Wednesday, October 17, 2012

Grojongan Sewu, Cara Asik Membingkai Suatu Cerita

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Seluruh badan masih terasa pegal dari kaki sampai pundak, tetapi ceritaku kali ini teramat sayang untuk dibiarkan menunggu sampai besok. Takutnya, sensasinya bisa memudar dan jadinya kurang merefleksikan bahagiaku. Bukankah sudah kukatakan padamu, wahai sahabat? Jalan-jalan selalu mempunyai tempat dihatiku. Berpetualang merupakan salah satu caraku memetik hikmah, membingkai suka cita, dan mengecup embun pengetahuan baru. Mengunjungi suatu tempat tidak pernah
gagal memperluas cakrawalaku, tidak pernah pelit menawarkan kebijakan walau hanya sebutir. Nah, maka biarkan aku, sahabat, untuk sekali lagi melukiskan kisahku lewat kata, karena seperti halnya bewisata, menulis membuatku sedikit lebih peka untuk mengenali diriku sendiri dan perasaanku. Dan, aku sungguh membutuhkan itu.




Destination area dalam kesempatan kali ini adalah Grojongan Sewu, Tawang Mangu di Karang Anyar, Jawa Tengah. Situs ini tercipta bagi para pencinta wisata alam berlatar pegunungan nan sejuk. Feature utama Grojongan Sewu adalah Air Terjunnya. Tapi bukan itu saja, Grojongan Sewu juga sangat murah hati menawarkan kesejukan dan pemandangan lautan pegunungan yang sunggu memukau. Selain kesejukan yang dijanjikan oleh hutan pinus, atraksi kera (yang meskipun tak banyak), juga sayang untuk dilewatkan. Dari Solo, waktu yang ditempuh bisa sekitar sejam sampai sejam setengah. Baik Roda empat maupun roda dua dapat digunakan untuk mencapai tempat ini. Jalan mulus dengan pemandangan yang memanjakan mata dikiri-kanannya membuat perjalanan ini tidak merasa melelahkan. bagi yang ingin menghabiskan malam bersama teman dan keluarga juga tidak perlu khawatir, banyak sekali villa yang disediakan ditempat ini. Pilihannya pun beragam. Dari yang kapasitas rombongan kecil, sedang, maupun besar. Tarifnya lumayan murah kalau patungan.


Kemarin, dari Solo, rombongan kami yang terdiri dari Ibu Rizka (ketua Rombongan), K Rahma, Mb Eka, Indah, Lili, Al, dan saya berangkat kurang lebih jam 10 dengan menyewa taksi. 2 anggota lainnya (bang Ikhlas dan Pak Ridwan) akan menyusul dengan menguunakan motor. Sebenarnya kesana bisa juga dengan menyewa bus. Dari Solo naik Bus ke Terminal Karang Anyar trus disana Ganti Bis menuju Terminal Tawang Mangu, dari Terminal Tawang Mangu, naik angkot lagi menuju villa. Saya tidak tahu persis berapa biayanya, tapi kata ibu Riz, kurang lebih sekitar 25 sampai 30an. Selain Bis, rental mobil juga bisa menjadi pilihan. Tarifnya sekirat Rp. 250.000 selama 24 jam. Tarif itu masih diluar supir dan bensin. Lha trus mengapa kami lantas memilih Taxi? Menurut perhitungan ibu Riz, naik taxi jatuhnya lebih murah. Kami tidak dikenakan argo, yang pasti pulang pergi kami cukup membayar 300 ratus ribu. Jumlah itu di bagi kami semua jatuhnya memang lebih murah. Dan tentu saja akan lebih nyaman dibanding ketika harus naik bus. Sebelumnya juga Ibu Riz telah browse villa yang cocok dan kami menemukan Bonita Villa, yang lumayan bagus dan besar untuk kami semua. Fasilitas yang disediakan juga sangat lengkap. Lumayan besar dengan 4 kamar tidur, 4 kamar kecil, kitchen set, serta musholla.

