Ada batas tak kentara antara bersabar dalam berbuat baik dan lemah,
Mate. Tak kentara tapi bukan berarti tak ada. Aku biasanya tak pernah punya keinginan untuk mempertegas batasannya walau kadang respon yang kuterima jauh dari yang seharusnya aku dapatkan. Toh, urusan untuk selalu berusaha menolong ini adalah sepenuhnya urusanku dengan Allah. Bukankah Dia maha melihat dan sungguh tidak ada yang lebih adil dariNya? Tetapi kali ini, aku ingin berdiri diambang batas sabar dan lemah ini. Aku ingin mempertegas batasan itu. Terkhusus untkmu,
Mate. Hanya untukmu, semoga. Saat ini, aku memutuskan untuk tidak lagi mau kau "manfaatkan". Bukan karena aku membenci (semoga Allah menjaga niatku) tetapi karena aku ingin memberimu pelajaran. Agar kau menyelesaikan peperangan yang kau ciptakan sendiri. Berhenti lari dari masalah. Hadapilah dengan tulus dan berani. Sepenuh hati aku doakan semoga kebaikan, yang aku percaya ada dalam dirimu, mengalahkan segala marah dan kebencian. Aku terlalu menyayangimu untuk membiarkanmu digerogoti perasaan-perasaan negatif itu,
Mate. Itu bukan kau yang aku kenal saat pertama kali bertemu. Dan aku benci melihat wajahmu yang berbalur kesedihan, sembab karena air mata. Hadapilah, memaafkan itu membebaskan. Biarkan kedamaian memeluk hatimu. Seperti dulu....
Let love win.
No comments:
Post a Comment