Assalamualaikum. wr.wb.
Oke, dari judulnya sudah keliatan kalau postingan kali ini isinya tentang ngedumel, hehehhe. So, saya lumayan dekat dengan orang ini. Bisa saya katakan sahabat lah. Beberapa hal yang sifatnya pribadi sering saya curhatkan ke dia. Dia baik, dewasa, cerdas dan sholeh. Saya menikmati saat-saat bersamanya. Karena berada dalam lingkup kerja yang sama, maka hampir tiap hari saya berinteraksi dengannya.
Tetapi, seperti halnya juga saya dan semua orang di dunia ini yang tidak sempurna, belakangan ini saya mendapati karakternya yang tidak membuat saya sebetah dulu berdiskusi dengannya. Akhir-akhir ini curhat dengannya selalu berakhir dengan "perang dingin". Mmm, pola percapakapan kami lebih sering saya mulai bertanya terhadap sesuatu, dia menjawab, saya menyanggah, dia berkeras, dan saya mengalah. Tak jarang sebenarnya dalam perdebatan itu, saya merasa saya yang benar, begitupun sebaliknya.
Saya sebenarnya terbuka terhadap perbedaan. Namun, cara menanggapi perbedaan pendapat itu tidak mesti dengan menyatakan pihak yang berbeda salau atau berbohong. Saya fikir dia cerdas, dan setahu saya orang cerdas biasanya akan lebih arif menanggapi perbedaan. Beberapa orang cerdas yang saya kenal hampir tidak pernah menyalahkan orang lain. Biasanya mereka akan memulai mengemukakan gagasannya dengan berkata seperti ini: "mmm,, begitu ya, tapi setahu saya..." bukan malah berkata: "Ah, mustahil itu... salah itu..." Padahal, ketika saya sodorkan bukti mengenai itu, toh dia tak berkutik juga.
Sungguh, menyebalkan sekali jika dituding berbohong atas sesuatu yang benar-benar terjadi. Atau disalahkan padahal kita punya bukti autentiknya, dan kita juga tahu betul bahwa dia menyalahkan seperti itu karena dia TIDAK TAHU. Yang jadi poin adalah, ternyata dia tidak secerdas dan sebijak yang saya kira. Karena orang cerdas yang saya tahu tidak akan sembarang menyalahkan orang lain hanya karena dia memiliki pandangan yang berbeda. orang cerdas sangat paham bahawa semakin banyak dia tahu, semakin dia menyadari ada lebih banyak hal yang dia tidak tahu, dan bukan berarti yang tak diketahuinya itu otomatis salah.
Bukan salah sahabat saya sepenuhnya. Mungkin ekspektasi saya yang terlalu tinggi untuknya. Padahal saya harusnya menyadari, tidak ada orang yang sempurna. Mungkin tanpa saya sadari, dia juga menganggap saya jauh lebih menyebalkan lagi, hehehehe... Kalau mau sedikit lebih dewasa, saya sebenarnya bisa bercermin kepada dia. Dia mungkin adalah cermin yang paling jernih akan karakterku sendiri. Beberapa karakternya adalah karakterku sendiri, mungkin itulah sebabnya saya bisa nyaman berada didekatnya. Namun, dari sini saya harus belajar bahwa beberapa karakter kami tidak begitu disenangi orang lain...