Kami tiba sekitar pukul 12 siang. Dipintu Karang Anyar, sejuknya udara menyambut kami dengan ramah. Perlahan membasuh keruh fikiran. Jejeran Pinus yang memayungi pegunungan melambai-lambai, mengipas-ngipas penat dan prasangka agar segera enyah. Hijaunya persawahan, kebun teh, dan kebun bawang mengharumi udara dengan aroma khasnya. Ketika sulurnya menyentuh saraf tertentu diotakmu, maka seketika itu juga perasaan damai telah sukses terakses. Kami tak bermaksud melafalkannya seperti orang-orang sekarang kerap mengucapkannya, tetapi kesemua elemen ini memandu kami dengan kompaknya bilang "WOW!!!", heheheh...



Aktifitas pertama kami setelah tiba di Tawang Mangu adalah berburu kuliner untuk makan siang. Rupa-rupa menu tersaji disana, dari soto sapi yang harganya cuman Rp. 2000, lalap, pecel dan sate kelinci. Meski kata orang "rahang" kami lumayan keras (sebutan untuk orang yang jaaaauuuuhh dari imut,,heheh), kami benar-benar tidak tega untuk mencicip sate kelinci. Rasanya akan bersalaaaaah sekali. Padahal menu ini katanya merupakan pesanan favorit para pengunjung. Jadinya pilihan kami jatuh ke Rumah Makan Bu Ugi yang ada sajian pecel ayamnya, dan rasanya maknyussss... Entah hanya perasaanku saja atau gimana, tapi es tehnya juga khas sekali, segaaaar bgt.

Agenda berikutnya adalah merapikan barang bawaan kemudian menggelar ladies talk, yang kata Indah setara dengan 12 SKS mata kuliah. Mengapa demikian? karena nara sumber kami, Ibu Riz dan Mba Eka berbaik hati membocorkan rahasia lika-liku rumah tangga (sesuatu yang sangat membuat kami, para gadis begitu tertarik,,hehehe..). Sesi ini menjadi sangat menarik, ketika K Rahma, Lili, indah dan saya mulai edisi curhat yang direspon kedua ibu ini dengan blak-blakan. Cekikikan ala wanita menjadi dawai yang manis menikmati siang itu. Sayang, moment itu harus terhenti ketika sesaat sebelum magrib, deru motor memasuki halaman villa. The boys had come!!! Mereka datang dalam keadaan menggigil, rupanya hujan sempat menyelimuti mereka dalam perjalanan tadi, tapi itu terbayar ketika secangkir kopi hangat dan cemilan dihidangkan oleh ibu Riz.




Usai Sholat Magrib berjamaah, P sofyan dan Bang Ichklas kemudian turun membeli jagung. Acara kami selanjutnya adalah bakar-bakar jagung. Gelak tawa dan bincang-bincang kecil memeriahkan malam kami saat itu. Udara dingin khas pegunungan, sempurna membungkus persahabatan kami yang mulai terjalin (selain, K rahma, Lili dan Indah, yang lain adalah teman-teman baru bagi kami). Angin yang mengembuskan beku, lumer dalam ceria kami. Meski baru kenal, banyak kecocokan yang merekatkan kami. Dari hobi jalan-jalan, hobi curhat, sampai hobi mengomentari aparat negara,,, Aku tidak tahu pukul berapa tepatnya malam itu berakhir secara resmi. Yang kutahu, ketika naik untuk beristirahat dalam dekapan selimut, bang Ikhlas dan Pak Sofyan masih terlibat diskusi seru diteras. Entah berapa bungkus rokok dan berapa gelas kopi yang menemani mereka. Indah, Mb Eka dan Al masih mengakrabi TV, K Rahma dan Ibu Riz rupanya belum tuntas mengupas sisa ladies talk siang tadi dikamar sebelah, dan karena Lili terkena flu, mungkin kamilah yang peserta yang tercepat mengucap salam berpisah pada hari itu untuk memasuki dunia mimpi.

