Wednesday, December 02, 2015

G

Assalamualaikum.wr.wb.


Beberapa waktu yang lalu, iseng buka FB, lalu, di timeline nemu status seseorang dari jaman SMA yang sempat sedikit dekat. Bukan statusnya yang bikin penasaran, tapi lebih kepada penampakannya yang menurutku tiba-tiba (atau mungkin sayanya saja yang memang jarang intip FB lagi, :P). Jadi, secara otomatis, saya mengklik nama seseorang itu dan menuju wallnya dia.
Entahlah, tapi kok kepoin semua statusnya plus ngulik foto-fotonya bikin saya jadi baper, hehehehe. Dia, sejauh ini ternyata telah bermetarmofosis, dari pemuda yang agak “badung” menjadi pria yang jauh lebih dewasa dan berkharisma. Saya sampai pangling. Disini, saya semakin menyadari, jangan pernah menjudge seseorang dengan kejam, karena kita semua butuh proses untuk menjadi semakin baik dari hari ke hari. 

Saya ingat, bagaimana suka duka yang dialami orang ini. Dalam usianya yang sangat muda waktu itu, dia telah mengalami peristiwa yang menurutku lumayan pahit. Dalam beberapa bagian dari part itu, saya ada disana, turut beriringan dan memberi sedikit kekuatan. Kemudian perjalanan hidup menghamparkan jalan kami masing-masing, aku memilih pathku sendiri dia pun begitu. Dia dengan sengaja melanjutkan kuliah di Jawa dan saya tetap di Kendari. Pengalaman tidak menyenangkan yang dialaminya membuatnya memilih untuk tidak kembali ke kota kami dalam waktu yang lama. Seingatku, beberapa tahun dia bahkan tidak pulang untuk merayakan lebaran di Kendari.
 
Begitulah, waktu terus berputar tanpa terasa. Kesibukan dan beragam cerita baru mulai mewarnai lembar-lembar perjalanan hidupku. Kenangan tentang orang ini kian memudar seiring waktu. Sampai beberapa hari kemarin, saya mendapatinya di timeline FB. Ketika menelusuri wallnya, saya sempat tertegun lama. Terharu juga sebenarnya. Yah, dia telah berhasil berdamai dengan dirinya. Dia bangkit dengan gagah berani menjemput masa depan yang lebih baik. Pengalaman hidupnya telah membuat dia menjadi lebih kuat dan lebih dewasa. Dimataku dia telah menjelma menjadi pria yang sangat berkharisma.

Dari wall kamu, saya tahu kamu berada di Kendari saat ini. Let’s see G, apakah hidup akan mengantar kita pada pertemuan yang manis atau tidak… saya sih berharap begitu, bisa menghabiskan sore sebagai seorang sahabat lama, menyeruput teh dan berbagi cerita. Bukan untuk kembali ke masa lalu, tapi sekedar mengingatkan bahwa kita sebenarnya kuat menghadapi apapun.  Seperti kamu yang tidak menyerah.

Nah, terimakasih untuk tidak menyerah saat itu, G. Karena, saat ini entah bagaimana saya seperti dititik terlemah dan terjenuh dalam hidupku. Kehadiranmu yang tidak terduga membatk semangat untuk berjuang lagi…

Thursday, August 27, 2015

Road to Bristol

Assalamualaikum.wr.wb

Suasana di kantorku memanas. Biasalah, politik. Saya, seperti biasa memilih untuk tidak ambil pusing. Malas saja untuk ikut terseret arus debat tak berkesudahan. Masing-masing pihak merasa benar sendiri. Saya muak. Untunglah saya sudah tidak perlu lagi terlalu bersinggungan dengan hal itu sejak saya mengundurkan diri dari posisi sekertaris KUI.

Pada saat bersamaan, saya masih dipusingkan segala macam tetek bengek berangkat ke UK untuk lanjut sekolah. Saat ini saya sementara menyiapkan dokumen yang dibutuhkan dalam aplikasi visa student (Tier 4). Letter of Sponsorship (LoS) dari LPDP dan CAS dari universitas sudah saya dapatkan. Saya juga sudah apply untuk university accommodation di Bristol. Untuk tes TB, saya berencana ke Jakarta Selasa depan.

