Monday, May 13, 2013

Menyejarahkan 40th Birthday of Ibu Riz Ka, Menaklukkan Bromo Part II

Assalamualaikum. Wr. Wb.


Hurrrraaaahhh!!! Finally!!! Ternyata gagalnya upload foto kemaren itu bukan karena jaringan yang lagi ga OK, tapi karena filenya kegedean,,,ya amyuuuunnn... Wokeh dwokeh, pals,, just let the story continue...

Meski masih sangat ingin berlama-lama di Papuma Beach, menakjubkan mata, jiwa, dan hati pada biru yang membentang, menajamkan seluruh panca indra untuk merekam salah satu masterpieceNya dalam memori, apa boleh buat, kami berenam harus beranjak. Bagaimanapun, kami masih memiliki satu tujuan utama, yakni Bromo. Mobil yang dikendarai Pak Sukar pun melaju meninggalkan pantai, menyusuri kembali jalan yang berkelok menembus bukit-bukit hijau. Dari dalam mobil, mataku tak lepas memandangmu Pakuma, view dari ketinggian seperti ini sangat memukau. Gradiasi pertunjukkan warna yang dilukis pada kanvas semesta memang bukan sesuatu yang bisa dilewatkan begitu saja. Tetapi,
bukankah selalu ada saat untuk berhenti dan berpisah, right? So, goodbye Papuma, hopefully someday we'll meet again, amen.

Mungkin karena capek, atau memang masing-masing personnel sengaja mengumpukan tenaga, perjalanan pulang kami menuju rumah Ibu Riz Ma menjadi lumayan hening. Dua pria di jok belakang, Bang Ichlas dan Irfan terkulai lelap, K Rahma yang di sampingku, jangan ditanya, deh, sedari pintu mobil ditutup tadi, kepalanya langsung nyender ke jok, dan zzzzz.... tidurlah dia :). Aku sendiri sebenarya ingin tidur, tapi kok ya ga bisa-bisa? cuman bisa tutup mata saja, itu pun tidak bisa lama-lama. Di depan, Ibu Riz Ka asik bernyanyi sendiri mengikuti lantunan lagunya Titi DJ. Nah, Pak Sukar?? Nyetirr dong beliaunya, kan bahaya kalau sampai ikutan tidur,,hehehheh...

Percayaaaaalaaaahhhh... 
Hanya diriku paliiing mengertiii kegelisahan jiwamu kasiiiihhhh 
dan arti kata kecewamuuu... 
kasih yakinlaaah, hanya aku yang paling memahaaaamiiii 
besar arti kejujuran diri indah sanubariiiimu kasiiihhh,,,, 
percayalaaaaaahhhh...
Aku ikutan bernyanyi dalam hati, dan slashhh slashhh slasshhhh...my theater of mind's show brought me to the other world, my dreaming world. Lifted me up higher and higher.

You know I can't smile without you...
I can't smile without you..

The smile on your face lets me know that you need me
the truth in your eyes is telling you'll never leave me 
The touch of your hand says you'll catch me whenever I fall
You say it best, when you say nothing at all...
Tak terasa, sampailah kami kembali di rumah Ibu Riz Ma. Tanpa menunggu aba-aba kami bergegas mandi dan ngepak-ngepak. Lagi sibuk bergegas, teriakan khas Ibu Riz Ka menggelegar membahana, membuatku memegang perut menahan tawa

"Ichlaaaaassss.. buruaaaaann, ngapain sih mandi lama-lama, cowok padahal, ihh... eh, mba masuk lho..."

"hwaaaaa... jangan mbaaaaa, sebentaaar lagiii,,, bandara mana bandaraaaaaa....."

