Assalamualaikum.wr.wb.
Pernah tidak ada yang merasa berdebar-debar tanpa sebab atau perasaan seperti sedang mengantisipasi sesuatu tapi kita tidak tahu itu apa? Semoga bukan cuman saya yang pernah merasakannya, karena saya mulai agak-agak parno dengan perasaan ini. Sudah sejak awal februari lalu, saya selalu merasa seperti ini. Tiba-tiba deg-degan dan saya sama sekali tidak punya clue ini karena apa. Pokoknya, mau dibilang takut juga bukan, seanng juga bukan. Itulah, semacam sedang mengantisipasi sesuatu gitu. Seperti berjalan di lorong panjang sambil terus bertanya-tanya apa yang akan saya temui di ujung sana. Antara excited dan cemas secara bersamaan.
Perasaan, kejadian demi kejadian yang saya alami biasa-biasa saja. Tidak ada yang terlalu istimewa. lalu, saya pun mulai merasa parno. Saya ingat postingan teman blogger mengenai firasat. Pernah katanya dia seharian merasa tidak enak dan ternyata dia mendapat kabar buruk. Mamanya sakit. Tapi, yang saya alami ini bukan perasaan tidak enak, cuman perasaan berdebar-debar yang saya tidak bisa gambarkan sebagai takut atau senang, atau apa. Tidak bisa saya definisikan.
Untuk menghilangkan perasaan ini, saya kemudian mencoba olah raga. Tiap pagi, sebelum ngantor, saya pilatesan selama setengah jam. Kayang dan push up menjadi gerakan andalan, karena baru itu yang bisa saya lakukan, hehehe. Mb Gida juga sempat ngajak gabung di kendari Indo Runner tiap weekend. Saya sebenarnya ingin sekali bisa bergabung, tapi selalu ada halangan pada saat hari H-nya. Well, sedikit banyaknya pilatesan ini membantu saya menghalau perasaan-perasaan tidak jelas ini. Memang ya, olahraga itu sangat penting untuk merawat raga dan juga jiwa.
Well, sebenarnya sampai akhir paragraf di atas, postingan ini adalah draft yang saya tulis beberapa minggu yang lalu. Sekarang, kayaknya saya tahu alasan deg-degan tidak jelas itu. Rupanya saya dinyatakan lolos beasiswa LPDP untuk progran Doktor Luar Negeri. Saya sendiri mengincar University of Aberdeen karena dari diskusi dengan beberapa alumninya (dosen dan teman saya ada yang alumni Aberdeen) suasana belajar di sana sangat asik. Tambahan lagi, sejak kecil saya sudah sangat memimpikan bisa ke UK, dan mimpi ini semakin menjadi-jadi pada menit pertama saya membaca Harry Potter, hehehehe
Lulus bea LPDP bukan berarti saya bisa bernafas lega, lho. Justru ini adalah awal dari langkah-langkah penuh tanjakan berikutnya. Berburu LOA, ikut program PK-33 LPDP april mendatang, in which sebelum PK saja tugasnya sudah banyak, urus VISA (yang menurut pengalaman teman-teman PK-33, bahkan lebih ruwet dibanding ngurus VISA ke US, huffft). Saat ini saja, saya masih dalam proses apply ke Aberdeennya. Ngisi portal application yang saya bisa isi, sambil skip-skip dokumen yang belum ada (lumayan juga sih dokumen yang mesti diunggah, but it's OK). Belum lagi katanya kalo ngurus VISA ke UK, sudah ada aturan baru lagi yakni harus sudah punya IELTS life skills. IELTS life skills ini berupa tes tunggal untuk keterampilan mendengar dan berbicara. Jadi, meskipun sudah punya sertifikat IELTS Academic, tetap harus punya ini juga (kok ribet ya, padahal kan di IELTS akademik juga sudah mengcover speaking dan listening).
Di saat yang sama, perkuliahan di UMK sudah mulai masuk semester genap, yang artinya aktivitas ngajar-ngajar sudah mulai rame lagi. Semester ini saya dapat 10 kelas (padahal sudah mohon-mohon untuk dikurangi, hiks..). Belum lagi aktivitas di KUI. Sebenarnya, untuk sekarang KUI tidak terlalu menuntut sih, tidak kayak beberapa bulan yang lalu yang hectic banget. Tapiiiiiiii... yang bikin setress adalah adanya kegiatan-kegiatan dadakan yang saya baru DIKASIH TAHU oleh si Bos pada hari H-nya. Itupun saya tahunya setelah P Dikman ngomel-ngomel di telepon tentang kinerja KUI (hiks...). Ketika saya confirm ke bos, eeeh si Bos malah ngomong dengan nada seolah-olah beliau telah menjelaskan segala sesuatunya dari A sampai Z ke saya (ingin rasanya gantung diri saat itu juga, huaaaaaaaa).Sepertinya saya harus belajar bahasa telepati deh, biar bisa ngeh sama kemauan si Bos. Apalagi, akhir-akhir ini beliau semakin fasih dan nyaman saja dengan gaya bahasa model begono :( .
Yah, jadinya saya curcol lagi yak? hehehe. Ga papa kan ya, kan namanya juga mau mengeluarkan keluh kesah. Okeeh dokehh, selesai curcolnya, sekarang kembali bekerja.
