Monday, February 11, 2019

Mesin waktu itu bernama musik

'.. resapi jejakku, ikuti langkahku..
tegar mesti harus merangkak, ringankan lelahmu, bantu kamu melangkaaahhhh..'

Aku menuliskan ini ditemani suaranya Ari Lasso yang sedang menyanyikan salah satu lagu favoritku, Jalan Kita Masih Panjang. Beberapa hari terakhir, iTunesku terus menerus hanya memutarkan lagu DEWA 19, yang masih jamannya Ari Lasso. Sejujurnya, ini dipicu oleh berita di Line Today, beberapa hari lalu, yang katanya Dul menangis saat menggantikan ayahnya tampil di sebuah konser besar di Malaysia awal bulan ini. Aku melihat beberapa videonya. Mengharukan. Terlihat betapa kharisma seorang Ahmad Dhani tidak pernah pudar sampai saat ini, terlepas dari segala pro dan kontra akan jalan hidup dan pilihan politiknya. Dia satu dari sedikit orang di Indonesia yang aku tahu bisa dihujat namun juga dihormati pada saat yang bersamaan. Aku adalah salah satu BalaDewa, meski sudah tidak segariskeras waktu jaman SMP dan SMA, hehehehe.

Lalu, sepeeri juga mungkin kebanyakan BalaDewa yang lain, yang juga membaca berita tentang penahanan Ahmad Dhani dan tangisan Abdul Qadir Djaelani saat menggantikan posisinya, aku bernostalgia kembali dengan lagu-lagu Dewa 19. Aku menonton kembali video lawas mereka. Dan mengamini hampir semua komen yang ada. Tentang betapa berkualitasnya musik-musik yang digubah pada waktu dulu itu. Aku terharu saat membaca komen yang bilang, kalo lagu ini lagu keramat bagi dirinya dan pacarnya, yang sekarang sudah jadi mamahnya anak2. Ada juga yang bilang kalo lagunya Dewa adalah lagu wajib yang dibawakan setiap pensi sekolah. Duuh, aku tak bisa menahan haru. Aku merasa ditarik kembali pada masa-masa remaja, yang menurutku indah. Saat-saat pertama mengenal cinta, malu-malu bertemu gebetan, nonton basket hanya demi melihat sang idola mendrible bola. Saat bela-belain pulang sore demi liat doi latihan di studio bersama teman-temannya. Masa-masa di mana masalah besar itu scalanya hanya berputar di komik yang disita Bapak, dihukum karena tidak mengerjakan tugas, atau berantem dengan teman yang dalam dua tiga hari akan baikan lagi. Masa-masa di mana aku belum mengenal cicilan tanah dan bimbingan disertasi. Aku ingat, duluu, ketika Once menggantikan Ari Lasso, aku sempat benci setengah mati kepada Ahmad Dhani dan Once, karena bagiku tak ada yang bisa menggantikan Ari Lasso. Aku dan adikku sering berantem karena ini. Aku menuduhnya tak setia dan tak segariskeras diriku dalam mengidolakan DEWA 19 masa Ari Lasso. Hahahahha. Kelebayan anak muda sok tau lah yaaa...

Dan kini, aku menikmati lagu-lagu mereka lagi. Sambil mengingat-ngingat segala kejadian di masa lalu, ajaibnya, semua masih terasa nyata. jadi, kalau ada yang bilang mau beli mesin waktu untuk bisa kembali ke masa lalu, kusarankan tak perlulah repot-repot. Cukup putar lagu yang sering kau dengarkan pada saat itu, find a comfort place to be alone, and.. wuuuuzzz there you are...

No comments: