Wednesday, December 08, 2010
2 Buku itu Memeras Air Mataku..
Haruku membuncah usai kedua buku karya Tere Liye itu usai ku baca. Bulan tenggelam diwajahmu dan juga Hafalan Shalat Delisa. Hmm.. sesak hatiku oleh bermacam-macam rasa. Yang paling besar kadarnya adalah rasa malu. Malu karena selama ini teramat sangat sok tahu menjudge Allah kadang tak adil. Ingin kuulas dua buku itu. Nanti. Tidak Sekarang. Karena saat ini aku hanya mau menikmati sensasi rasa ini dengan segala penerimaan.
Monday, December 06, 2010
Ku Takkan Berhenti Mengetuk pintuMu...
Satu pintu tertutup, seribu pintu terbuka. Kalimat luar biasa inilah yang menjadi pelampungku saat ini. Setelah kemarin terdepak dari seleksi berkas ADS, aku kini mengapung-ngapung dalam samudra mimpi-mimpi yang tertunda. Hampir saja tenggelam. Tetapi kalimat yang dilontarkan mace, pace, dan rekan2 yang kompak menyuarakan "Satu pintu tertutup, seribu pintu terbuka" itu menyelamatkanku. Meski masih belum tahu arah tujuan, setidaknya aku masih punya kesempatan untuk melihat peluang-peluang yang ada. Setidaknya aku masih dapat berfikir untuk kedepannya tanpa harus megap-megap tergulung ombak.
Begitulah, tidak semua apa yang kita ingini dapat kita dapatkan dengan mudahnya. Sebagian orang terlahir dengan anugrah tak terkira dari langit. Ibarat memiliki tuah dalam dirinya. Segala yang dikerjakannya dimudahkan olehNya. Mereka menjalankan hidupnya di jalan tol. Wussssss... mereka dapat melaju sekencang-kencangnya. Bebas hambatan. Sehingga kelihatannya mereka tak perlu usaha yang terlalu keras untuk menuju sukses. Setidaknya mereka tak perlu merangkak, tertaih mendulang sukses. Sebagian lagi terlahir dengan keadaan sebaliknya. Harus merangkak dulu, harus jatuh berkali-kali dulu baru bisa sukses. Tak jarang derai air mata menghiasi perjalanan hidupnya.
Aku tidak tahu berada dalam golongan yang mana. Mungkin saja diantara keduanya. Yah, karena terkadang keinginanku dijawab dengan sangat cepat, kadang harus menunggu lumayan lama. Entahlah ada digolongan mana aku ini. Jika mengingat surat dari ADS itu, mungkin saat ini aku termasuk dalam golongan kedua. Kali ini roda kehidupan tidak membawaku ke jalan tol itu. Apa mau dikata, itulah yang diinginiNya untuk saat ini. Aku tak paham maksud dan tujuanNya. Aku hanya harus percaya, percaya bahwa dia menyayangiku dan tahu segala yang terbaik untukku.
Tetapi rasa percaya itu tak mudah ditumbuhkan begitu saja. Bukakah kebanyakan manusia selalu saja merasa hidup ini kadang tak adil? Selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan tentang keadilanNya. Tentang kemahatahuanNya. Kebanyakan manusia, seperti juga aku, gagal berprasangka baik padaNya. Karena kita terlalu dangkal dalam menilai. Selalu menilai dari apa yang tampak diluar. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, bukan?? Untunglah aku tak terlalu lama dalam kabut ini. Dalam sedikit kekecewaan ini, Dia masih memberiku teman-teman pengibar semangat yang handal. Ada Ibu Ida yang selalu memberi support, ada K Rahma, yang selalu menyemangati sembari menunjukkan ku pintu-pintu lain untuk diketuk. Ada saudara-saudaraku, yang candaanya mujarab mengusir gulana.
Apa salahnya mencoba lagi??? Entah pada percobaan keberapakalinyakah kau akan menjawabku, Langit? Aku tak perduli, hanya kan berusaha. Dan aku tahu, aku tak sendiri...
