2...YYYYuhuuuuuuu)..dan pace??? ah gag perlu balik kedia gw dah tau jawabannya kok, yuppp!!! beliou setuju!!!
hufff...sesak didada gw sedikit berkurang,, sekarang tinggal cari info sebanyak2nya tentg kehidupan disana. N gag lupa telp si kunyuk pastinya... dia pasti bakalan girang bgt neh...
oks dehhhh..gw tlp sekarang ajah,,, so my lovely blog, Dada bubye...wish me luck yah...^^
Wednesday, June 02, 2010
is time to say gudbay
tinggal seminggu lebih gw disini...dada bubye,,sayonara...aufwiderseyen...
banyak hal yang bisa dikenang, yang indah, yang ngebetein, yang konyol yang ngejenuhin, pokoknya banyaaaaaaaaaaakkkk... bgt (heheheh ga pake lebay kaleee...) berat juga sih tapi ya mo diapa, dah saatnya juga kale gw cari pelajaran laen, mengintip ada apa sih di luar sana, biar kaya juga pengalaman gw, biar tambah berwarna hidup gw. karna setau gw yah makin banyak yang kita coba, makin matang pemahaman kita (duh sota bgt gw...tapi gpp, blog gw ini,,wkwkwkw)
okeh dokeh..ga boleh berlarut2 mengenang yang bakalan lewat, ntar yang ada gag maju2, berdiri terus di titik rasa itu... mmmm...rencana sore ini mo nelpon si kunyuk buat ngobrolin kerjaan yang ditawarkan dia... (alhamdulillah dapat tawarn kerja di ibukota), pengen bgt sih gw... sumpah, ga bohong gw pengeeeeennnn bgt, tapiiiiiiiii ngeyakinin si emak gag bakal pernah mudah...huffffff... baru gw bilang gw mo merantau (cieeee.....kesannya...) muka beliou dah bengkok 8, (y Allah ampuni aku...hehehe).
gw tanya ma sahabat yang dah stay disana, masukannya pun beragam, dari yang ngedukug bgt sampe yang ngelarang bgt, gw kan jadi binguung...ngung...ngung..ngung...
yawdahlah...gag perlu dipikirin sekarang deh. selagi nyokap blom ngangguk setuju percuma juga di pusingin... mending jalani ajah hari2 ini, kalo pun gag di jkt, gw berharap bisa lolos di depkeu, amiiiiiinnn....
banyak hal yang bisa dikenang, yang indah, yang ngebetein, yang konyol yang ngejenuhin, pokoknya banyaaaaaaaaaaakkkk... bgt (heheheh ga pake lebay kaleee...) berat juga sih tapi ya mo diapa, dah saatnya juga kale gw cari pelajaran laen, mengintip ada apa sih di luar sana, biar kaya juga pengalaman gw, biar tambah berwarna hidup gw. karna setau gw yah makin banyak yang kita coba, makin matang pemahaman kita (duh sota bgt gw...tapi gpp, blog gw ini,,wkwkwkw)
okeh dokeh..ga boleh berlarut2 mengenang yang bakalan lewat, ntar yang ada gag maju2, berdiri terus di titik rasa itu... mmmm...rencana sore ini mo nelpon si kunyuk buat ngobrolin kerjaan yang ditawarkan dia... (alhamdulillah dapat tawarn kerja di ibukota), pengen bgt sih gw... sumpah, ga bohong gw pengeeeeennnn bgt, tapiiiiiiiii ngeyakinin si emak gag bakal pernah mudah...huffffff... baru gw bilang gw mo merantau (cieeee.....kesannya...) muka beliou dah bengkok 8, (y Allah ampuni aku...hehehe).
gw tanya ma sahabat yang dah stay disana, masukannya pun beragam, dari yang ngedukug bgt sampe yang ngelarang bgt, gw kan jadi binguung...ngung...ngung..ngung...
yawdahlah...gag perlu dipikirin sekarang deh. selagi nyokap blom ngangguk setuju percuma juga di pusingin... mending jalani ajah hari2 ini, kalo pun gag di jkt, gw berharap bisa lolos di depkeu, amiiiiiinnn....