Hahahhahaha.... P.E.C.A.H

Dengan kebaikan hati Pak Sukar, kami akhirnya tiba di terminal Jember menuju Probolinggo. Perjalanan selama kurang lebih tiga jam itu kami retas sambil sesekali ngobrol dan tiduran. Aku duduk satu seat bersama k Rahma. Irfan dan Bang Ichlas masing-masing memilih seat sendiri. Di depan, Ibu Riz Ka yang asli supel itu, telah dapat teman baru lagi. Sepanjang perjalanan ngobrol tanpa henti (tenaganya superrrr bgt, yahh.. heheheh)

Di Bus menuju Probolinggo
Langit Probolinggo mengabarkan waktu magrib telah tiba. K Rahma, Bang Ichlas, dan Irfan kemudian sholat magrib dan isya berjamaah di mushollah. Saya sendiri kebagian menjaga barang, sedag Ibu Riz Ka menghilang entah ke mana. Sambil menunggu Ibu Riz Ka, kami berempat sempat berembuk gimana caranya kasih surprise party ke Ibu RIz Ka pas jam 12 ntar. Kita malah udah sepakat mau nyari toko kue buat beli kue tart. Tapiii,,, baru mau nanya ke mas-mas tukang parkir, sebuah elp meluncur menuju kami, dan taaaadaaaaa,,, Ibu Riz Ka dengan gesitnya turun dari elp, memaksa kami yang masing tercengang-cengang untuk segera capp cusss.... (she reminds me with the main character of movie "I don't know how she does it"). Sebelum benar-benar naik ke puncak, kami isi perut dulu, ditraktir Bang Ichlas gituuuu... (katanya ini syukuran dia lulus ujian untuk yang kesekian kalinya,,,hahahhaha)

Setelah urusan perut rampung, elp kami pun melaju menembus jalan berbukit dan menanjak. Sayang sekali, malam yang pekat membuat kami tak bisa melihat pemandangan yang kata Ibu Riz Ka, super duper awesome. "Jangan khawatir, Rin, Besok bisa keliatan, kok, cantiiiikkk banget". Dan aku pun tak sabar menanti besok. Butuh waktu sekitar hampir dua jam untuk sampai ke home stay, tempat kami menginap. Brrrrrr.. dingin khas pegunungan mulai meraski tulang-tulang kami. Hidungku sendiri sudah mulai terasa pedis. Alarm bahwa suhu sudah sangat anjlok.

"Mba'e beli topi dan sarung tangannya, syalnya jugaa"
Beberapa penjual sarung tangan dan topi datang menhampiri kami. Ibu Riz Ka menyarankan kami untuk membeli beberapa, karena di atas sana apalagi pas subuh, dinginnya bisa gila-gilaan. Tas dan Makanan sudah rapi tersimpan, saatnya jalan-jalan santai di sekitar wisma untuk menghangatkan badan, dari pada teronggok dalam selimut, mending keluar mengakrabi malam di Bromo.... Wuzzzzzzz dwiiiiinggiiiiiiinnnn. Eitzzz... yang dingin fisiknya aja dooong, hati teteeeepp hangat, sama teman-teman iniiii.... Apa lagi Ibu Riz Ka itu seperti punya tenaga berganda-ganda deh, kok kayak ga ada capeknya yaaaahhh...???


Bergaya depan Wisma... ^^
Karena dingin yang begitu menggigit, dan juga karena besok jam setengah empat kita sudah mesti jalan lagi, kali ini straight menuju Bromo, kami memutuskan tidur. Rencana untuk bikin surprise party buat Ibu Riz Ka tinggallah rencana. Tidak sampai beberapa menit kepala berlabuh di atas bantal, zzzzzzz.... tiduuur kiteeee. Baru tersadar, waktu Ibu Riz membangunkan kami,

"Ini sudah jam tiga, anak-anak..."

And the real climbing began. Suasana subuh hari itu mengurungku dalam haru. Betapa aku telah menunggu sangaaat lamaaa untuk bisa merasakan sensasi ini. Jip-jip, motor, kuda, dan teman-teman pendaki meriuhkan gerbang menuju Bromo. Ada yang bahkan sampai harus pasang tenda dan bakar api unggun untuk menghangatkan badan. Dan aku berkali-kali berkata dalam hati, "Heyyyy,,, here I am. Being a part of this sacral crowded." What unspeakable moment.