Pliiiisss, wish me luck with my LOA stuff :)
Pernah tidak ada yang merasa berdebar-debar tanpa sebab atau perasaan seperti sedang mengantisipasi sesuatu tapi kita tidak tahu itu apa? Semoga bukan cuman saya yang pernah merasakannya, karena saya mulai agak-agak parno dengan perasaan ini. Sudah sejak awal februari lalu, saya selalu merasa seperti ini. Tiba-tiba deg-degan dan saya sama sekali tidak punya clue ini karena apa. Pokoknya, mau dibilang takut juga bukan, seanng juga bukan. Itulah, semacam sedang mengantisipasi sesuatu gitu. Seperti berjalan di lorong panjang sambil terus bertanya-tanya apa yang akan saya temui di ujung sana. Antara excited dan cemas secara bersamaan.
Perasaan, kejadian demi kejadian yang saya alami biasa-biasa saja. Tidak ada yang terlalu istimewa. lalu, saya pun mulai merasa parno. Saya ingat postingan teman blogger mengenai firasat. Pernah katanya dia seharian merasa tidak enak dan ternyata dia mendapat kabar buruk. Mamanya sakit. Tapi, yang saya alami ini bukan perasaan tidak enak, cuman perasaan berdebar-debar yang saya tidak bisa gambarkan sebagai takut atau senang, atau apa. Tidak bisa saya definisikan.
Untuk menghilangkan perasaan ini, saya kemudian mencoba olah raga. Tiap pagi, sebelum ngantor, saya pilatesan selama setengah jam. Kayang dan push up menjadi gerakan andalan, karena baru itu yang bisa saya lakukan, hehehe. Mb Gida juga sempat ngajak gabung di kendari Indo Runner tiap weekend. Saya sebenarnya ingin sekali bisa bergabung, tapi selalu ada halangan pada saat hari H-nya. Well, sedikit banyaknya pilatesan ini membantu saya menghalau perasaan-perasaan tidak jelas ini. Memang ya, olahraga itu sangat penting untuk merawat raga dan juga jiwa.
Well, sebenarnya sampai akhir paragraf di atas, postingan ini adalah draft yang saya tulis beberapa minggu yang lalu. Sekarang, kayaknya saya tahu alasan deg-degan tidak jelas itu. Rupanya saya dinyatakan lolos beasiswa LPDP untuk progran Doktor Luar Negeri. Saya sendiri mengincar University of Aberdeen karena dari diskusi dengan beberapa alumninya (dosen dan teman saya ada yang alumni Aberdeen) suasana belajar di sana sangat asik. Tambahan lagi, sejak kecil saya sudah sangat memimpikan bisa ke UK, dan mimpi ini semakin menjadi-jadi pada menit pertama saya membaca Harry Potter, hehehehe
Lulus bea LPDP bukan berarti saya bisa bernafas lega, lho. Justru ini adalah awal dari langkah-langkah penuh tanjakan berikutnya. Berburu LOA, ikut program PK-33 LPDP april mendatang, in which sebelum PK saja tugasnya sudah banyak, urus VISA (yang menurut pengalaman teman-teman PK-33, bahkan lebih ruwet dibanding ngurus VISA ke US, huffft). Saat ini saja, saya masih dalam proses apply ke Aberdeennya. Ngisi portal application yang saya bisa isi, sambil skip-skip dokumen yang belum ada (lumayan juga sih dokumen yang mesti diunggah, but it's OK). Belum lagi katanya kalo ngurus VISA ke UK, sudah ada aturan baru lagi yakni harus sudah punya IELTS life skills. IELTS life skills ini berupa tes tunggal untuk keterampilan mendengar dan berbicara. Jadi, meskipun sudah punya sertifikat IELTS Academic, tetap harus punya ini juga (kok ribet ya, padahal kan di IELTS akademik juga sudah mengcover speaking dan listening).
Di saat yang sama, perkuliahan di UMK sudah mulai masuk semester genap, yang artinya aktivitas ngajar-ngajar sudah mulai rame lagi. Semester ini saya dapat 10 kelas (padahal sudah mohon-mohon untuk dikurangi, hiks..). Belum lagi aktivitas di KUI. Sebenarnya, untuk sekarang KUI tidak terlalu menuntut sih, tidak kayak beberapa bulan yang lalu yang hectic banget. Tapiiiiiiii... yang bikin setress adalah adanya kegiatan-kegiatan dadakan yang saya baru DIKASIH TAHU oleh si Bos pada hari H-nya. Itupun saya tahunya setelah P Dikman ngomel-ngomel di telepon tentang kinerja KUI (hiks...). Ketika saya confirm ke bos, eeeh si Bos malah ngomong dengan nada seolah-olah beliau telah menjelaskan segala sesuatunya dari A sampai Z ke saya (ingin rasanya gantung diri saat itu juga, huaaaaaaaa).Sepertinya saya harus belajar bahasa telepati deh, biar bisa ngeh sama kemauan si Bos. Apalagi, akhir-akhir ini beliau semakin fasih dan nyaman saja dengan gaya bahasa model begono :( .
Yah, jadinya saya curcol lagi yak? hehehe. Ga papa kan ya, kan namanya juga mau mengeluarkan keluh kesah. Okeeh dokehh, selesai curcolnya, sekarang kembali bekerja.
Pliiiisss, wish me luck with my LOA stuff :)