Begitulah, tidak semua apa yang kita ingini dapat kita dapatkan dengan mudahnya. Sebagian orang terlahir dengan anugrah tak terkira dari langit. Ibarat memiliki tuah dalam dirinya. Segala yang dikerjakannya dimudahkan olehNya. Mereka menjalankan hidupnya di jalan tol. Wussssss... mereka dapat melaju sekencang-kencangnya. Bebas hambatan. Sehingga kelihatannya mereka tak perlu usaha yang terlalu keras untuk menuju sukses. Setidaknya mereka tak perlu merangkak, tertaih mendulang sukses. Sebagian lagi terlahir dengan keadaan sebaliknya. Harus merangkak dulu, harus jatuh berkali-kali dulu baru bisa sukses. Tak jarang derai air mata menghiasi perjalanan hidupnya.
Aku tidak tahu berada dalam golongan yang mana. Mungkin saja diantara keduanya. Yah, karena terkadang keinginanku dijawab dengan sangat cepat, kadang harus menunggu lumayan lama. Entahlah ada digolongan mana aku ini. Jika mengingat surat dari ADS itu, mungkin saat ini aku termasuk dalam golongan kedua. Kali ini roda kehidupan tidak membawaku ke jalan tol itu. Apa mau dikata, itulah yang diinginiNya untuk saat ini. Aku tak paham maksud dan tujuanNya. Aku hanya harus percaya, percaya bahwa dia menyayangiku dan tahu segala yang terbaik untukku.
Tetapi rasa percaya itu tak mudah ditumbuhkan begitu saja. Bukakah kebanyakan manusia selalu saja merasa hidup ini kadang tak adil? Selalu saja ada pertanyaan-pertanyaan tentang keadilanNya. Tentang kemahatahuanNya. Kebanyakan manusia, seperti juga aku, gagal berprasangka baik padaNya. Karena kita terlalu dangkal dalam menilai. Selalu menilai dari apa yang tampak diluar. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, bukan?? Untunglah aku tak terlalu lama dalam kabut ini. Dalam sedikit kekecewaan ini, Dia masih memberiku teman-teman pengibar semangat yang handal. Ada Ibu Ida yang selalu memberi support, ada K Rahma, yang selalu menyemangati sembari menunjukkan ku pintu-pintu lain untuk diketuk. Ada saudara-saudaraku, yang candaanya mujarab mengusir gulana.
Apa salahnya mencoba lagi??? Entah pada percobaan keberapakalinyakah kau akan menjawabku, Langit? Aku tak perduli, hanya kan berusaha. Dan aku tahu, aku tak sendiri...
Saturday, December 04, 2010
Yang datang Amplop Kecil
Penantian selama kurang lebih 3 bulan berakhir sudah. Barusan tetanggaku mampir nitip surat dari pak pos yang nyasar ke rumahnya. Ayahku yang menerima. Sayup-sayup aku mendengar ada kata "surat" yang disebut-sebut. Tak lama kemudian, namaku dipanggil oleh ayah. Belum melihat surat itu, dalam hatiku telah tahu. Itu pasti dari ADS. Dan memang, itu dari ADS. Mataku terpaku menatap amplop itu. Kecil, tidak besar. Warnanya putih, bukan cokelat. Tipis, tidak tebal.
Kulihat wajah-wajah tanya disekelilingku. Wajah ayah, ibu, adik. Oh, tak perlu kuutarakan lewat kata-kata, lihatlah saja gurat diwajahku. Kalian akan tahu apa makna amplop kecil nan tipis yang berwarna putih ini. Kupandang sekilas langit yang berbingkai jendela, sebelum amplop itu kubawa ke kamar....
Kulihat wajah-wajah tanya disekelilingku. Wajah ayah, ibu, adik. Oh, tak perlu kuutarakan lewat kata-kata, lihatlah saja gurat diwajahku. Kalian akan tahu apa makna amplop kecil nan tipis yang berwarna putih ini. Kupandang sekilas langit yang berbingkai jendela, sebelum amplop itu kubawa ke kamar....
Wednesday, December 01, 2010
Tahukah bahwa binar di mata kalian itu mengusir lelahku?
Aku baru saja pulang ngajar privat buat dua ponakanku, Ivhal dan Uchy. Tadinya sebelum kerumahnya, rasa lelah sempat melanda. Ditambah lagi pikiran yang masih menanti dengan harap cemas pengumuman seleksi berkasnya ADS, membuatku nyaris mengirim sms buat k Umi, mamanya Ivhal untuk membatalkan privat malam ini. Tapi hal itu urung ku lakukan. Sekarang ini lagi musim semesteran. Sebagai orang yang seringkali mengaku profesional, aku mengusir lelah yang enggan pergi itu.
Ketika aku tiba, diteras, tempat kami biasa mengajar dan belajar, telah terhampar karpet, papan tulis mini, meja belajar lipat, dan setoples kue. Ketika kuucap salam, dari dalam ruma, terdengar langkah kaki mereka berlarian menyambutku. Dibelakangnya K umi tersenyum ramah padaku. Dan tahukah kalian, ponakanku sayang? Binar matamu mengeyahkan lelahku seketika itu juga. Menguap entah kemana.
Aku mulai dengan menanyakan pelajaran mereka hari ini dan mereka menjawab dengan begitu antusianya. Mereka bercerita bahwa merekalah yang teraktif dikelas. Mereka bercerita bahwa betapa senangnya tiap kali gurunya bertanya merekalah yang pertama kali unjuk jari. Serasa jadi Hermione, begitu kata mereka. Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Hmm ponakanku sayang, aku begitu senang mendengar suara kalian sahut menyahut berlomba memamerkan kebanggaan, aku senang karena kalian menganggap akulah yang berperan dibalik semua itu. rasa bangga itu begitu melenakanku, sayang. Menerbangkan ku ke langit. Betapa aku ingin terus mendengarnya. tetapi kalian tak sepenuhnya benar. Bukan aku yang ada dibali itu. Kalianlah yang mewujudkan itu semua. Semangat yang hidup dalam diri kalianlah yang membuat kalian berbeda dari teman-temanmu, sayang...dan tahukah kalian? Kalian telah mengajariku sesuatu.
Belajar bersama kalian selalu saja membuatku lupa waktu. Kalian membuatku lupa kalau kalian itu masih anak kelas 4 dan kelas 3 SD. Kecepatan kalian dalam mengankap apa yang ku ajarkan melampau ekspektasiku. Sehingga aku selalu tergoda mengajarkan materi untuk level diatas kalian. Hmmm.. mengajari kalian itu mengasyikkan...
Ketika aku tiba, diteras, tempat kami biasa mengajar dan belajar, telah terhampar karpet, papan tulis mini, meja belajar lipat, dan setoples kue. Ketika kuucap salam, dari dalam ruma, terdengar langkah kaki mereka berlarian menyambutku. Dibelakangnya K umi tersenyum ramah padaku. Dan tahukah kalian, ponakanku sayang? Binar matamu mengeyahkan lelahku seketika itu juga. Menguap entah kemana.
Aku mulai dengan menanyakan pelajaran mereka hari ini dan mereka menjawab dengan begitu antusianya. Mereka bercerita bahwa merekalah yang teraktif dikelas. Mereka bercerita bahwa betapa senangnya tiap kali gurunya bertanya merekalah yang pertama kali unjuk jari. Serasa jadi Hermione, begitu kata mereka. Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Hmm ponakanku sayang, aku begitu senang mendengar suara kalian sahut menyahut berlomba memamerkan kebanggaan, aku senang karena kalian menganggap akulah yang berperan dibalik semua itu. rasa bangga itu begitu melenakanku, sayang. Menerbangkan ku ke langit. Betapa aku ingin terus mendengarnya. tetapi kalian tak sepenuhnya benar. Bukan aku yang ada dibali itu. Kalianlah yang mewujudkan itu semua. Semangat yang hidup dalam diri kalianlah yang membuat kalian berbeda dari teman-temanmu, sayang...dan tahukah kalian? Kalian telah mengajariku sesuatu.
Belajar bersama kalian selalu saja membuatku lupa waktu. Kalian membuatku lupa kalau kalian itu masih anak kelas 4 dan kelas 3 SD. Kecepatan kalian dalam mengankap apa yang ku ajarkan melampau ekspektasiku. Sehingga aku selalu tergoda mengajarkan materi untuk level diatas kalian. Hmmm.. mengajari kalian itu mengasyikkan...
Yeah, pintu Desember akhirnya terkuak juga. Banyak sekali harapan yang kugantung dibulan ini. Oh, adakah bulan penutup tahun ini akan memberiku senyum manis pada akhirnya? Ah, jantungku dag dig der dibuatnya.
Setelah mengirim berkas ke ADS Agustus lalu, sebenarnya saya sempat tidak terlalu berharap. Biasa saja. tetapi waktu pengumuman yang semakin dekat ini entah mengapa memompa balon keinginan dan hasrat dalam hatiku untuk mengecap bangku S2, sampai hampir meledak, apalagi kalau bisa tembus ke Aussie sana. Kalau itu terjadi, betapa itu akan menjadi miracle dalam hidupku.
Malam ini rencanaya mau browsing beberapa informasi tentang univ di Aussie, karena kata ibu ida, rekan di UMK yang alumni ADS, sebaiknya mulai sekarang informasi tentang universitas tujuan sudah dikumpulkan kaena akan ditanyakan pada saat wawancara nanti. Tetapi, kayaknya malam ini, saya harus bersabar menunggu hingga jam 9 malam, karena sebelumnya harus privat ponakan dulu.
Kadang saya merasa kelelahan juga sih, pagi ngajar di Oikumene, siangnya berkantor di UMK sampai sore, trus malamnya lanjut lagi ngajar privat. Tetapi tidak ada alasan untuk tak mengucap syukur. Banyak ilmu dan pengalaman yang bisa saya dapatkan, plus bonus fulus tentunya. Jalani saja dengan ikhlas, mudah-mudahan flus hasil kerja ini biasa dipake buat tambah-tambah ongos interview, amiiiiiinnn...
So, Desember...
Would you like to draw my smile, please?
Because all my hope and dream have filled my chamber...
Setelah mengirim berkas ke ADS Agustus lalu, sebenarnya saya sempat tidak terlalu berharap. Biasa saja. tetapi waktu pengumuman yang semakin dekat ini entah mengapa memompa balon keinginan dan hasrat dalam hatiku untuk mengecap bangku S2, sampai hampir meledak, apalagi kalau bisa tembus ke Aussie sana. Kalau itu terjadi, betapa itu akan menjadi miracle dalam hidupku.
Malam ini rencanaya mau browsing beberapa informasi tentang univ di Aussie, karena kata ibu ida, rekan di UMK yang alumni ADS, sebaiknya mulai sekarang informasi tentang universitas tujuan sudah dikumpulkan kaena akan ditanyakan pada saat wawancara nanti. Tetapi, kayaknya malam ini, saya harus bersabar menunggu hingga jam 9 malam, karena sebelumnya harus privat ponakan dulu.
Kadang saya merasa kelelahan juga sih, pagi ngajar di Oikumene, siangnya berkantor di UMK sampai sore, trus malamnya lanjut lagi ngajar privat. Tetapi tidak ada alasan untuk tak mengucap syukur. Banyak ilmu dan pengalaman yang bisa saya dapatkan, plus bonus fulus tentunya. Jalani saja dengan ikhlas, mudah-mudahan flus hasil kerja ini biasa dipake buat tambah-tambah ongos interview, amiiiiiinnn...
So, Desember...
Would you like to draw my smile, please?
Because all my hope and dream have filled my chamber...
Desember, akankah kau menyelipkan bahaiaku dalam salah satu harimu?
Ah, Akhirnya pintumu terbuka juga, wahai Desember
Harap-harap cemas, ku rapalkan doaku sepanjang waktu
Terselip dalam Tahajjudku, Dhuhaku, dan Zikirku
Begitu rapi ku terbagkan kelangit, oh semoga saja tak berserak, tak tercecer
Oh, Desember...
Akankah ada dalam satu harimu kau saksikan air mata syukurku menetes?
Akankah ada senyum bahagia kuumbar?
Pada saat amplop cokelat itu ku terima dari pak pos?
Harap-harap cemas, ku rapalkan doaku sepanjang waktu
Terselip dalam Tahajjudku, Dhuhaku, dan Zikirku
Begitu rapi ku terbagkan kelangit, oh semoga saja tak berserak, tak tercecer
Oh, Desember...
Akankah ada dalam satu harimu kau saksikan air mata syukurku menetes?
Akankah ada senyum bahagia kuumbar?
Pada saat amplop cokelat itu ku terima dari pak pos?
Subscribe to:
Posts (Atom)