Tawaran demi tawaran untuk memakai jasa Jip, Ojek, dan Kuda, berkali-kali kami tolak. Yeaaahhhh,,, kami memilih berjalan kaki. Sensasinya lebih dapat kata Ibu Riz Ka. Aku pun mengamininya. Dalam tikaman dingin seperti ini, pilihan terbaik memang harus bergerak. Abang-abang tukang ojek masih gigih menjual jasa, dan dengan teguh pendiriannya kami menolak. Sampai-sampai si Abang mengjek kami..

Abang Tukang Ojek:"Jalan kaki??? Capeeek dooong, kasian deeeh luuuu"
Ibu Riz Ka: "Emang kita ke sini sengaja cari capek, kok Pak"
Abang Tukang Ojek: ?@#$%%^^&!!!


Perjalanan dilanjutkan. Kaki dan indraku yang lain segera mengenali lautan pasir di kawasan Bromo ini. Inilah lautan pasir yang dulunya hanya bisa aku liat di tipi. Pekat menyelubungi kami, hanya dengan berbekal senter dan lampu kendaraan yang meraung-raunglah kami menapaki jalan satu-satu. Sumpah, dingin pake bangettt. pasir halus yang menari-nari di udara membuat kami terbatuk-batuk. "Di sinilah sensasinya, kalau tidak jalan begini, bukan mendaki namanya" kata ibu Riz Ka berulang-ulang, seperti merapal mantra untuk menguatkan kami. Lelah fisik itu pasti. Kaki kian terasa berat. Nyaliku sempat ciut ketika Ibu Riz Ka menunjuk kerlap-kerlip cahaya nun jauuh dan tinggi di atas sana yang besarnya tak seberapa dibanding cahaya kunang-kunang, "Itu lho, Rin.. Tujuan kita nanti di sana itu." Ya sudahah, jangan dipikirin. Terus saja melangkah...




Keajaiban rasa yang juga sempat membasahi hatiku adalah ketika rombongan kecil kami berhenti untuk sholat. Sumpah, aku sempat iriiii sekali pada mereka bertiga, K Rahmah, Bang Ichlas, dan Irfan yang bisa bersujud bersejadah pasir Bromo yang saking dinginnya sudah menjadi setajam pisau. Ya Allah, hamba juga ingiiiiinnn...

"Alhamdulillahi robil aalamiiin.. Arrahmaanirrahiiim.. Malikiau middiiin..."




 
Suara Irfan yang mengimami mereka sukses membuatku merinding. Subhanallah. Aku mengedarkan pandangan pada langit yang menaungi siluet gunung dan seketika berlutut, tak berdaya pada bukti kemahabesaranMu wahai Allah. Apalah kami dibanding ini semua???

"Iyya kana budu waiyya kanastaiiimmmm...ihdina ssirotaaal mustaqiiim....
...Sirotal lazzina an amta alaihim. Ghaoiril magdu bi alaihim. Waladdollliiin...aaaamiiinnnn"

Tak berlama-lama, kami pun gegas menuju puncak. Nafas sudah tinggal satu-satu. Kaki seperti diborgol dengan beban raksasa. Tetapi tekad sudah bulat. Tidak ada kata menyerah. Ibu Riz Ka berkali-kali melontarkan kata-kata semangat.

"Ayoooooo.. Rahmaaah, Riiin, Faan, Ichlaaaasss, ayoooo... masa kalaah sama yang sudah 40 tahuuunn"
Hoshhh...hoshh... hoshhh... Ya Allah, hamba ingin naiiiikk,, hamba ingiiin naiiikkk, kuatkanlaaahhhh... Rombongan kami sempat berhenti sejenak untuk membeli Milo Hangat. Iseng-iseng ku tanya Ibu penjualnya,

Me: "Bu, Rumahnya dimana?"
Ibu: "Jauuuh, mbak, 4 desa dari sini"
Me: Tadi kesini jam berapa bu?
Ibu: jam dua, mbak jalan kaki
Me: WOOOOOOWWWW (ada malu yang menampar kerasss, ibu ini saja bisa, masa saya baru segini doang sudah kalaaaahhh???)

Si Ibu dengan gesit menyeduh susu. Saking dinginnya, air panas yang megucur dari termos itu seketika mendingin begitu sampai cangkir. Kami berlima melotot takjuuub. DInginnya KEREEEEEEENnn.

