Thursday, April 06, 2017

Setelah 6 Bulan di Bristol

Akhirnya, setelah kurang lebih 6 bulan di sini, menghadiri 4 kelas, mengerjakan 3 essay, membaca reading list yang bejibun, melihat nilai yang sudah keluar, aku bisa bilang kalau aku sedikit demi sedikit menemukan kepercayaan diri kembali sebagai mahasiswa. Alhamdulillah, kecemasan yang mungkin agak berlebihan (tapi sebenarnya jamak dirasakan international students di awal masa perkuliahan) akhirnya perlahan bisa aku kikis. Atau setidaknya aku mulai mahfum bagaimana cara deal dengan semua kecemasan itu. Benarlah kiranya bahwa kuliah di luar negeri (maupun dalam negeri) bukan hanya masalah nambah ilmu tapi juga belajar menaklukkan tantangan (yang kebanyakan berasal dari dalam diri sendiri) dan akhirnya kompromi dengan keadaan.

Tadi adalah hari terakhir kuliah sebelum easter break. Nama unitnya Global Higher Education. Sejauh ini, unit ini yang paling menajdi favorit aku. Sejak awal, aku merasa bahwa readingnya sangat gampang dipahami. Mungkin karena latar belakangku yang bekerja di sebuah universitas, jadi sedikit banyak bisa relate sama pengalaman selama ini. Atau mungkin juga, lebih dari yang berani aku akui, I am getting better in terms of my academic abilities, alhamdulillah. Dulu sebulan sebelum unit di mulai, aku seringkali setress karena dalam usaha memahami maksud bacaan, aku kadang butuh membaca reading yang sama berulang-ulang. Bahkan harus mencari versi bahasa indonesianya agar dapat mengerti dan mengikuti online lecture untuk tema terkait.  Ketika kelas berlangsung, aku akan lebih banyak diam. Selain karena tidak pede dengan kemampuan bahasa inggris yang kurasa masih kurang juga ragu apakah pendapatku benar atau malah salah.




Untungnya, model pembelajaran yang umum terjadi di dalam kelas memungkinkan semua siswa mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Sikap dosen dan teman-teman sekelas sangat membantu aku untuk berani bersuara. Dari pengalamanku selama ini, semua pendapat diapresiasi. No right and wrong answer kata dosenku. Yang beda adalah cara dan sudut pandang kita dalam memahami suatu konsep dan itu sangat wajar terjadi dalam kehidupan akademik. Justru, dengan menyuarakan apa yang kita pahami, bisa membuka wawasan orang lain untuk melihat dari perspektif yang berbeda, yang pada akhirnya memperluas wawasan dan membuat kita semua menjadi lebih bijak dalam memaknai sesuatu karena itu tadi kebenaran tergantung dari sudut mana dan dengan lensa apa kita memahami sesuatu.

Aku merasa sangat positif terlebih setelah mengikuti mata kuliah hari ini. Aku senang ketika aku akhirnya berani keluar dari kecemasanku sendiri. Aku senang ketika teman dan dosen antusias mendengarkan opiniku. Aku senang karena ternyata aku juga bisa. Sama sekali tidak masalah jika kita punya pendapat yang berbeda, selama kita bisa menjelaskan alasannya dari sudut pandang kita. Tak perlu baper kalau ternyata teman kita memiliki penafsiran sendiri yang sangat bertolak belakang dengan pemahaman kita, karena dari situ kita belajar melihat dari sudut kacamata baru. Pengalaman ini membuatku berfikir dengan sistem pendidikan di Indonesia. Menurutku, beginilah seharusnya atmosfir yang ada di ruang-ruang kelas kita. Sekoalh bukan hanya menjadi tempat pertukaran pengetahuan semata antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa, tetapi juga harus bisa mentransformasi pola pikir dan prilaku, memperluas cakrawala, menumbuhkan empati, membangun kepercayaan diri siswa dan memungkinkan siswa bisa menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.

Well, akhirnya aku menemukan diriku kembali, membuatku melihat dengan jelas alasan mengapa dulu aku ingin kuliah di sini. Alhamdulillah ya Allah atas apa yang terjadi dalam hidupku. Terimakasih telah membuatku menyadari bagaimana mewujudkan mimpiku to become a good lecturer who can bring out the best of their students. Pengalaman yang kudapat di sini sangat berharga. Teruslah terangi langkahku, ya Allah... 

No comments: