Showing posts with label Pekerjaan. Show all posts
Showing posts with label Pekerjaan. Show all posts

Thursday, November 15, 2012

Teaching Palestine Students (Part II)

Assalamualaikum. Wr. Wb.



Kika: Mustofa, Oday Thaher, Abdullah, me, Bashar, Oday, and Hanani

Senang rasanya diberi satu kesempatan lagi mengisi kelas internasional. Kali ini saya didaulat untuk share what I know about grammar. Dan karena ini adalah Grammar I, jadi yang dibawakan benar-benar dasar, Tenses. Seperti sehari sebelumnya, menghandle kelas ini sangat menyenangkan. Antusiasme diperlihatkan oleh mereka. Mereka tidak malu-malu untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Waaah, jika semua siswa saya seperti mereka, tentu saya akan senaaang sekali.

Dikesempatan kali ini kami memadukan belajar dan sharing. Saya menganut kepercayaan bahwa belajar itu tidak mesti terlalu tegang dan serius.

Monday, November 12, 2012

Teaching Palestine Students

Assalamualaikum. Wr. Wb.


They are Hanani, Abdul Rahman, Oday 1, Oday 2, Qundah, Bashar, Abdullah and Hesen. They are my friends from Palestine that are studying in Indonesia, in UMS. They have been several months here. I always see them in the canteen of Pesma UMS. They are so noticeable with their tall body and really good looking face, hehehe. I only speak with one of them once. It was with Omar.

Monday, May 02, 2011

Terbang Terhempas


Pernahkah kalian merasakan sensasi diterterbangkan/diangkat tinggi sekali lalu kemudian dihempaskan begitu saja kebumi dengan kecepatan tak terkira? Mungkin bagi yang pernah naik wahana Histeria di Dufan pernah merasakannya. Isi perut seakan jeblok dan jantung serasa mau copot, bahkan yang kudengar dari teman ada yang sempat ngompol saat mengalaminya. Aku sendiri sama sekali belum pernah bermain di wahana histeria tersebut tetapi sensasinya sedang aku rasakan saat ini. Bukan ragaku yang diterbangkan tinggi sekali lalu dihempas ke bumi begitu saja melainkan hatiku yang mengalaminya. Sungguh sensasi yang tak menyenangkan. Jantungku bukan hanya mau copot, tapi juga berdegup-degup tak karuan karena bercampur dengan kecewa, sedih, dan perasaan tak rela. Bagaimana bisa aku merasakannya? Begini ceritanya… Auuuuuu….



Masih ingat dengan postinganku yang lalu mengenai Program Pelatihan Bahasa Inggris? Pelatihan itu bertujuan untuk membekali para dosen tetap terpilih dengan penguasaan Bahasa Inggris sebelum pada akhirnya dikirim ke LN untuk melanjutkan studi. Aku dan beberapa rekan dosen di UMK telah mendaftar secara online tetapi dari 19 yang mendaftar hanya dua orang yang berhasil lolos. Banyak rekan dan  termasuk juga aku merasa sedikit kecewa, karena kami tak tahu apa penyebab kami tidak lulus. Dalam aplikasi online itu tidak ada bagian yang mempertanyakan mengenai nilai, pangkat akademik, dan apapun yang dapat membedakan “derajat/nilai” kami dengan peserta yang lain. Semisal ada bagian yang mempertanyakan tentang pangkat akademik atau sebagainya, mungkin kami akan memahami, ”ooo mungkin si A lolos karena pangkat akademiknya lebih tinggi dari kami”, tetapi ini tidak ada sama sekali. Sebenarnya ada bagian yang mungkin dapat menggolong2kan “kasta” kami yaitu bagian kualifikasi pendidikan. Tetapi, banyak diantara kami yang bergelas master tetapi juga tidak lulus. Jadi apa dasar DIKTI menentukan Si Ini yang lolos dan Si Itu yang tidak?

Alhamdulillah, meskipun sedikit kecewa, kami tidak larut dalam perasaan yang tidak menyenangkan ini apalagi terjebak dalam perangkap iri. Kami secara tulus mengucapkan selamat pada kedua rekan kami tersebut. Mungkin belum rejeki, atau Tuhan sedang mempersiapkan yang jauh lebih bagus untuk kami. Kesibukan mempersiapkan penerimaan mahasiswa baru membuat kami melupakan hal itu dan semuanya kembali normal seperti sebelumnya.