Setelah melanjutkan pendakian yang menurutku bukan hanya pendakian fisik semata tapi lebih kepada mental, kami akhirnya sampai di puncak. Allahuakbaaarrr. Berlima kami terdiam, hanyut dalam pikiran masing-masing. Dan, cahaya yang dijanjikan pun mulai menampakkan diri. Hadirnya menjinggakan lagit yang hitam. Aku takjub dan menahan nafas. Benarlah janji itu. Tak peduli sepekat apapun malam, asalkan sabar menanti, pasti bisa menyaksikan terangnya cahaya fajar. Semua letihku sirna. Menguap entah kemana. Semburat jingga ini membungkusku dengan kekuatan dan keyakinan baru. Alhamdulillah, satu mimpi lagi mewujud.






Kami berlama-lama di puncak Bromo. Menikmati sajian purna yang tidak biasa ini. Aku dan Bu Riz Ka sempat berdua saja di salah satu sisi puncak.
"Selamat ulang tahun, Ibu. Terimakaaaassssiiiiiiikkk banyaaaak untuk ini. untuk semuanya". "Sama-sama, Rin." 
 Ada yang basah di hatiku. Yang bertiga, sedang sibuk bikin video selamat ulang tahun buat Bu Riz Ka.



Bersama kawan baru yang dihadiahkan Bromo pada kami
Hari sudah semakin terang. Kami pun memutuskan untuk turun. Eitzzz... satu lagi yag bikin perjalan ini PECAHHH banget. Kami turun tidak lewat tangga, lho, tapi meluncur pada pasir yang curam. . Sebelumnya, sekelompok anak muda turun duluan dengan meluncur. Kami sempat ketakutan juga, tetapi melihat mereka bisa, kami pun menantang diri sendiri, kalau mereka bisa, kenapa kita tidak??? Di mulai dari Irfan, kemudian aku, di susul Ibu Riz Ka, Bang Ichlas dan K Rahma, kami pun meluncur bebas....SRuuuuuttttzzzzzz... KEREEEEEEENNNN


aslinya ini curaaam bgt, lhoooooo

Di dalam elp menuju Probolinggo, kami masih dihadiahi kawan baru. Ada yang dari Jakarta, Surabaya, bahkan Prancis. Namanya Madam Silvy dan Cleo. Pasangan yang masih mesra di usia sepuhnya. Satu paket pelajaran manis lagi buat kami. Kami saling bertukar cerita, tawa, dan sama-sama menyanyikan lagu happy B'Day for the most beautiful, gorgeous, humble lady, named Ibu Riz Ka, our best friend, elder sister, even mom.



Finally, dari dalam hati yang paling dalam, setulus-tulusnya, ku ucapkan selamat ulang tahun untuk mu, Bunda Riz Ka sayang. Semoga keberkahan, kebahagiaan selalu tercurahkan untukmu. Semakin indah hatimu, semakin berpijar cahaya kasih sayangmu pada sesama. Kaulah sahabat, kakak, bahkan ibu bagi kami. Adalah engkau yang merangkul dan menjahit benang-benang kasih sayang di antara kami. Mengenalmu adalah berkah buat kami. Canda tawamu, kasih sayangmu, adalah rumah bagi kami selama di Solo. Kau membawa kami ke tempat-tempat yang dulunya hanya ada dalam mimpi. Kau mendampingi kami belajar memetik keraifan yang ditawarkan semesta. Sedih rasanya mengingat waktu kami yang tidak akan lama lagi di tanah Jawa ini. Kita akan dipisahkan waktu. Aku tak pernah mengkhawatirkan kalau kau akan merasa kesepian setelah kami pergi kelak. Dengan kecantikan pribadimu yang sebening berlian itu, teman dan sahabat dapat kau sulap menjadi saudara dan keluarga baru. It's us, wahai Bunda Riz Ka yang cantik. Kamilah yang akan ditikam rindu padamu nanti. Terimakasih tak henti-henti ku ucapkan pada hari kelahiranmu. Thanks for being your self selama ini. Happy Birth Day, Bunda sayang... Semoga Allah selalu memeluk hatimu,,,, amiiiiiiinnnn...

No comments: