Bosan bisa membunuh. Begitulah kira-kira kalimat yang tepat untuk menggambarkan moodku 2 hari terahkir ini. Bosan. Pekerjaan tiada yang terselesaikan. satu demi satu tertunda dan meumpuk. Hatiku dliputi gelisah, marah, dan gundah. Bahkan untuk hal-hal yang sepelepun, emosiku bisa seketika meledak. Mereka mengira ini salah satu gejala PMS. Bukan. Sama sekali bukan. Satu-satu aku membuat list pekerjaan apa yang harus segera diselesaikan sambil mendengus. Kesal sekali rasanya mengetahui bahwa dirimu tak bisa berbuat apa-apa dikarenakan sempurna terbunkus rasa malas dan tak bisa keluar. Sesak dengan kebencian akan ini itu yang sebenarnya sangat tak masuk akal.
Aku lalu beralibi pada kurangnya libur yang kudapatkan. Keterlaluan jenuh akan rutinitas yag itu-itu saja menyita kesempatanku untuk berpetualang mencumbu alam lagi. Percuma saja. Akal sehatku terlalu sadar bahwa itu bukan alasannya. Toh untuk saat ini tak ada teman yang bisa diciduk menikmati air terjun seperti waktu itu. Semuanya sibuk. Huh, dan hatiku mencibir mengingat kata "profesionalisme" yang dulu sering kuumbar. Malu pada harapan dan doa yang senantiasa kupilin menuju langit. Apalah arti doa dan harap itu jika aku tak cukup tanggu menghalau malas dan berpasrah pada mood?
Tergugu aku bangkit dari ini semua. Gemetar menyibak selimut kegundahan ini. Perkara ini sungguh tak mudah bagiku. Bahkan ketika mengetikkan kalimat ini pun, terbersit lagi untuk menunda salah satu kewajibanku. Huffftttt... padahal apa gunanya menunda?? Oh, betapa aku mengutuk kehidupanku 2 hari terakhir ini. Sungguh.
Baiklah, ku putuskan ini harus diakhiri...
Aku lalu beralibi pada kurangnya libur yang kudapatkan. Keterlaluan jenuh akan rutinitas yag itu-itu saja menyita kesempatanku untuk berpetualang mencumbu alam lagi. Percuma saja. Akal sehatku terlalu sadar bahwa itu bukan alasannya. Toh untuk saat ini tak ada teman yang bisa diciduk menikmati air terjun seperti waktu itu. Semuanya sibuk. Huh, dan hatiku mencibir mengingat kata "profesionalisme" yang dulu sering kuumbar. Malu pada harapan dan doa yang senantiasa kupilin menuju langit. Apalah arti doa dan harap itu jika aku tak cukup tanggu menghalau malas dan berpasrah pada mood?
Tergugu aku bangkit dari ini semua. Gemetar menyibak selimut kegundahan ini. Perkara ini sungguh tak mudah bagiku. Bahkan ketika mengetikkan kalimat ini pun, terbersit lagi untuk menunda salah satu kewajibanku. Huffftttt... padahal apa gunanya menunda?? Oh, betapa aku mengutuk kehidupanku 2 hari terakhir ini. Sungguh.
Baiklah, ku putuskan ini harus diakhiri...
No comments:
Post a Comment