Tetapi, sesuatu terjadi hari ini. Ketika aku berada di ruang Biro Keuangan, K Rahma, salah satu rekan dosen memberitahu aku bahwa jumlah peserta Pelatihan Bahasa di Makssar kurang 6 orang, dan dia bertanya apakah aku berminat ikut. Apa katanya? Berminat? Waduh, kak..tentu saja sangat aku sangat berminat. Dengan senang hati aku berkata padanya bahwa aku sangat sangat mau. Disebelahnya, P Ary menjelaskan segala sesuatunya. Katanya dia dapat info dari P Suharta (rekan yang lulus) bahwa panitia meminta satu peserta lagi dari UMK yang telah melakukan pendaftaran tetapi tidak lulus untuk segera ke Makassar guna mencukupi kuota. P Suharta mengajukan P Ary, tetapi karena sesuatu dan lain hal P Ary tidak bisa pergi. Maka dia pun bertanya pada K Rahma siapa kira-kira yang bisa berangkat. Nah, K Rahma kemudian teringat padaku. Aku sempat ragu juga, apakah sudah ada jaminan bahwa aku akan diterima disana, atau jangan sampai ada syarat-syarat yang harus aku penuhi dulu sebelum berangkat. P Ary pun menjelaskan bahwa aku hanya perlu Surat Tugas yang ditandatangani Rektor atau Dekan. Ah, itu mah masalah mudah, P Dekan masih ada diruangannya, dan beliau dengan senang hati pasti akan meberikan Surat Tugas tersebut. Aku kemudian meminta nomor ponsel P Suharta untuk informasi lebih lanjut. P Ary memberitahu bahwa P Suharta hanya bisa dihubungi pada malam hari, karena selama pelatihan, HP harus disilentkan.

Dengan hati yang hanya dipenuhi perasaan girang tak terkira, aku kembali keruangan. Penuh semangat aku memberi tahu Si Bos tentang berita tersebut, dan betapa inginnya aku mengikuti Pelatihan itu. Tetapi, ada yang ganjil dengan raut muka Si Bos, dan ini mebuatku sedikit waspada. Jangan-jangan…. Lalu, dengan pelan dan hati-hati Si Bos berkata bahwa bukannya dia mau menghalangi aku untuk pergi, tetapi sekarang ini masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan terkait penerimaan mahasiswa baru dimana aku menjadi wakil sekertaris. Huuhuuuuhuuuu…. Begitulah, hatiku seperti baru saja diterbangkan setinggi langit namun kemudian dihempaskan begitu saja kebumi tanpa ampun. Aku tertunduk, berusaha keras menyamarkan perasaan kecewa yang langsung menyiram hatiku. Beberapa argumen protes berkelebat dibenakku. Tentang bukankah dulu Si Bos sendiri yang mendukung kami untuk ikut? Bukankah ini demi pengembangan dosen UMK juga? Bukankah Si Bos bisa saja mencari orang lain untuk menggantikan posisiku? Dan masih banyak bukankah-bukankah lain yang berlomba menghasut pikiranku. Tetapi aku tak berani mengungkapkannya pada Si Bos. Oh, lagi-lagi aku melihat pintu peluang untuk melanjutkan studi ditutup didepan mataku. Sedih dan tak rela menusuk-nusuk hatiku. Tetapi diatas segalanya, aku juga sangat memahami penjelasan Si Bos. Disini ada tanggung jawab yang harus aku laksanakan. Aku harus bersikap professional, bukan? Pelan-pelan aku membujuk hatiku untuk berdamai dan iklas, semoga ada yang lebih baik menunggu di depan sana.

Dan, oh berdamai dengan keadaan dan mencoba iklas itu sama sekali bukan perkara mudah, kawan. Sungguh. Apalagi ketika Si Bos memintaku agar bersabar dan memberitahu teman-teman lain siapa tahu ada yang bersedia ikut. Duhhh,,!!! ini bagian terberatnya. Mengapa harus aku yang memberi tahu mereka, Bos? Kenapa bukan Bos saja?..hiks..hiks..hiks…T_T… Tetapi bukan “gw bgt” kalau aku  tidak memberitahu teman-teman yang lain mengenai hal ini.  Aku bukan manusia picik yang suka menyembunyikan atau menghalangi orang mendapat informasi atas sesuatu yang baik. Aku tidak ingin menjadi orang yang berkepribadian kerdil. Maka dengan memantapkan hati aku pun mengabarkan ke teman-teman tentang informasi ini. Yang pertama kuberitahu adalah K Tika lalu K Titin, saying keduanya tidak bisa pergi karena sesuatu dan lain hal. Y sudahlah, yang penting aku telah menghindarkan diriku dari perbuatan kerdil tersebut. Lega rasanya…

