Assalamualaikum. Wr. Wb
Debu melayang ringan, berputar-putar
Hampir invisible tapi batukku merespon jujur sekali
Aroma cat bercampur semen basah menyesakkan dada
Panas yang menguar marah mempertontonkan derita dalam tiap bangsal Bahtera Mas
Lihatlah, betapa tempat ini belum layak pakai
digegaskan hanya untuk urusan cari muka para petinggi
Tak sabar difoto sedang menggunting pita
padahal kesiapannya masih jaaaaauuh dari yang seharusnya.
Aku hampir kehilangan nyali membayangkan tubuh rapuhmu tergeletak di dalam salah satu "akuarium" itu.
Tapi syukurlah, nasib tak begitu kejam membiarkanmu lebih menderita lagi
Ada AC yang tak mengharuskanmu tidur dilorong seperti yang tetangga sebelah gedung lakukan
Beruntung masih bisa lapang menerima tamu yang datang hanya untukmu, bukan yang lain
Tapi aku sungguh tak sanggup menyaksikan ringkihmu
Keras hati kuhindari tatap matamu,
Semata karena tak sanggup melihat usahamu yang sia-sia menyamarkan perih
Sakit, tak berdaya, dan tak berguna, itukan beban yang kau pikul?
Lalu ada remasan tangan pada lututmu yang memikul doa
Untuk memnguatkanmu dan menguatkan kami
Ada suara sok tegar yang dipaksakan untuk menghiburmu
Kau tahu itu palsu, tetapi kau pun rupanya pandai bersandiwara demi menenangkan mereka.
Jadi cepatlah sembuh, wahai saudaraku
Karena tak satupun dari kita yang cukup mati rasa untuk tidak mengetahui perasaan masing-masing
Kamu dan kami tak ada yang senang berlakon seperti ini
Plis lekaslah sembuh, untuk mengulang tawa dan menguatkan kasih sayang ini lagi...
Debu melayang ringan, berputar-putar
Hampir invisible tapi batukku merespon jujur sekali
Aroma cat bercampur semen basah menyesakkan dada
Panas yang menguar marah mempertontonkan derita dalam tiap bangsal Bahtera Mas
Lihatlah, betapa tempat ini belum layak pakai
digegaskan hanya untuk urusan cari muka para petinggi
Tak sabar difoto sedang menggunting pita
padahal kesiapannya masih jaaaaauuh dari yang seharusnya.
Aku hampir kehilangan nyali membayangkan tubuh rapuhmu tergeletak di dalam salah satu "akuarium" itu.
Tapi syukurlah, nasib tak begitu kejam membiarkanmu lebih menderita lagi
Ada AC yang tak mengharuskanmu tidur dilorong seperti yang tetangga sebelah gedung lakukan
Beruntung masih bisa lapang menerima tamu yang datang hanya untukmu, bukan yang lain
Tapi aku sungguh tak sanggup menyaksikan ringkihmu
Keras hati kuhindari tatap matamu,
Semata karena tak sanggup melihat usahamu yang sia-sia menyamarkan perih
Sakit, tak berdaya, dan tak berguna, itukan beban yang kau pikul?
Lalu ada remasan tangan pada lututmu yang memikul doa
Untuk memnguatkanmu dan menguatkan kami
Ada suara sok tegar yang dipaksakan untuk menghiburmu
Kau tahu itu palsu, tetapi kau pun rupanya pandai bersandiwara demi menenangkan mereka.
Jadi cepatlah sembuh, wahai saudaraku
Karena tak satupun dari kita yang cukup mati rasa untuk tidak mengetahui perasaan masing-masing
Kamu dan kami tak ada yang senang berlakon seperti ini
Plis lekaslah sembuh, untuk mengulang tawa dan menguatkan kasih sayang ini lagi...
No comments:
Post a Comment