Kamu memang keras kepala dari dulu, kan?
Sudah kuusir ribuan kali. Sudah kudiamkan milayaran kali.
tapi kau tetap diam di sana, enggan lenyap.
Lalu apa gunanya semua ritual melupakan yang kulalui dengan sangat tersiksa itu?
Aku jauh loh sekarang...Aku butuh visa dan beasiswa untuk bisa ke sini. Tapi kamu dengan tanpa rasa bersalahnya selalu mengikut kemanapun. Tanpa perlu apply beasiswa, tak usah degdegan tunggu hasil tes TB, juga tak perlu rempong cari akom. Dimana adilnya?
Hey, tak tahukah kamu kepalaku butuh ruang yang tidak ada kamunya. Aku butuh fokus belajar dan konsentrasi untuk urusan lain yang jauuuuh lebih penting.
Berhentilah jadi hantu, kau belum mati, kan? Toh kau juga tak pernah benar2 menawarkan kebersamaan dengan konsep yang ada di kepalaku tentang kita. Nah, sekarang dan selamanya, bisa untuk tidak hadir saat aku sedang mencoba bahagia tanpa ada harapan bodoh menari2 di otak?
Betapa aku tak mengerti selera humor semesta ini. Baru beberapa minggu yang lalu aku dengan leganya merasa badai ini telah usai. Kau penipu! Ku pikir kau benar2 pamit dengan damai. Aku terjerat ketenangan semu.
Lalu kau datang bersama gemuruh, angin dan hujan. Mengejek aku tanpa belas kasih.
Pada langit, pada awan dan pada sinar matahari. Dan seperti tak pernah belajar dari pengalaman, aku menyerah kalah tanpa perlawanan.
Sudah kuusir ribuan kali. Sudah kudiamkan milayaran kali.
tapi kau tetap diam di sana, enggan lenyap.
Lalu apa gunanya semua ritual melupakan yang kulalui dengan sangat tersiksa itu?
Aku jauh loh sekarang...Aku butuh visa dan beasiswa untuk bisa ke sini. Tapi kamu dengan tanpa rasa bersalahnya selalu mengikut kemanapun. Tanpa perlu apply beasiswa, tak usah degdegan tunggu hasil tes TB, juga tak perlu rempong cari akom. Dimana adilnya?
Hey, tak tahukah kamu kepalaku butuh ruang yang tidak ada kamunya. Aku butuh fokus belajar dan konsentrasi untuk urusan lain yang jauuuuh lebih penting.
Berhentilah jadi hantu, kau belum mati, kan? Toh kau juga tak pernah benar2 menawarkan kebersamaan dengan konsep yang ada di kepalaku tentang kita. Nah, sekarang dan selamanya, bisa untuk tidak hadir saat aku sedang mencoba bahagia tanpa ada harapan bodoh menari2 di otak?
Betapa aku tak mengerti selera humor semesta ini. Baru beberapa minggu yang lalu aku dengan leganya merasa badai ini telah usai. Kau penipu! Ku pikir kau benar2 pamit dengan damai. Aku terjerat ketenangan semu.
Lalu kau datang bersama gemuruh, angin dan hujan. Mengejek aku tanpa belas kasih.
Pada langit, pada awan dan pada sinar matahari. Dan seperti tak pernah belajar dari pengalaman, aku menyerah kalah tanpa perlawanan.
No comments:
Post a Comment