Assalamualaikum.wr.wb
Suasana di kantorku memanas. Biasalah, politik. Saya, seperti biasa memilih untuk tidak ambil pusing. Malas saja untuk ikut terseret arus debat tak berkesudahan. Masing-masing pihak merasa benar sendiri. Saya muak. Untunglah saya sudah tidak perlu lagi terlalu bersinggungan dengan hal itu sejak saya mengundurkan diri dari posisi sekertaris KUI.
Pada saat bersamaan, saya masih dipusingkan segala macam tetek bengek berangkat ke UK untuk lanjut sekolah. Saat ini saya sementara menyiapkan dokumen yang dibutuhkan dalam aplikasi visa student (Tier 4). Letter of Sponsorship (LoS) dari LPDP dan CAS dari universitas sudah saya dapatkan. Saya juga sudah apply untuk university accommodation di Bristol. Untuk tes TB, saya berencana ke Jakarta Selasa depan.
Yang membuat saya galau adalah, permohonan pindah universitas saya, dari University of Aberdeen ke University of Bristol, belum diapprove oleh LPDP. Meski kata teman-teman, peluang dikabulkannya lumayan besar karena ranking uni tujuan yang baru jauh diatas uni yang lama. Namun, tetap saja ketidakpastian semacam ini sering membuat sensasi tak menyenangkan di perut. Pertanyaan tentang bagaimana jika saya sudah apply visa, sudah bayar IHS tapi ujung-ujungnya perpindahan ini tidak dikabulkan? Di sisi lain, jika saya harus menunggu persetujuan LPDP dulu, visa saya kemungkinan tidak terkejar. Duh.
Hal lain yang membuat saya berfikir adalah jarak Kendari-Jakarta yang harus ditempuh via pesawat yang tiketnya tentu tidak murah. Seandainya semuanya sudah jelas, saya akan sangat ringan hati memesan tiket dari sekarang. Yeah so pasti kalau pesan tiketnya sehari sebelumnya pasti akan sangat muahal. Rasanya sayang jika saya sudah memesan tiket untuk hari Selasa misalnya, namun pada hari Senin ternyata pihak LPDP mengirimkan penolakan pindah melalui email. Saya seperti berjudi saja rasanya.
Maka, jadilah sepanjang hari saya kelihatan tidak fokus. Kepala saya sibuk mengkalkulasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bagaimana dampaknya pada rencana pengurusan visa saya. Teman-teman bertanya, saya jawab asal saja. Saya seolah hilang dalam dunia saya sendiri. Pada saat teman-teman saya sibuk "bergundjing" masalah politik yang terus memanas di kantor, saya hanya sibuk browsing soal akomodasi, dan hal-hal terkait persiapan keberangkatan yang lain. Maaf ya, Kawans, selain karena memang politik tidak pernah menjadi my interest, saat ini fikiran saya memang sedang ruwet, hehehehe.
Finally, saat saya menulis ini, saya sampai pada keputusan untuk tetap melanjutkan aplikasi visa saya apapun kemungkinannya. Saya tentu berharap pihak LPDP berkenan mengabulkan permohonan pindah saya, dengan demikian kemungkinan visa terkejar dalam waktu yang semakin singkat ini semakin besar. Namun, jika pun tidak, setidaknya saya sudah berusaha. Uang bisa dicari lagi, kataku membujuk diri sendiri. Setidaknya pemikiran seperti ini masih bisa saya tolerir dibanding menunda aplikasi karena menunggu keputusan LPDP (kalau akhirnya dikabulkan), yang akhirnya membuat saya tidak bisa mengejar aplikasi visa saya.
Well, kembali lagi saya bismillah sajalah. Maju terus sampai habis semua usaha, insyaallah hasil tidak akan menghianati usaha, katanya. Kalaupun tidak seperti yang saya harapkan, saya percaya Tuhan punya rencana yang terbaik...
Suasana di kantorku memanas. Biasalah, politik. Saya, seperti biasa memilih untuk tidak ambil pusing. Malas saja untuk ikut terseret arus debat tak berkesudahan. Masing-masing pihak merasa benar sendiri. Saya muak. Untunglah saya sudah tidak perlu lagi terlalu bersinggungan dengan hal itu sejak saya mengundurkan diri dari posisi sekertaris KUI.
Pada saat bersamaan, saya masih dipusingkan segala macam tetek bengek berangkat ke UK untuk lanjut sekolah. Saat ini saya sementara menyiapkan dokumen yang dibutuhkan dalam aplikasi visa student (Tier 4). Letter of Sponsorship (LoS) dari LPDP dan CAS dari universitas sudah saya dapatkan. Saya juga sudah apply untuk university accommodation di Bristol. Untuk tes TB, saya berencana ke Jakarta Selasa depan.
Yang membuat saya galau adalah, permohonan pindah universitas saya, dari University of Aberdeen ke University of Bristol, belum diapprove oleh LPDP. Meski kata teman-teman, peluang dikabulkannya lumayan besar karena ranking uni tujuan yang baru jauh diatas uni yang lama. Namun, tetap saja ketidakpastian semacam ini sering membuat sensasi tak menyenangkan di perut. Pertanyaan tentang bagaimana jika saya sudah apply visa, sudah bayar IHS tapi ujung-ujungnya perpindahan ini tidak dikabulkan? Di sisi lain, jika saya harus menunggu persetujuan LPDP dulu, visa saya kemungkinan tidak terkejar. Duh.
Hal lain yang membuat saya berfikir adalah jarak Kendari-Jakarta yang harus ditempuh via pesawat yang tiketnya tentu tidak murah. Seandainya semuanya sudah jelas, saya akan sangat ringan hati memesan tiket dari sekarang. Yeah so pasti kalau pesan tiketnya sehari sebelumnya pasti akan sangat muahal. Rasanya sayang jika saya sudah memesan tiket untuk hari Selasa misalnya, namun pada hari Senin ternyata pihak LPDP mengirimkan penolakan pindah melalui email. Saya seperti berjudi saja rasanya.
Maka, jadilah sepanjang hari saya kelihatan tidak fokus. Kepala saya sibuk mengkalkulasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bagaimana dampaknya pada rencana pengurusan visa saya. Teman-teman bertanya, saya jawab asal saja. Saya seolah hilang dalam dunia saya sendiri. Pada saat teman-teman saya sibuk "bergundjing" masalah politik yang terus memanas di kantor, saya hanya sibuk browsing soal akomodasi, dan hal-hal terkait persiapan keberangkatan yang lain. Maaf ya, Kawans, selain karena memang politik tidak pernah menjadi my interest, saat ini fikiran saya memang sedang ruwet, hehehehe.
Finally, saat saya menulis ini, saya sampai pada keputusan untuk tetap melanjutkan aplikasi visa saya apapun kemungkinannya. Saya tentu berharap pihak LPDP berkenan mengabulkan permohonan pindah saya, dengan demikian kemungkinan visa terkejar dalam waktu yang semakin singkat ini semakin besar. Namun, jika pun tidak, setidaknya saya sudah berusaha. Uang bisa dicari lagi, kataku membujuk diri sendiri. Setidaknya pemikiran seperti ini masih bisa saya tolerir dibanding menunda aplikasi karena menunggu keputusan LPDP (kalau akhirnya dikabulkan), yang akhirnya membuat saya tidak bisa mengejar aplikasi visa saya.
Well, kembali lagi saya bismillah sajalah. Maju terus sampai habis semua usaha, insyaallah hasil tidak akan menghianati usaha, katanya. Kalaupun tidak seperti yang saya harapkan, saya percaya Tuhan punya rencana yang terbaik...