Sunday, November 14, 2010

Aku, Bulan dan Sandy Sandoro

Setelah kemarin seharian sakit, tidak berdaya, alhamdulilah sekarang badan terasa fit dan lumayan segar. Hari ini biasa aja. Tidak ada yang istimewa. Di pagi hari, aku nengkring depan tipi nonton kartun. Siangnya lanjut lagi nonton Gie untuk yang kesekian kalinya, puas-puasin menatap muka kinclongnya Nicholas Saputra. SOrenya, habis tidur siang, nonton lagi, kali ini mengulang nonton three idiot untuk yang keempat kalinya. Entah ya, tapi hari ini kayaknya lagi mood aja buat nonton.

Sebenarnya sore ini ada bazar anak Bhs Inggris Unhalu. Aku di undang datang. Tapi rasa sungkan, enggan dan malas menyergapku seperti biasa. Entah sejak kapan, tetapi aku mulai tidak begitu menyukai acara kumpul-kumpul seperti itu. Rasanya sekarang tak ada yang lebih nyaman selain berdiam diri dirumah sepulang kerja. Menatap langit sore dari teras rumah, merasakan semilir angin menerpa wajahku. Takjub akan warna tanah, membaui rerumputan yang basah terkena hujan. Sendiri saja. Cukup sendiri saja atau bersama keluarga yang didepannya aku tak perlu tersenyum hambar, mengumbar wajah bahagia padahal didalam hati ini kosong tak merasa apa-apa. Aku sedang tak ingin bertopeng-topeng ria didepan semua orang dengan melakoni adengan cipika cipiki bertanya kabar seolah memendam kangen yang luar biasa, padahal sebenarnya hati gelisah sangat ingin pulang dan menerbangkan imaji menyelami novel. Aku muak dengan itu semua saat ini. Aku juga tidak tahu ini akan berlangsung sampai kapan, entahlah. Aku hanya sedang tidak ingin saja.

Tadi sore temanku Netty menelpon, ngajak pergi kesana. Katanya aku mau dijemputnya selepas magrib. Aku mengiyakan saja entah mengapa. Selepas Magrib, rasa enggan itu kembali hadir, dan akhirnya aku mengirim sms ke Netty bahwa aku tidak bisa pergi karena lagi tidak mood. Rupanya dia juga begitu. Maka disinilah aku malam ini. Dikamar saja memandangi bulan yang tersenyum manis sekali. Melengkung keemasan berlatar langit hitam nan kelam. Aku berandai-andai bagaimana rasanya kalau aku bisa berayun disana. Pasti menyenangkan sekali. DAri jendela kamar yang terbuka lebar, sejuk meyergap masuk, mendamaikan hati juga jiwa. Lampu kamar sengaja kumatikan. Perfect. Sangat perfect untuk bercengkrama dengan diri sendiri, bermain-main dengan selusin bayangan masa lalu.

Lalu dari speaker mengalun lagunya Sandi Sandoro, Malam Biru. Hmm.. asik sekali. Untuk musik sejenis, SAndi Sandoro merupakan penyanyi favoritku setelah Tompi. Suaranya enak sekali untuk didengar. Ringan dan sangat menggoda...Sambil tetap menatap bulan, aku bersenandung kecil mengikuti...

Suatu malam yang biru tanpa dirimu
Berjuta juta Rindu ku padamu
Sendiri ku pun harus menikmati
Nyanyian sang rembulan

Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku
Semoga kau mendengar lagu ini
Yang ku cipta untukmu

Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu oh sayang

Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku
Semoga kau mendengar lagu ini
Yang ku cipta untukmu

Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu oh sayang

Kasihku..
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku
Padamu

Oh kasihku
Ini ini laguku
Hanya untuk dirimu
Tanda cintaku


Lagu berakhir dengan cepat. Tak rela, lagunya ku ulang lagi. Bersenandung kecil sembari memikirkan kamu dan sms mu yang baru nongol...
Sekali lagi kau memberiku kejutan. "Darimana kamu tahu aku sedang menatap bulan sembari bersenandung?" tanyaku dalam hati dengan kikuk, memandang bulan dan menggigit bibir...

Engkau yang seharusnya disisiku
Engkau yang slalu ada dihayatku...

No comments: