Sudah. Semalam sudah kuhabiskan untuk mengisi ulang energiku. Terlelap dalam keadaan lega dan bahagia. Alhamdulillah, ketika pagi datang, nafas masih di badan. Lalu, bergegas megerjakan apa yang seharusnya dikerjakan di waktu matahari merambat naik: Sarapan, mandi, dan bersiap menjalankan hari.
Biru. Langit Bristol biru sekali pagi ini. Awan sepertinya absen, ingin menikmati liburan juga di tempat lain. Sumringah, bibir-bibir melengkung disela-sela obrolan hangat. Dari balik jendela, gadis cilik berbalut gaun pink berhenti berlari demi dikecup hidungnya oleh ayahnya. Ibunya menyusul segera. Ada rona merah muda di pipinya.
Seperdelapan terisi. Beacon House seperdelapan terisi pagi ini. Belum riuh seperti waktu siang atau sore dan malam. Aku suka. Aroma caffein dan cokelat hangat menguar di udara. Samar-samar aroma roti bakar dan keju yang meleleh bergabung berdansa memenuhi langit-langit. Feels like home. Aku suka.
Musical. Keletak-keletok bunyi keyboard laptop yang ditekan-tekan para pejuang akademik menjelma musikal di telingaku. Yang di ujung sana, seolah terhisap oleh dunia di dalam layar laptopnya. Yang baru datang, setengah berlari mentransfer semangat lewat tepukan persahabatan kepada temannya. Tepukan itu beresonansi. Aku ikut tersapu gelombangnya.
TB! Benar! Itu TB yang barusan banget masuk. Ditangannya bergantung sebotol air mineral. Sikap tubuhnya dalam keadaan siap menuntaskan beban akademik yang dia panggul dipundaknya. Mata kami saling tersenyum dan menyemangati ketika bertemu pandang. Kulihat, ada bekal semangat dari Mbak Mae dan Vira di sana. Dia dalam posisi siap tempur dan berniat pulang dengan oleh-oleh progress yang cukup signifikan untuk dipersembahkan kepada keluarganya. Aku juga ketularan semangat itu.
Tandas. Gelas kopiku sudah tandas. Masuk sudah ke sistemku ramuan hitam yang ingredientnya berupa zat anti kantuk, larutan penambah fokus dan suntikan berbagai semangat. Artinya, aku sudah siap melanjutkan perjalanan lagi bersamamu, duhai essay. Mari saling bergandengan tangan. Hari ini cantik sekali. Sempurna untuk kita menuntaskan perjalanan.
Biru. Langit Bristol biru sekali pagi ini. Awan sepertinya absen, ingin menikmati liburan juga di tempat lain. Sumringah, bibir-bibir melengkung disela-sela obrolan hangat. Dari balik jendela, gadis cilik berbalut gaun pink berhenti berlari demi dikecup hidungnya oleh ayahnya. Ibunya menyusul segera. Ada rona merah muda di pipinya.
Seperdelapan terisi. Beacon House seperdelapan terisi pagi ini. Belum riuh seperti waktu siang atau sore dan malam. Aku suka. Aroma caffein dan cokelat hangat menguar di udara. Samar-samar aroma roti bakar dan keju yang meleleh bergabung berdansa memenuhi langit-langit. Feels like home. Aku suka.
Musical. Keletak-keletok bunyi keyboard laptop yang ditekan-tekan para pejuang akademik menjelma musikal di telingaku. Yang di ujung sana, seolah terhisap oleh dunia di dalam layar laptopnya. Yang baru datang, setengah berlari mentransfer semangat lewat tepukan persahabatan kepada temannya. Tepukan itu beresonansi. Aku ikut tersapu gelombangnya.
TB! Benar! Itu TB yang barusan banget masuk. Ditangannya bergantung sebotol air mineral. Sikap tubuhnya dalam keadaan siap menuntaskan beban akademik yang dia panggul dipundaknya. Mata kami saling tersenyum dan menyemangati ketika bertemu pandang. Kulihat, ada bekal semangat dari Mbak Mae dan Vira di sana. Dia dalam posisi siap tempur dan berniat pulang dengan oleh-oleh progress yang cukup signifikan untuk dipersembahkan kepada keluarganya. Aku juga ketularan semangat itu.
Tandas. Gelas kopiku sudah tandas. Masuk sudah ke sistemku ramuan hitam yang ingredientnya berupa zat anti kantuk, larutan penambah fokus dan suntikan berbagai semangat. Artinya, aku sudah siap melanjutkan perjalanan lagi bersamamu, duhai essay. Mari saling bergandengan tangan. Hari ini cantik sekali. Sempurna untuk kita menuntaskan perjalanan.