Yang membuat saya galau adalah, permohonan pindah universitas saya, dari University of Aberdeen ke University of Bristol, belum diapprove oleh LPDP. Meski kata teman-teman, peluang dikabulkannya lumayan besar karena ranking uni tujuan yang baru jauh diatas uni yang lama. Namun, tetap saja ketidakpastian semacam ini sering membuat sensasi tak menyenangkan di perut. Pertanyaan tentang bagaimana jika saya sudah apply visa, sudah bayar IHS tapi ujung-ujungnya perpindahan ini tidak dikabulkan? Di sisi lain, jika saya harus menunggu persetujuan LPDP dulu, visa saya kemungkinan tidak terkejar. Duh.

Hal lain yang membuat saya berfikir adalah jarak Kendari-Jakarta yang harus ditempuh via pesawat yang tiketnya tentu tidak murah. Seandainya semuanya sudah jelas, saya akan sangat ringan hati memesan tiket dari sekarang. Yeah so pasti kalau pesan tiketnya sehari sebelumnya pasti akan sangat muahal. Rasanya sayang jika saya sudah memesan tiket untuk hari Selasa misalnya, namun pada hari Senin ternyata pihak LPDP mengirimkan penolakan pindah melalui email. Saya seperti berjudi saja rasanya.


Maka, jadilah sepanjang hari saya kelihatan tidak fokus. Kepala saya sibuk mengkalkulasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bagaimana dampaknya pada rencana pengurusan visa saya. Teman-teman bertanya, saya jawab asal saja. Saya seolah hilang dalam dunia saya sendiri. Pada saat teman-teman saya sibuk "bergundjing" masalah politik yang terus memanas di kantor, saya hanya sibuk browsing soal akomodasi, dan hal-hal terkait persiapan keberangkatan yang lain. Maaf ya, Kawans, selain karena memang politik tidak pernah menjadi my interest, saat ini fikiran saya memang sedang ruwet, hehehehe.

Finally, saat saya menulis ini, saya sampai pada keputusan untuk tetap melanjutkan aplikasi visa saya apapun kemungkinannya. Saya tentu berharap pihak LPDP berkenan mengabulkan permohonan pindah saya, dengan demikian kemungkinan visa terkejar dalam waktu yang semakin singkat ini semakin besar. Namun, jika pun tidak, setidaknya saya sudah berusaha. Uang bisa dicari lagi, kataku membujuk diri sendiri. Setidaknya pemikiran seperti ini masih bisa saya tolerir dibanding menunda aplikasi karena menunggu keputusan LPDP (kalau akhirnya dikabulkan), yang akhirnya membuat saya tidak bisa mengejar aplikasi visa saya.

Well, kembali lagi saya bismillah sajalah. Maju terus sampai habis semua usaha, insyaallah hasil tidak akan menghianati usaha, katanya. Kalaupun tidak seperti yang saya harapkan, saya percaya Tuhan punya rencana yang terbaik...


Wednesday, August 26, 2015

Being Blue

Assalamualaikum.wr.wb.

Seharusnya saat ini saya sementara menghubungi PPI di Bristol, menyangkut urusan akomodasi saya. Planning keberangkatan tanggal 18 September, namun akomodasi yang cocok belum juga saya dapatkan. Saya lalu mulai menyalahkan mepetnya waktu keluarnya unconditional LoA dan jadwal perkuliahan. Huftness. 

Saya gundah dan gulana. Bingung mau mulai dari mana. Urusan visa sukses bikin puyeng. Waktu yang terbatas lagi-lagi tertuduh utamanya. Kalau sudah begini, mood saya seketika jadi unpredictable. Sebaiknya jangan dekat-dekat deh pada saat-saat ini. Senggol sedikit, bacok,,hehehehe. Kidding.

Untuk meminimalisir setress, saya jadi rajin ikut yoga. Lumayan bisa membantu mengurai kemumetan yang ada. Yoganya sih tiga kali seminggu, tapi tiap pagi saya latihan sendiri di rumah. Selain itu, saya mulai menuruti saran teman untuk mulai hidup sehat ala-ala food combining dsb. Awalnya masih malas-malasan, tetapi setelah beberapa lama, akhirnya malah ketagihan, hehehe.

Oke, menulis ini pun sebenarnya salah satu cara untuk menenangkan diri dari urusan mellow-mellowan sebelum pergi. Seperti subuh pagi ketika tetiba hadis subuh langsung loncat ke tempat tidur pace mace, bermanja-manja seperti jaman SD, ato seperti beberapa hari lalu ketika saya jadi sensi harus meninggalkan rumah.

Well, it is time for yoga now. bye...

Wednesday, July 22, 2015

Melepasmu Kembali, Bukan Sayonara

Assalamualaikum.wr.wb.

Hai, sapamu lewat senyum.
Aku membalas lewat binar mata yang tak bisa sembunyikan sukacita pertemuan.
Kita kembali berbahasa dalam diam yang ribut.

Dan waktu selalu singkat untuk kita.
Sayapmu mengepak kuat menerobos langit.
Membawa serta parsel harapan kepada Penguasa Arsy

Dan Garuda,
Tetaplah berkunjung sesekali
Sampai sayapmu yakin akulah rumahmu.




Friday, May 22, 2015

Berburu Letter of Acceptance

Assalamualaikum. wr.wb.

Hallo, sudah lumayan lama tidak bersua. Rasanya kangen sekali. Ada banyak yang terjadi, ada banyak yang ingin dibagi di sini, namun apa daya mood yang naik turun plus banyak hal yang mesti dirampungkan membat saya belum bisa menulis lagi di blog. Sebenarnya, bukan tidak ada niatan sama sekali untuk membuat postingan baru, hanya saja, seringkali cerita itu mandek di tengah jalan (dan akhirnya berakhir di draft, mau dilanjutkan rasanya sudah lain_blame the mood, hehhe).

Oke, setidaknya hari ini saya janji tidak akan berhenti ditengah. Topiknya random aja yah., hehehe.

Well, setelah pengumuman lulus seleksi wawancara, agenda berikutnya dari rangkaian kegiatan penerima beasiswa LPDP adalah ikut PK alias persiapan keberangkatan. Ini wajib hukumnya untuk diikuti seluruh awardee, jika tidak ikut maka akan dinyatakan mundur. Saya dimasukkan di PK-33, bersama orang-orang super kece dari seluruh Indonesia bahkan ada yang sedang berdomisili di luar negeri (Mas Eko-Jerman, Ian-Taiwan, Mas Dayu-Singapura). PK berlangsung selama seminggu. Hanya seminggu, tapi suskses bikin hampir semua peserta gagal move-on. Sampai banyak yang pengen bisa ngulang lagi. Ya, PK 33 memang sedahsyat itu. Untuk cerita PK ini, saya niatkan untuk buat postingan sendiri di lain waktu, karena terlalu banyak cerita yang ingin saya abadikan, dan mungkin tidak maksimal jika saya include-kan dalam postingan kali ini.

Singkat cerita, seminggu berlalu dengan begitu cepat. saya jadi teringat dengan teori relativitas waktu, yang konon kalau kita bahagia, lengan waktu berputar dengan cepat, sementara ketika kita nelangsa, dia akan berputar lebih lambat dari kura-kura. Saya rasa itu benar adanya. Karena pas hari penutupan PK kemaren, saya sempat tak percaya, ini beneran sudah seminggu? Ini serius PK 33 udahan hari ini? Besok udah mau balik Kendari lagi? Yah begitulah, ada perasaan tak rela ketika PK telah berakhir.

Setelah PK, saya dihadapkan pada kenyataan lain bahwa saya adalah salah satu dari sedikit awardee beasiswa LPDP PK 33 yang belum punya LoA. Di grup Line Suryanara_UK chapter, teman-teman sudah heboh berburu informasi mengenai akomodasi, mekanisme pengurusan visa, settlement allowance (SA), dll. Dalam suasana itu, saya hanya bisa jadi silent reader dan rajin menyimpan informasi penting di note. Saya sendiri mulai ketar-ketir. Beasiswa sudah dapat, tapi kampus yang mau menerima belum dapat. Saya segera apply ke Uni yang saya tuju, yakni University of Aberdeen. Saya lalu mengunggah dokumen yang diperlukan trus submit (27 April 2015). Menurut teman yang juga daftar di Aberdeen, LoA mereka keluar dalam 2 minggu setelah submission, bahkan kata Bro Dion, dia dapat LoA dalam 3 hari.

Berdasarkan informasi itu, saya pun mulai menunggu dan menunggu. Tiga hari setelah submission date, saya ngecek email setiap saat (ada kali 60 kali sehari, hehehe), berharap ada email dari Aberdeen yang menyatakan saya diterima disana. Hasilnya nihil. Saya juga rajin ngecek ke akun pribadi di portal Aberdeen dan hasilnya sama. Saya mencoba sabar dan menunggu sampai 2 minggu. Hasilnya sama juga, status aplikasi masih dalam proses. Sementara di Line, teman-teman yang mau ke UK makin heboh aja, sudah sampai rencana liburan bareng keliling Eropa, dll. Kembali saya hanya jadi silent reader, hiks...

Tidak mau terus bertanya-tanya, saya nekad menelepon post graduate admission-nya. Biayanya lumayan banyak sih tapi tidak apa-apalah yang penting dapat jawaban pasti dan tidak harus setiap tiga detik cek email untuk ini, hehehhe. Kata pihak sana, status aplikasi saya masih dalam "dilelang" ke profesor gitu dan akan diberitahu hasilnya tidak lebih dari dua bulan setelah saya submit aplikasinya.

Saya akhirnya memutuskan untuk mencari alternatif ke dua dan ke tiga. Saya apply ke universitas lain di UK (anaknya udah UK garis kerass, hehehe). Uni of Exeter, Birmingham, Edinburgh, Nottingham adalah universitas target aplikasi saya selanjutnya sambil menunggu berita (semoga) baik dari Aberdeen. Rerata pada portal aplikasi universitas-universitas tersebut, disebutkan bahwa lama proses yang dibutuhkan untuk membuat keputusan apakah saya diterima atau tidak adalah delapan minggu bahkan lebih. Yaah, sama saja, tapi mau gimana lagi? kalau memang begitu ya harus diikutin aja.  Saya sudah berusaha semaksimal yang saya bisa. Hasil akhir Dia yang menentukan. Hari-hari berlalu, bayang-bayang berhasil dan gagal keterima terus ada di otak, tidak mau pergi. Pagi, siang dan malam saya dipenuhi dengan doa. Doa yang tidak henti.

Sampai akhirnya, secercah harapan datang dari dosen saya waktu S2 dulu. Beliau memasukkan saya dalam grup WA untuk Forum KUI PTM. Pada suatu kesempatan, saya bercerita bahwa saya adalah awardee beasiswa LPDP angkatan 33 tapi belum punya LoA. Saya juga menjelaskan mengenai jurusan yang saya ambil dan di universitas mana saja saya sudah apply. ketika saya sebutkan Nottingham, dosen saya (yang alumni Nottingham dan merupakan Kepala KUI di UMS) menawarkan bantuan. Kata Beliau dia kenal dengan Kepala IO disana. Tampaknya UMS juga punya kerjasama dengan Nottingham. Cocok deh. Beliau kemudian meminta nomor registrasi saya dan summary aplikasi online saya untuk diteruskan ke orang Nottingham. Tanpa membuang waktu, saat itu juga saya mengirim email kepada beliau dan selang beberapa menit saya sudah menerima forward-an email beliau ke staff di Nottingham mengenai aplikasi saya. Saya sadar bahwa bantuan ini tidak menjamin bahwa saya akan serta merta diterima. Bagaimanapun saya sadar pihak Nottingham pastilah akan bekerja secara profesional dan tidak akan menurunkan standar mereka dalam menjaring calon mahasiswa. Tapi, tetap saja ini membuat saya berbahagia. Saya bahagia karena saya sadar, Allah tidak pernah membairkan saya berjalan sendiri. Selalu ada malaikat yang dikirimNya untuk membantu saya. Setidaknya, walaupun pada akhirnya harapan saya tidak terwujud, saya tetap bersyukur karena pada prosesnya saya sudah berusaha secara maksimal.

Bantuan lain datang dari ELC, salah satu agen konsultasi pendidikan. ketika mengetahui saya adalah awardee LPDP dan belum mendapat LoA, ELC menawarkan bantuan untuk memfasilitasi aplikasi saya di Coventry dan Curtin (dua universitas yang menjadi klien mereka). Karena saya sudah UK-minded sekali, maka saya langsung tertarik pada Coventry, namun sayang sekali Coventry tidak masuk dalam list LPDP dan jurusan saya pun tidak ada disana. Maka, saya mencoba Curtin. Hmm, Australia bukan tujuan saya sih tapi apa salahnya mencoba dan menyiapkan alternatif ke sekian kalo sekiranya saya tidak berjodoh dengan UK. Jadilah akhirnya berkas yang diminta oleh ELC untuk pengurusan aplikasi ke Curtin saya kirim via email ke Mba Reni ELC. Terakhir saya dihubungi bahwa aplikasi saya sudah masuk dan masih dicarikan supervisor yang cocok katanya.

Sementara itu, beberapa malam yang lalu tepatnya, saya terbangun jam 2 malam karena kehausan, dan menyempatkan mengecek email. Aaaaannddd... hati saya berbunga-bunga. Offer letter dari Uni of Exeter. Offer ini sifatnya masih conditional karena score writing IELTS saya belum memenuhi standar mereka meski overall score sudah memenuhi syarat. Mereka memberi waktu sampai Januari untuk mengirimkan hasil IELTS yang baru yang sudah improve. Alhamdulillah, meski harus tes lagi tidak apa-apa dah. Yang penting sudah ada kursi yang disiapkan untuk saya. Saya optimis bisa memenuhi syarat score writing itu jika saya terus latihan dan latihan secara konsisten, aamiin. Korban uang tidak masalah. Bukankah mimpi harus diperjuangkan sampai titik darah penghabisan? Mundur dari posisi tambahan di UMK pun telah saya lakukan agar bisa lebih fokus ke sini. Intinya, saya tidak mau sampai ada penyesalan karena kurang all out nantinya.

Well, ini yang bisa saya ceritakan dalam postingan kali ini. mohon doanya agar secepatnya dapat kabar baik dari salah satu Uni tersebut ya, kawans.. sampai nanti, semoga hari kalian menyenangkan...




Thursday, April 09, 2015

Berhenti Saja. Sekarang Juga Ga Papa. Sekarang Saja!

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. 

Ungkapan ini sudah seperti mantra yang selalu saya ulang-ulang agar hati sedikit lebih tenang.  Yes,  kita memang hanya bisa mencoba memberi yang terbaik dari kita,  setotal yang kita bisa,  bahkan kalau perlu sampai berdarah-darah,  tapi pada akhirnya selalu saja ada orang yang tidak suka atau masih belum puas.

Jadi,  siang kemarin itu, saya seperti ditonjok tanpa basa basi dulu oleh kolega saya (I wont tell the detail as it only makes me feel worse than before). Saya paham,  dia orangnya really straight to the point,  in which for some cases,  itu yang saya hargai dari dia,  yet,  apa yg diucapkannya kemarin itu beyond my endurance.  Saya sedih,  dan parahnya saya membiarkan diri saya to feel like a s**t. Jadi,  selama ini penilaiannya gitu ya? Jadi itu malam-malam lembur,  semua effort yang saya kasih buat menyukseskan apapun kemaren-kemaren itu semuanya nothing?

Well,  iya,  harusnya saya sadar sejak awal sih kalau yang namanya kerja ikhlas itu bukan untuk sekedar mendapat appresiasi dari orang lain. Just do your best,  dan selesai. Orang mau menghargai atau tidak,  tidak boleh menghentikan kita untuk tetap memberi hanya yang terbaik. Tapi, setidaknya feedback yang diberikan mbok ya yang bisa membangun dan tidak membuat orang jadi merasa tidak berarti. Maunya sih seperti itu,  tapi. . ah sudahlah!

You cannot please everyone,  you just can't!

Ah,  bahkan ketika sudah mengulang kalimat ini jutaan kali,  sampai kehilangan maknanya,  tetap saja sakitnya masih terasa.  Untungnya ada tugas-tugas pra PK.  Untuk pertama kalinya,  ketika ada tugas baru yang diberikan,  saya sambut dengan gembira. At least bisa jadi pengalih perhatian dari suara suara sumbang yang trrus terngiang-ngiang di kepala.  "Iya,  berhenti saja.  Sekarang juga g papa.  Sekarang saja".

Oh,  cr*p!!

Sunday, March 22, 2015

Feeling Dumba-dumba

Assalamualaikum.wr.wb.

Pernah tidak ada yang merasa berdebar-debar tanpa sebab atau perasaan seperti sedang mengantisipasi sesuatu tapi kita tidak tahu itu apa? Semoga bukan cuman saya yang pernah merasakannya, karena saya mulai agak-agak parno dengan perasaan ini. Sudah sejak awal februari lalu, saya selalu merasa seperti ini. Tiba-tiba deg-degan dan saya sama sekali tidak punya clue ini karena apa. Pokoknya, mau dibilang takut juga bukan, seanng juga bukan. Itulah, semacam sedang mengantisipasi sesuatu gitu. Seperti berjalan di lorong panjang sambil terus bertanya-tanya apa yang akan saya temui di ujung sana. Antara excited dan cemas secara bersamaan.

Perasaan, kejadian demi kejadian yang saya alami biasa-biasa saja. Tidak ada yang terlalu istimewa. lalu, saya pun mulai merasa parno. Saya ingat postingan teman blogger mengenai firasat. Pernah katanya dia seharian merasa tidak enak dan ternyata dia mendapat kabar buruk. Mamanya sakit. Tapi, yang saya alami ini bukan perasaan tidak enak, cuman perasaan berdebar-debar yang saya tidak bisa gambarkan sebagai takut atau senang, atau apa. Tidak bisa saya definisikan.

Untuk menghilangkan perasaan ini, saya kemudian mencoba olah raga. Tiap pagi, sebelum ngantor, saya pilatesan selama setengah jam. Kayang dan push up menjadi gerakan andalan, karena baru itu yang bisa saya lakukan, hehehe. Mb Gida juga sempat ngajak gabung di kendari Indo Runner tiap weekend. Saya sebenarnya ingin sekali bisa bergabung, tapi selalu ada halangan pada saat hari H-nya. Well, sedikit banyaknya pilatesan ini membantu saya menghalau perasaan-perasaan tidak jelas ini. Memang ya, olahraga itu sangat penting untuk merawat raga dan juga jiwa.

Well, sebenarnya sampai akhir paragraf di atas, postingan ini adalah draft yang saya tulis beberapa minggu yang lalu. Sekarang, kayaknya saya tahu alasan deg-degan tidak jelas itu. Rupanya saya dinyatakan lolos beasiswa LPDP untuk progran Doktor Luar Negeri. Saya sendiri mengincar University of Aberdeen karena dari diskusi dengan beberapa alumninya (dosen dan teman saya ada yang alumni Aberdeen) suasana belajar di sana sangat asik. Tambahan lagi, sejak kecil saya sudah sangat memimpikan bisa ke UK, dan mimpi ini semakin menjadi-jadi pada menit pertama saya membaca Harry Potter, hehehehe

Lulus bea LPDP bukan berarti saya bisa bernafas lega, lho. Justru ini adalah awal dari langkah-langkah penuh tanjakan berikutnya. Berburu LOA, ikut program PK-33 LPDP april mendatang, in which sebelum PK saja tugasnya sudah banyak, urus VISA (yang menurut pengalaman teman-teman PK-33, bahkan lebih ruwet dibanding ngurus VISA ke US, huffft). Saat ini saja, saya masih dalam proses apply ke Aberdeennya. Ngisi portal application yang saya bisa isi, sambil skip-skip dokumen yang belum ada (lumayan juga sih dokumen yang mesti diunggah, but it's OK). Belum lagi katanya kalo ngurus VISA ke UK, sudah ada aturan baru lagi yakni harus sudah punya IELTS life skills. IELTS life skills ini berupa tes tunggal untuk keterampilan mendengar dan berbicara. Jadi, meskipun sudah punya sertifikat IELTS Academic, tetap harus punya ini juga (kok ribet ya, padahal kan di IELTS akademik juga sudah mengcover speaking dan listening).

Di saat yang sama, perkuliahan di UMK sudah mulai masuk semester genap, yang artinya aktivitas ngajar-ngajar sudah mulai rame lagi. Semester ini saya dapat 10 kelas (padahal sudah mohon-mohon untuk dikurangi, hiks..). Belum lagi aktivitas di KUI. Sebenarnya, untuk sekarang KUI tidak terlalu menuntut sih, tidak kayak beberapa bulan yang lalu yang hectic banget. Tapiiiiiiii... yang bikin setress adalah adanya kegiatan-kegiatan dadakan yang saya baru DIKASIH TAHU oleh si Bos pada hari H-nya. Itupun saya tahunya setelah P Dikman ngomel-ngomel di telepon tentang kinerja KUI (hiks...). Ketika saya confirm ke bos, eeeh si Bos malah ngomong dengan nada seolah-olah beliau telah menjelaskan segala sesuatunya dari A sampai Z ke saya (ingin rasanya gantung diri saat itu juga, huaaaaaaaa).Sepertinya saya harus belajar bahasa telepati deh, biar bisa ngeh sama kemauan si Bos. Apalagi, akhir-akhir ini beliau semakin fasih dan nyaman saja dengan gaya bahasa model begono :( .