is time to say gudbay????
tinggal seminggu lebih gw disini...dada bubye,,sayonara...aufwiderseyen...
banyak hal yang bisa dikenang, yang indah, yang ngebetein, yang konyol yang ngejenuhin, pokoknya banyaaaaaaaaaaakkkk... bgt (heheheh ga pake lebay kaleee...) berat juga sih tapi ya mo diapa, dah saatnya juga kale gw cari pelajaran laen, mengintip ada apa sih di luar sana, biar kaya juga pengalaman gw, biar tambah berwarna hidup gw. karna setau gw yah makin banyak yang kita coba, makin matang pemahaman kita (duh sota bgt gw...tapi gpp, blog gw ini,,wkwkwkw)
okeh dokeh..ga boleh berlarut2 mengenang yang bakalan lewat, ntar yang ada gag maju2, berdiri terus di titik rasa itu... mmmm...rencana sore ini mo nelpon si kunyuk buat ngobrolin kerjaan yang ditawarkan dia... (alhamdulillah dapat tawarn kerja di ibukota), pengen bgt sih gw... sumpah, ga bohong gw pengeeeeennnn bgt, tapiiiiiiiii ngeyakinin si emak gag bakal pernah mudah...huffffff... baru gw bilang gw mo merantau (cieeee.....kesannya...) muka beliou dah bengkok 8, (y Allah ampuni aku...hehehe).
gw tanya ma sahabat yang dah stay disana, masukannya pun beragam, dari yang ngedukug bgt sampe yang ngelarang bgt, gw kan jadi binguung...ngung...ngung..ngung...
yawdahlah...gag perlu dipikirin sekarang deh. selagi nyokap blom ngangguk setuju percuma juga di pusingin... mending jalani ajah hari2 ini, kalo pun gag di jkt, gw berharap bisa lolos di depkeu, amiiiiiinnn....
banyak hal yang bisa dikenang, yang indah, yang ngebetein, yang konyol yang ngejenuhin, pokoknya banyaaaaaaaaaaakkkk... bgt (heheheh ga pake lebay kaleee...) berat juga sih tapi ya mo diapa, dah saatnya juga kale gw cari pelajaran laen, mengintip ada apa sih di luar sana, biar kaya juga pengalaman gw, biar tambah berwarna hidup gw. karna setau gw yah makin banyak yang kita coba, makin matang pemahaman kita (duh sota bgt gw...tapi gpp, blog gw ini,,wkwkwkw)
okeh dokeh..ga boleh berlarut2 mengenang yang bakalan lewat, ntar yang ada gag maju2, berdiri terus di titik rasa itu... mmmm...rencana sore ini mo nelpon si kunyuk buat ngobrolin kerjaan yang ditawarkan dia... (alhamdulillah dapat tawarn kerja di ibukota), pengen bgt sih gw... sumpah, ga bohong gw pengeeeeennnn bgt, tapiiiiiiiii ngeyakinin si emak gag bakal pernah mudah...huffffff... baru gw bilang gw mo merantau (cieeee.....kesannya...) muka beliou dah bengkok 8, (y Allah ampuni aku...hehehe).
gw tanya ma sahabat yang dah stay disana, masukannya pun beragam, dari yang ngedukug bgt sampe yang ngelarang bgt, gw kan jadi binguung...ngung...ngung..ngung...
yawdahlah...gag perlu dipikirin sekarang deh. selagi nyokap blom ngangguk setuju percuma juga di pusingin... mending jalani ajah hari2 ini, kalo pun gag di jkt, gw berharap bisa lolos di depkeu, amiiiiiinnn....
