Wills Memorial Building |
Hey,
Seperti janjiku, aku akan bercerita tentang Bristol hari ini. Maaf, tidak kusampaikan lewat WA atau DM di Instagram seperti yang biasa kita lakukan. Simply, karena aku rindu menulis di sini.
Jadi, tadi, di bus dalam bus yang akan mengantarku ke Ruppert Street, ada suatu kejadian yang lumayan membuat hatiku menghangat. Ada salah seorang penumpang yang tak sengaja menumpahkan hot chocolatenya, yang untungnya sudah tinggal sedikit. Tapi, tetap saja, tumpahan itu mengotori lantai dan terancam mengalir kemana-mana seiring pergerakan bus yang kadang tidak mulus. Tampak wanita yang menumpahkan minumannya itu sedikit panik. Dia sempat diam, mungkin bingung apa yang harus dilakukan. Sempat juga melirik kiri dan kanan dengan tatapan meminta maaf dan meminta untuk tidak dihakimi oleh penumpang yang lain. Aku sebenarnya merutuk dalam hati karena aku tumben-tumbennya lupa membawa tissue. Padahal, jika aku bawa, mungkin bisa dipakai untuk membantu. Wanita yang menumpahkan minuman dan aku menatap ngeri aliran cairan yang mulai melebar ke mana-mana.
Lalu, tibalah saat yang menghangatkan hatiku itu. Seorang wanita tua, dengan tersenyum memberikan tissue yang sudah dilebar-lebarkannya untuk membantu mengelap tumpahan coklat di lantai bus. Menyusul, beberapa penumpang, yang muda dan remaja, bangkit menawarkan beberapa kertas yang bisa dipakai untuk mengeringkan tumpahan di lantai. Denganw ajam penuh senyum dan empati, tentu saja. Dalam sekejab, masalah bisa teratasi dan sang wanita tadi pun terlihat sangat lega. Dia tak henti mengucapkan terimakasih.
Setelah itu, dalam tiga menit aku merenung sendiri. Peristiwa tadi udah usai dan bekasnya seakan tak tampak lagi, karena setelah masalah beres, semua kembali pada apa yang tadi tengah mereka lalukan sebelum kejadian tumpahnya coklat hangat itu. Tapi, momen awet dalam hatiku, bahkan hingga saat ini. Aku baru saja disajikan cinta yang menghangatkan. Cinta tanpa kotak-kotak dan sekat. Di negeri yang sering dituduh rasis ini, aku menemukan sisi kemanusiaan yang sudah lama aku cari. Yang menumpahkan coklat tadi adalah wanita asal somalia (menilik pada penampilannya), dan yang mereka yang membantunya adalah warga asli Inggris. Dalam bus ini, aku tidak melihat tuduhan yang membenarkan bahwa warga kulit putih agak sedikit anti dengan mereka yang kulitnya berbeda warna. Dan aku suka. Aku suka dunia yang dipenuhi dengan cinta. Cinta yang tidak membedakan manusia.
Ah, kalaulah kamu ada di sini, mungkin kita akan membahas ini sedikit lebih lama sambil menyeruput kopi di kedai favorit kita. Lalu, percakapan kita akan melebar kemana-mana, tertawa dan saling menggoda. Tapi kau tidak di sini, sayang sekali.
No comments:
Post a Comment