Pagi, sekitar pukul 5 dengan menggeliat malas, aku turun kebawah dimana rupanya Ibu Riz telah menyiapkan kami nasi goreng yang lezat. Kami telah sepakat bahwa pagi-pagi sekali kami akan menuju TKP (Grojongan Sewu) dengan berjalan kaki. Maka berangkatlah kami semua menuju Air Terjun tersebut dengan mengendarai sepatu. Awan yang berarak seakan memayungi kami yang ingin mengagumi ciptaan Ilahi. Sesekali langkah kami harus terhenti karena jeprat jepret di beberapa spot yang menarik. Ketika akhirnya kami tiba di Gerbang Grojongan Sewu, beberapa kera beratraksi merebut perhatian kami. Aku memberanikan diri mengambil gambar dengan mereka dari jarak dekat, tetapi harus lari ketakutan setelah sempat dikejar salah satu dari mereka,,, di kejar keraa?? hiiiii takuuuuttt...

 



Untuk mencapai air terjunnya, kami harus menuruni ratusan atau mungkin sampai seribu anak tangga dari batu kali. Sajian memesona payung-payung raksasa yang berdahan dan berdaun, gemuruh air dikejauhan, harmonisasi flora dan fauna yang membentengi kawasan itu sungguh bukan hal yang gampang disingkirkan dari memori. Decak kagum senantiasa terlontar dalam ujar kami. Salah seorang teman berkata: "Fabiayyi aalaa i rabbi kuma tukazzibaan?" (Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kamu dustakan?). Dan kami semua mengamini dalam hati. Meski jelas sekali bahwa mata manusia adalah penangkap gambar terhebat yang ada dibumi, kami tetap mencoba mengabadikan event tersebut melalui kamera. Tidak semuanya bisa direfleksikan dengan sempurna, tetapi yang dikecap hari sudahlah cukup. Pengakuan atas kebesaran Tuhan telah menasbihkan kekaguman kami. Dan ketika telah sampai di bawah air terjun, kami tidak bisa tidak segera "bersetubuh" dengan air. Lili tak dapat menyembunyikan keterpesonaannya tehadap apa yang terpampang didepan mata. Semuanya ada disana untuk ditelanjangi dan dijamah. Maka, serupa anak kecil, ia bercanda dan merasakan cita rasa sungai di Grojongan Sewu. Kebahagiaannya menular pada kami yang juga jadi ikut-ikutan melebur dengan alam.

Setelah puas bermain-main dengan air, kami meutuskan untuk pulang. Rute keluar berbeda dengan jalan masuk kami tadi. Jalan menanjak seakan hendak menahan kami disitu, tetapi selalu ada batasan waktu untuk setiap peristiwa, dengan berat hati dan berat badan kami meninggalkan tempat itu. Ngos-ngosan mencapai pintu keluar diatas sana. Aku snediri mempunyai trik jitu untuk pengusir rasa lelah, tiap kali aku merasa sangat capek, aku segera berbalik untuk mendapati lambaian tangan pinus dari lembah bukit, hamparan sawah, dan tarian burung, dan segeralah letihku sirna. Batteryku telah dicharge kembali untuk dapat melanjutkan langkah menuju pulang.

 Well, sudah ku katakan bahwa, perjalanan selalu menawarkan segenggam kebijakan padaku. Dan aku merasa pelajaran kali ini adalah tips2 yang dikupas dalam ladies talk, pemahaman bahwa rasa syukur kita tidak akan pernah terhenti ketika berada dalam pelukan alam, betapa kita ini sangaaaat kecil dibanding segala kebesaranNya, dan tentu saja petualanganku kali ini menambah daftar baru teman-temanku...^^

*next destination is Bromo,,, can't wait it..

No comments: