Ini kutulis sebagai ucapan terimakasih.
Untukmu, yang memilih untuk tak pernah pergi.
Walau aku telah bermilyar kali mengira begitu.
Di tepiku yang sekarang, terseok-seok menajdi dewasa,
Ada engkau yang berani dan selalu sabar mengikis jarak.
Pada setiap kali kau balas WAku yang sepele, dan selalu berakhir dengan Video call.
Yang kutahu, ada satu yang tak mudah berubah diantara kita.
Di luar semua kesalahfahaman dan keegoisanku dan tuntutanku.
Aku menyayangimu. Kau menyangiku.
Dengan cara yang tak sama, kukira. Itu adalah fakta.
Tapi, apapun itu, terimakasih untuk selalu di situ.
Melayani semua keabsurdanku. Menerima telepon tak pentingku,
yang seringkali abai pada 8 jam perbedaan waktu di tepiku dan di tepimu.
Kau punya seluruh alasan untuk beranjak, tapi nyatanya tidak.
Mau kukatakan sekarang, sebelum aku gengsi lagi.
sesungguhnya suaramu menenangkanku.
Senyummu menguatkanku.
Itu membuatku ketergantungan. Kecanduan.
Teruslah begitu. Jangan tinggalkan.
Kumohon.
Jangan tinggalkan.
Untukmu, yang memilih untuk tak pernah pergi.
Walau aku telah bermilyar kali mengira begitu.
Di tepiku yang sekarang, terseok-seok menajdi dewasa,
Ada engkau yang berani dan selalu sabar mengikis jarak.
Pada setiap kali kau balas WAku yang sepele, dan selalu berakhir dengan Video call.
Yang kutahu, ada satu yang tak mudah berubah diantara kita.
Di luar semua kesalahfahaman dan keegoisanku dan tuntutanku.
Aku menyayangimu. Kau menyangiku.
Dengan cara yang tak sama, kukira. Itu adalah fakta.
Tapi, apapun itu, terimakasih untuk selalu di situ.
Melayani semua keabsurdanku. Menerima telepon tak pentingku,
yang seringkali abai pada 8 jam perbedaan waktu di tepiku dan di tepimu.
Kau punya seluruh alasan untuk beranjak, tapi nyatanya tidak.
Mau kukatakan sekarang, sebelum aku gengsi lagi.
sesungguhnya suaramu menenangkanku.
Senyummu menguatkanku.
Itu membuatku ketergantungan. Kecanduan.
Teruslah begitu. Jangan tinggalkan.
Kumohon.
Jangan tinggalkan.
No comments:
Post a Comment