Sunday, May 16, 2010
mmmm... duh gmana ngawalinya yah??? todepoin aja deh, blog gw tersayang, gw minta maap dunks abis make kamu buat marah2 kemaren2 ntuw, maap bgt...hehehehehe
eh tapi skg dah gag mo mrh lgi deh, beneran, sekarg gw mo cerita tentg kaki gw yg masih pegel, tentg hati gw yg lagi seneng, tentg mt gw yg masih takjub, tentg lidah gw yg msh memuja, tentg kemaren maen air ma temen2....satu kata ...keren...
berdelapan gw n temen2 ke air jatuh yg gag banyak org tau keberadaannya, serasa air tejun itu punya kita ajah^^ dimulai dengan salah jalan, trus nerobos belukar dan kebun warga setempat, ada yang hampir tergelincir, beriringan kita mendaki, sembari bernarsis ria, mata kami disuguhi pemandangan yang keren abis, bersama org2 yang gokil sangat bercanda2 gag jelas, huuuuffff plong, serasa berada didunia lain,
tak terasa berjalan, gemuruh air terjun pun terdengar, waduh kaki gw dah gag sabar pengen nyemplung... didepan semak2 dan rumpun bambu serasa seperti pintu masuk... ada rasa yg lain pas berada dalam terowongan bambu itu, gelap nya gelap2 gimanaaaaaa gituuuuu...(sumpah gw jadi penen bgt ke mahameru,, dari td sih sebenarnya menghayalkan diri sedang mendaki kemegahannya... tp gw maunya pengen bareng temen2 ini, yang pada gokil ini...) daaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnn
gw kagak sanggup untuk gag nyemplung, kereeeeeeennnn.... bedinding batu2 besar di kiri kanannya, air terjun itu menjanjikan kesejukan, melindungi dari perasaan benci, marah dan dendam yag berkecamuk, yg ada damai, tentram, hmmmmmmmhhhhhhh....
(duh sampe sini, gw stop dulu y...ada kerjaan yg mesti diselesaikan, ...) nti lanjut lagi dah....
eh tapi skg dah gag mo mrh lgi deh, beneran, sekarg gw mo cerita tentg kaki gw yg masih pegel, tentg hati gw yg lagi seneng, tentg mt gw yg masih takjub, tentg lidah gw yg msh memuja, tentg kemaren maen air ma temen2....satu kata ...keren...
berdelapan gw n temen2 ke air jatuh yg gag banyak org tau keberadaannya, serasa air tejun itu punya kita ajah^^ dimulai dengan salah jalan, trus nerobos belukar dan kebun warga setempat, ada yang hampir tergelincir, beriringan kita mendaki, sembari bernarsis ria, mata kami disuguhi pemandangan yang keren abis, bersama org2 yang gokil sangat bercanda2 gag jelas, huuuuffff plong, serasa berada didunia lain,
tak terasa berjalan, gemuruh air terjun pun terdengar, waduh kaki gw dah gag sabar pengen nyemplung... didepan semak2 dan rumpun bambu serasa seperti pintu masuk... ada rasa yg lain pas berada dalam terowongan bambu itu, gelap nya gelap2 gimanaaaaaa gituuuuu...(sumpah gw jadi penen bgt ke mahameru,, dari td sih sebenarnya menghayalkan diri sedang mendaki kemegahannya... tp gw maunya pengen bareng temen2 ini, yang pada gokil ini...) daaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnn
gw kagak sanggup untuk gag nyemplung, kereeeeeeennnn.... bedinding batu2 besar di kiri kanannya, air terjun itu menjanjikan kesejukan, melindungi dari perasaan benci, marah dan dendam yag berkecamuk, yg ada damai, tentram, hmmmmmmmhhhhhhh....
(duh sampe sini, gw stop dulu y...ada kerjaan yg mesti diselesaikan, ...) nti lanjut lagi dah....
