Saturday, September 22, 2012

Saya Juga Ingin Ketemu Dee

Assalamualaikum. Wr. Wb.

"Saya juga ingin ketemu Dee.."

Well,  mungkin karena terkena demam perahu kertas lagi sehingga tiba-tiba tiba-tiba saja keinginan bertemu Dee, penulis wanita Indonesia favoritku, muncul. Perahu kertas selalu memiliki tempat istimewa dalam hatiku, bukan saja karena Dee begitu terampil meracik kata demi kata yag dipilihnya secara teliti, tetapi juga karena Dee dalam perahu kertasnya, telah mewakili kisahku sendiri. Meminjam kata Mbak Dwi,
teman blogger yang juga semua postingannya menginspirasiku, alur perahu kertas mengikat secara psikologis. Perahu Kertas bagiku serupa "Pensieve"nya Dumbledore. Menyelami halam demi halamanya serasa membenamkan kepalaku dalam mangkuk berisi penggalan ceritaku sendiri. Begitu nyata, begitu blak-blakan, dan begitu benar. Kalimat demi kalimatnya layaknya anchore yang jika kau sentuh akan memanggil memori yang telah tersimpan dalam pikiran bawah sadarmu untuk seketika muncul ke permukaan.

Novel Perahu kertas adalah awal perkenalanku dengan Dee dalam sosok penulis. Sebelumnya, Dee yang kukenal hanyalah sebagai salah satu personnel RSD. Awalnya, seorang teman pernah merekomendasikan novel ini lewat statusnya di FB. Katanya: Perahu Kertas: Satu Kata, ROMANTIS". Aku, yang saat itu tengah dilanda romantisme masa remaja,, (cie..cie..) memang lagi haus novel yang berbau roman. Tetapi, saat ke Gramedia Kendari, aku sempat sangsi melihat cover dan sinopsisnya yang sepertinya bakal 11-12 sama teenlit remaja lainnya. Disamping itu, harga yang tertera dilabelnya, tak terjangkau oleh kantong mahasiswaku pada saat itu (Note: waktu itu pas tgl tua,,dan hanya mengandalkan uang saku dari Ortu..hehehhe). Namun, mungkin, seperti yang Dee dan juga saya percaya, alam semesta telah menjodohkan saya dengan Perahu Kertas. Seorang sahabat sejak jaman SMP tiba-tiba mengirim paket kepadaku yang isinya adalah Perahu Kertas. Selesai berlayar dengan Perahu Kertas, akupun kalap mengidolakan semua karya Dee. Pada saat belum bisa beli, aku pun meminjam ke teman yang punya. Sekarang semua bukunya sudah bertengger dengan manis di rak bukuku..:).

Novel yang kubaca beberapa tahun lalu itu, akhirnya diangkat ke layar lebar. Pemutaran perdananya ketika aku masih libur lebaran di KDI, sehingga aku tak bisa langsung menontonnya. Maklumlah, bioskop di Kendari belum bisa disamakan dengan yang ada di kota besar di Indonesia. Masih harus  tunggu sebulan baru film itu bisa tayang di kotaku. Jeng Ceceng yang akan ke Makassar, memanas-manasiku kalau dirinya dan sang suami akan menonton film itu. Usai menyaksikan Perahu Kertas, aku dan Ceceng kemudian, seperti biasa sibuk mendiskusikan film itu via telepon. Penjelasannya semakin membuncahkan hasratku untuk menyaksikan sendiri bagaimana sosok Kugi dan Keenan akan akan dilahirkan ke layar lebar. Akankah persis sama seperti sosok yang hidup dalam alam imajiku?

Aku lalu berhitung dengan waktu. Aku baru bisa ada di Solo 2 minggu depan. Masihkah XXI menayangkannya pada saat itu? Minggu depan aku terbang ke Jakarta, transit saja untuk ke Bandung, nikahannya teman. Hmmm... tetapi ketika sudah di Jakarta, akhirnya sempat juga mampir ke Airon Mall sama amince, dan taaaa... daaaaa...aku bertemu Kugi dan Keenan dalam layar bioskop. Yaaah, memang harus diakui, dunia imaji jaaaauh lebih keren dari apa yang bisa ditawarkan seorang Hanum. Kugi yang berkeliaran dalam duniaku bukan yang seperti Maudy Ayunda. Tetapi aku setujuu seribu persen sama Remi pilihannya Hanum. Puassss bgt. Ya itu,, sosok Remi yang itulah yang persis aku kenal dalam gambaranku sendiri. Membaca postingannya Meike, beberapa saat lalu, kalau bisa kisahnya diubah saja dari versi novelnya. Biar Kugy jadinya sama Remi saja,,hehehhe...

Dari blog Meike juga saya tahu kalau Dee barusaja menyambangi Makassar dalam rangka nonton bareng film tersebut. Ada foto Dee tersenyum bersama Meike. Sebelumnya, Mbak Dwi juga pernah posting hal yang serupa dengan Meike. Aku, yang juga penggemar berat Dee, tidak bisa tidak iri. Aku juga ingin ketemu Dee, memintanya menandatangani semua bukunya yang telah menjadi bagian dari buku wajib baca di rakku. Aku igin berterimakasih atas sajian kisah yang begitu "gue bgt". Seandainya saja Dee juga bisa berkunjung ke Solo....



3 comments:

dwia said...

jangan khawatir, pasti ketemu kok nanti :)

Meike Lusye Karolus said...

setuju sama kak dwi....semesta alam raya akan bersatu mewujudkan keinginan kita :)

ririn said...

mba dwi n meike: hehehhe... amiiinn..^^