Setibanya dirumah, aku curhat ke mace tentang sensasi “Terbang Terhempas” yang aku alami hari ini. Dan lagi-lagi aku wajib bersyukur karena telah diberi ibu seperti beliau. Dengan bijaknya beliau menghibur hatiku dan membuat aku kembali berprasangka baik pada skenario yang dibuat olehNya. Membuatku kembali meyakini bahwa Dia hanya akan memberi yang terbaik untukku pada waktu yang tepat. Aku mengirup udara  banyak-banyak. Hatiku pun kembali sejuk dan damai. “O terimaksih, ma… You’re d Best dah…” bisikku sembari menatap lembayung dari balik jendela....

Sunday, April 10, 2011

Pangkat Akademik...^^

Nampaknya ini saat yang tepat untuk melunasi segala yang dengan sengaja kuabaikan beberapa minggu lalu. Sret..sret..sret... lugas penaku menggurat list "Things to be done" ku. Wow..@_@ lumayan banyak... (kali ini kulakukan tanpa mendengus instead of tersenyum). Yeah, salah satu yang ada dalam daftar itu adalah finishing my journal yang deadlinennya jatuh pada akhir minggu ini. Journal o journal, mengapa dia harus jadi yang utama untuk target minggu ini? Tak lain dan tak bukan adalah demi pengurusan pangkat akademikku. NIDN ku sudah ada, tapi itu belumlah cukup. Seorang dosen wajib memiliki NIDN plus pangkat akademik. Karena dalam berbagai macam pengurusan dua "tokoh" itulah yang berperan penting.

Bermula dari kegalauan hati yang terusik ketika satu persatu rekan sesama dosen sibuk mengurus pengusulan BPPS untuk UNiversitas Haluoleo, akupun akhirnya mengambil tindakan serius (lagaknya, penting bgt y...:P). Mereka begitu bersemangat melengkapi berkas demi berkas. Meskipun ribet, mereka tampak enjoy karena dikerjakan rame-rame. Aku menyaksikan mereka hilir mudik keluar masuk ruangan rektor. Bukan hanya sekali dua kai mereka mengadakan revisi disana-sini. Toh mereka tetap semangat. Sesekali juga "menggangu" diriku dengan numpang nge print, hehehehe...Lantas apa yang ku perbuat saat itu? NOPE!!! I just watched them with gerry chocolatos in my mouth, played game, and visited some unimportan webs... What a pity me..:(

Lalu mereka mulai bertanya-tanya kenapa aku tak ikut berpartisipasi dalam kesibukan yang mereka namakan "perjuangan meraih mimpi" ini. Aku pun mencari pembenaran dengan menjadikan masa kerjaku yang baru seumur jagung sebagai alibi. Sebenarnya dibilang alibi juga tidak, Karena memang, jauh dilubuk hatiku, aku merasa kurang sreg kalau harus mengurus BPPS sekarang. Kenapa? yah karena aku merasa belum berbuat banyak untuk kampus ini untuk lantas mengambil hakku mendapat rekomendasi dalam pengusulan BPPS. Sesuatu yang telah menjadi semacam prinsip memang. Lagi pula dalam pengurusan itu dipersyaratkan untuk telah memiliki NIDN dan pangkat akademik. Aku belum memiliki pangkat akademik. Beberapa temanku yang mengurus pun belum. Tapi mereka nekat coba aja. Siapa tau rejeki, katanya. Yawiss lah aku hanya bisa mendoakan semoga usaha mereka berhasil.

Sehari dua hari setelah mereka mengirim bekas mereka ke KOPERTIS wilayah IX makassar, sebuah telepon mengabarkan kalau berkas mereka ditolak karena belum memenuhi persyaratan. Apalagi kalo bukan si pangkat akademik itu. Dari situlah, pentingnya pangkat akademik mulai mengusik pikiranku. Ternyata ribet juga kalo tidak memiliki pangkat akademik. Maka akupun memutuskan bahawa sudah saatnya aku menyediakan waktu mengususi hal itu. Dengan mempertimbangkan agenda kegiatan untuk beberapa bulan kedepan yang akan sangat sibuk, jelaslah bahwa tak ada waktu yang lebih tepat selain sekarang. Yeah, dalam beberapa hari kedepan, akan ada seleksi penerimaan mahasiswa baru di kampus kami. Dimana aku didaulat sebagai wakil sekertaris. Tentu saja aku akan sangat sibuk. Ditambah saat itu bertepatan dengan waktu ujian mid semester. Aku Harus membuat soal, lalu memerikasanya kalau tidak mau kelabakan pada akhir semester nanti.