Tuesday, April 27, 2010
tadinya, sempst kasian bgt ma lo, tadinya sempat ngerasa gimanaaaa gitu...
tapi seperti halnya yang lalu2, akhirnya yang ada rasa muak yang mebludak di jiwa gw ngeliat sepak terjang lo!!! dasar batu !!!! gag punya malu!!!
kok bisa ya, lo bikin skenario layaknya org paling suci di muka bumi??? Helllowwww???
lo pernah ngalamanin apa sih di masa kecil lo?? adakah kecelakaan pernah menghampiri lo yang menyebatkan putusnya urat malu lo, hah???
terserah lo dah sekg, ini terakhir kali gw ngeborosin emosi demi lo!!! ciao... gudbay... we are not same, and will never be the same...
tapi seperti halnya yang lalu2, akhirnya yang ada rasa muak yang mebludak di jiwa gw ngeliat sepak terjang lo!!! dasar batu !!!! gag punya malu!!!
kok bisa ya, lo bikin skenario layaknya org paling suci di muka bumi??? Helllowwww???
lo pernah ngalamanin apa sih di masa kecil lo?? adakah kecelakaan pernah menghampiri lo yang menyebatkan putusnya urat malu lo, hah???
terserah lo dah sekg, ini terakhir kali gw ngeborosin emosi demi lo!!! ciao... gudbay... we are not same, and will never be the same...
Tuesday, April 20, 2010
untukmu yang ku anggap teman...
buliran air mata mengiringi jemari mengetik tulisan ini, sungguh, hatiku pedih, dan Tuhan tau semua itu... bayangan canda tawa, tangis, keakraban, bergentayangan dalam ingatanku, seumpama sebuah filem yang diputar dengan sangat cepat, segala apa yang kita pernah bagi, segala yang buruk dan yang manis... hatiku dingin mencemaskan itu semua akan hilang, percayalah, aku menyayangimu...lebih dari yang kau tau dan yang kau mau tahu...
andai saja kau tau apa yang sebenarnya telah terjadi sepninggal mu disini, andai saja kau tahu betapa mereka telah menganggap mu tak lebih berharga dari sampah, hina dina, dan nista, seandainya kau ijinkan hati nurani mu untuk mengendus apa yang mereka rasakan padamu, seandainya saja kau mau punya sedikit perasaan terhadap anggapan mereka padamu, dan membiarkan logikamu memberi mu alasan bahwa betapa wajarnya sikap mereka tersebut ditujukan padamu, tentu semua tidak akan seperti ini, dan tentu aku tak perlu melakukan hal ini padamu, karena Tuhan tahu aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu...
tapi tidak!!! kau tak memakai nurani mu untuk sekedar tau apa yang mereka rasakan padamu, kau memblokir semua logikamu untuk tau bahwa betapa wajarnya sikap mereka padamu, kau menganak tirikan logikamu, atas nama "perasaan" yang selalu menjadi pembenaran atas setiap tindakanmu, tanpa peduli norma, tanpa peduli bahwa orang lain juga punya hal yang namanya "perasaan"... sehingga kau selamanya tidak menyadari atau menolak menyadari bahwa kau telah salah, maaf harus mengatakan ini, ini semua karena Tuhan tau aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu...
sesunggukan tertahan menemani jemari mengetik rasa ini, seandainya saja kau menyadari betapa dengan putus asanya aku telah memberimu sinyal2 yang sedemikian halusnya akan kesalahanmu, entah karena terlalu tak tega mengkritikmu yang notabene adalah manusia yang tak pernah menganggap kritik itu sebagai salah satu wujud kasih sayang...boleh saja kau membantah hal itu, tapi pengalaman bersamamu telah memberiku lebih dari cukup pelajaran bahwa memang kau tak bisa di krtitik, dan itu menyulitkanku menyadarkanmu. Ingat kah kau manakala ada seorang teman yang mengingatkanmu untuk tidak mementingkan organisasi dan fokus pada study?? bukankah itu kritik yang baik dari seorang teman??? dan sesungguhnya respon yang kau berikan sungguh mengecewakanku, kau datang padaku dan terisak, dan mengatakan bahwa kau tahu jalanmu, lalu kau membuat ilustrasi yang entah bagaimana caranya membuat si pemberi kritik itu menjadi tokoh antagonis??? kalau saja kau cukup bersedia membiarkan nurani mu mengintip jendela hatiku, kau akan tahu kalau disana ada rasa miris, betapa kau tak tahu betapa teman2mu menyayangimu...