Maka mulai tadi malam, aku kembali mengakrabi file skripsi S1 ku dulu, edit disana sini biar lebih ringkas, padat, dan jelas. Maklumlah, waktu masih kuliah dulu ada kecenderungan untuk membumbui ide disana sini biar skripsinya tebalan dikit, hhehhe...:). Sebenarnya hal ini bukan hal yang terlalu sulit seandainya saja keinginan dan aplikasinya bisa kompak satu sama lain. Kendala yang terberat yang harus kuhadapi adalah melawan diri sendiri untuk tidak terjebak dalam dunia FB dan game. Cape deeeeehhh...

Dalam rangka menumbuhkan semangat lai, aku memebaca ulang novel "5 cm"ku entah untuk yang keberapa kalinya. Kali ini aku langsung lompat ke bab lima "Dont Stop Me Now". Part ini menceritakan perjuangan si Ian menyelesaikan skrispinya. Duh jadi teringan kisahku sendiri waktu itu. Wah, novel ini memang keren dan selalu sukses memantik semangatku. Jadilah tanpa ba bi bu, aku membuka file skripsiku dan mulai mengedit tanpa bertoleransi pada godaan game n fb. Alhasil bagian introductionnya bisa selesai ku edit hanya setengah jam. Senangnyaaaa....

Satu hal yang aku pahami, sekali punya keinginan, kita memang harus ngotot. Keras terhadap diri sendiri itu sangat perlu. Wow..it's eight pass eight now. It means I have to take a bath and then go to campus. The sun shine brightly outside. It indicates happyness and spirit. GO girl!!!! let's seize the day...^^




Wednesday, December 01, 2010

Tahukah bahwa binar di mata kalian itu mengusir lelahku?

Aku baru saja pulang ngajar privat buat dua ponakanku, Ivhal dan Uchy. Tadinya sebelum kerumahnya, rasa lelah sempat melanda. Ditambah lagi pikiran yang masih menanti dengan harap cemas pengumuman seleksi berkasnya ADS, membuatku nyaris mengirim sms buat k Umi, mamanya Ivhal untuk membatalkan privat malam ini. Tapi hal itu urung ku lakukan. Sekarang ini lagi musim semesteran. Sebagai orang yang seringkali mengaku profesional, aku mengusir lelah yang enggan pergi itu.

Ketika aku tiba, diteras, tempat kami biasa mengajar dan belajar, telah terhampar karpet, papan tulis mini, meja belajar lipat, dan setoples kue. Ketika kuucap salam, dari dalam ruma, terdengar langkah kaki mereka berlarian menyambutku. Dibelakangnya K umi tersenyum ramah padaku. Dan tahukah kalian, ponakanku sayang? Binar matamu mengeyahkan lelahku seketika itu juga. Menguap entah kemana.

Aku mulai dengan menanyakan pelajaran mereka hari ini dan mereka menjawab dengan begitu antusianya. Mereka bercerita bahwa merekalah yang teraktif dikelas. Mereka bercerita bahwa betapa senangnya tiap kali gurunya bertanya merekalah yang pertama kali unjuk jari. Serasa jadi Hermione, begitu kata mereka. Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Hmm ponakanku sayang, aku begitu senang mendengar suara kalian sahut menyahut berlomba memamerkan kebanggaan, aku senang karena kalian menganggap akulah yang berperan dibalik semua itu. rasa bangga itu begitu melenakanku, sayang. Menerbangkan ku ke langit. Betapa aku ingin terus mendengarnya. tetapi kalian tak sepenuhnya benar. Bukan aku yang ada dibali itu. Kalianlah yang mewujudkan itu semua. Semangat yang hidup dalam diri kalianlah yang membuat kalian berbeda dari teman-temanmu, sayang...dan tahukah kalian? Kalian telah mengajariku sesuatu.

Belajar bersama kalian selalu saja membuatku lupa waktu. Kalian membuatku lupa kalau kalian itu masih anak kelas 4 dan kelas 3 SD. Kecepatan kalian dalam mengankap apa yang ku ajarkan melampau ekspektasiku. Sehingga aku selalu tergoda mengajarkan materi untuk level diatas kalian. Hmmm.. mengajari kalian itu mengasyikkan...