keliru jika kau anggap teman2mu baru menyayangimu pada saat mereka melontarkan pujian padamu, sahabatku, tak semua yang kau lakukan itu benar, bahkan bisa dibilang kau melakukan kesalahan fatal,,, sangat fatal... ada hati anak kecil yang terluka, ada orang di seberang sana yang terluka lantaran terlalu mendewakan perasaan, lupakah dirimu bahwa orang lain juga punya perasaan???
pertemuan terakhir denganmu membuatku tak tahan untuk tidak menghentikan ini, kalau saja kau baca raut wajahku waktu itu, aku ngeri mendengar dirimu berkata bahwa tak ada salahnya perbuatanmu itu...,jiwa ku bergolak, marah, kecewa, sekaligus prihatin.. bagaimana bisa kau begitu tak bernurani... bagaimana bisa kau menganggap semua itu hal yang wajar.... aku ingin teriak padamu saat itu juga, tapi karena terlalu mengenalmu aku tahu hal itu sia2. kau akan kembali seperti itu lagi, memang belum tapi baik aku, kamu, dia, dan juga mereka tahu apa yang lambat laun akan terjadi, dan semuanya terulang lagi... dan Cukup!!!! aku muak, aku marah!!! hanya saja kau tak tahu apa yang telah kau timbulkan, sahabatku, kondisi sepeninggalmu perlahan membaik, tak ada lagi ketimpangan sosial yang terjadi, dan kau tahu??? betapa terkejutnya aku saat tau betapa ternyata mereka sangat bersyukur kau tak ada, tahukah kau hatiku sangat sedih untukmu, itu menjelaskan betapa selama ini mereka membencimu,... tapi apa dayaku, kawan?? logikaku mengatakan itu sangat wajar setelah apa yang kau lakukan terhadap mereka...
pikiranku berkecamuk,.. naluriku mengendus kesalahan yang sama akan terulang lagi, dan aku marah, frustasi oleh pikiran yang kian tumbuh menjadi liar,... dan aku tidak sendiri,, rupanya apa yang ku takutkan juga di rasakan oleh mereka, jadilah hal ini terjadi, sahabatku,... jadilah semuanya terungkap... maaf kalau harus dengan cara seperti ini, tapi seperti yang sudah ku jelaskan padamu, aku putus asa bagaimana mencegahmu, karena kau, seperti yang aku kenal, akan punya seribu satu alasan untuk membenarkan prilakumu, kau tak bisa membantahku untuk sifatmu yang seperti itu, karena kau tahu bahwa itu benar... maaf harus seprti ini, semua karena yang selalu kukatakan, tuhan tahu aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu....
andai saja kau tau apa yang sebenarnya telah terjadi sepninggal mu disini, andai saja kau tahu betapa mereka telah menganggap mu tak lebih berharga dari sampah, hina dina, dan nista, seandainya kau ijinkan hati nurani mu untuk mengendus apa yang mereka rasakan padamu, seandainya saja kau mau punya sedikit perasaan terhadap anggapan mereka padamu, dan membiarkan logikamu memberi mu alasan bahwa betapa wajarnya sikap mereka tersebut ditujukan padamu, tentu semua tidak akan seperti ini, dan tentu aku tak perlu melakukan hal ini padamu, karena Tuhan tahu aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu...
tapi tidak!!! kau tak memakai nurani mu untuk sekedar tau apa yang mereka rasakan padamu, kau memblokir semua logikamu untuk tau bahwa betapa wajarnya sikap mereka padamu, kau menganak tirikan logikamu, atas nama "perasaan" yang selalu menjadi pembenaran atas setiap tindakanmu, tanpa peduli norma, tanpa peduli bahwa orang lain juga punya hal yang namanya "perasaan"... sehingga kau selamanya tidak menyadari atau menolak menyadari bahwa kau telah salah, maaf harus mengatakan ini, ini semua karena Tuhan tau aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu...
sesunggukan tertahan menemani jemari mengetik rasa ini, seandainya saja kau menyadari betapa dengan putus asanya aku telah memberimu sinyal2 yang sedemikian halusnya akan kesalahanmu, entah karena terlalu tak tega mengkritikmu yang notabene adalah manusia yang tak pernah menganggap kritik itu sebagai salah satu wujud kasih sayang...boleh saja kau membantah hal itu, tapi pengalaman bersamamu telah memberiku lebih dari cukup pelajaran bahwa memang kau tak bisa di krtitik, dan itu menyulitkanku menyadarkanmu. Ingat kah kau manakala ada seorang teman yang mengingatkanmu untuk tidak mementingkan organisasi dan fokus pada study?? bukankah itu kritik yang baik dari seorang teman??? dan sesungguhnya respon yang kau berikan sungguh mengecewakanku, kau datang padaku dan terisak, dan mengatakan bahwa kau tahu jalanmu, lalu kau membuat ilustrasi yang entah bagaimana caranya membuat si pemberi kritik itu menjadi tokoh antagonis??? kalau saja kau cukup bersedia membiarkan nurani mu mengintip jendela hatiku, kau akan tahu kalau disana ada rasa miris, betapa kau tak tahu betapa teman2mu menyayangimu...
keliru jika kau anggap teman2mu baru menyayangimu pada saat mereka melontarkan pujian padamu, sahabatku, tak semua yang kau lakukan itu benar, bahkan bisa dibilang kau melakukan kesalahan fatal,,, sangat fatal... ada hati anak kecil yang terluka, ada orang di seberang sana yang terluka lantaran terlalu mendewakan perasaan, lupakah dirimu bahwa orang lain juga punya perasaan???
pertemuan terakhir denganmu membuatku tak tahan untuk tidak menghentikan ini, kalau saja kau baca raut wajahku waktu itu, aku ngeri mendengar dirimu berkata bahwa tak ada salahnya perbuatanmu itu...,jiwa ku bergolak, marah, kecewa, sekaligus prihatin.. bagaimana bisa kau begitu tak bernurani... bagaimana bisa kau menganggap semua itu hal yang wajar.... aku ingin teriak padamu saat itu juga, tapi karena terlalu mengenalmu aku tahu hal itu sia2. kau akan kembali seperti itu lagi, memang belum tapi baik aku, kamu, dia, dan juga mereka tahu apa yang lambat laun akan terjadi, dan semuanya terulang lagi... dan Cukup!!!! aku muak, aku marah!!! hanya saja kau tak tahu apa yang telah kau timbulkan, sahabatku, kondisi sepeninggalmu perlahan membaik, tak ada lagi ketimpangan sosial yang terjadi, dan kau tahu??? betapa terkejutnya aku saat tau betapa ternyata mereka sangat bersyukur kau tak ada, tahukah kau hatiku sangat sedih untukmu, itu menjelaskan betapa selama ini mereka membencimu,... tapi apa dayaku, kawan?? logikaku mengatakan itu sangat wajar setelah apa yang kau lakukan terhadap mereka...
pikiranku berkecamuk,.. naluriku mengendus kesalahan yang sama akan terulang lagi, dan aku marah, frustasi oleh pikiran yang kian tumbuh menjadi liar,... dan aku tidak sendiri,, rupanya apa yang ku takutkan juga di rasakan oleh mereka, jadilah hal ini terjadi, sahabatku,... jadilah semuanya terungkap... maaf kalau harus dengan cara seperti ini, tapi seperti yang sudah ku jelaskan padamu, aku putus asa bagaimana mencegahmu, karena kau, seperti yang aku kenal, akan punya seribu satu alasan untuk membenarkan prilakumu, kau tak bisa membantahku untuk sifatmu yang seperti itu, karena kau tahu bahwa itu benar... maaf harus seprti ini, semua karena yang selalu kukatakan, tuhan tahu aku menyayangimu...lebih dari yang kau tahu dan yang kau mau tahu....
Subscribe to:
Posts (Atom)