Yah, jadinya saya curcol lagi yak? hehehe. Ga papa kan ya, kan namanya juga mau mengeluarkan keluh kesah. Okeeh dokehh, selesai curcolnya, sekarang kembali bekerja.

Pliiiisss, wish me luck with my LOA stuff :)


Wednesday, February 25, 2015

Random Stories

Assalamualaikum.wr.wb.

Hari yang absurd. Mood naik turun. Trus tetiba dikepala berkeliaran ide-ide tidak masuk akal, diantaranya pengen punya naga kayak toothless atau Big Hero, pengen bisa jadi Miss Dolitle, dll.dll.

Sebenarnya cuman mo bilang itu saja sih, tapi tiba-tiba kepikiran tadi rekor makan durianku untuk tahun ini pecahhh. Bareng teman-teman di EngDept UMK, itu berikat-ikat durian dikeroyok sama 5 orang dan HABISSSS... hahahaha. Asli lucu sih tadi makan duriannya sampe khusyuk gitu, no talking-talking while eating yang ada semua pada konsentrasi melahap durian sampai titik darah penghabisan.

Udah itu ajahhh, sekarang mau pulang,,,

Tuesday, February 24, 2015

Politics?

Assalamualaikum.wr.wb.

Dari dulu saya tidak begitu menyukai politik. Oleh karena itu, saya selalu berusaha menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berbau politik. Baik itu diskusi kecil yang biasanya berujung pada debat kusir apalagi terlibat di dalamnya.NO WAY! Tetapi, seberapa besar pun usaha saya menghindarinya, masiiih saja saya beberapa kali "terperangkap." Contohnya, ketika di kampus sedang "panas-panasnya" pemilihan rektor baru, saya memilih untuk tidak ikut arus kubu-kubu yang ada. Bukan apa-apa sih, tapi malas saja. Definitely not my cup of coffee.

Tapiii, pada akhirnya, saya tidak bisa menghindar dari atmosfir yang tercipta sekarang. Bisik-bisik dimana-mana entah itu benar atau tidak hampir ditelan mentah-mentah oleh sebagian teman. Wajah-wajah saling curiga menjadi pemandangan yang lazim. Padahal saya netral-netral saja, masih juga dicurigai memihak kubu tertentu, cape deeeh.  Inilah yang membuat saya malas dengan dunia politik. Saya menyaksikan beberapa teman, yang  termasuk dalam salah satu fan boys dari kubu-kubu itu, yang biasanya kritis dalam mencerna sebuah informasi, sekarang menurunkan perisai kritisnya. Semua info yang menjelek-jelekkan kubu sebelah telah menjadi informasi yang benar bagi mereka, sedangkan info tentang yang baik-baiknya kadang sengaja tidak digubris.

Saya memperhatikan polanya sama saja dengan pilpres yang kemaren. Fanatisme berlebihan, standar ganda, pembenaran, bla..bla..bla.. Oh I hate Politics! Mending main game sajaaah, heheheh   

Tuesday, February 17, 2015

For My Dreams...

Assalamualaikum.wr.wb.

Kendari diguyur hujan lagi. Gerimis yang terasa sedikit melankolis. Ini sudah musim liburan kampus jadi susana sore ini sangat lenggang. Ditambah jam kantor memang sudah usai dari tadi. Sempurnalah sepinya. Saya dengan sengaja memilih waktu ini untuk berkontemplasi. Seminggu ini, sangat menguras tenaga dan fikiran. Menjadi panitia kegiatan Kuliah Kerja Amaliah (KKA) tahun ini, yang persiapannya dadakan dan terkesan tergesa-gesa cukup bikin setress sebenarnya. Tapi, sudahlah, saya sedang tidak ingin membahas itu.

Jadi, ketika tadi satu persatu kolega pamit pulang duluan, saya pun menyempatkan diri melakukan self evaluation terhadap target saya sampai sekarang ini. Tahun ini, saya merencanakan untuk bisa lanjut sekolah lagi, kalau bisa keluar negeri. So, saya berencana untuk memaksimalkan applikasi beasiswa ke luar negeri yang terbuka saat ini (Fullbright, AAS, LPDP, BPPLN, you name it!). Pokoknya fokus saya tahun ini adalah berburu beasiswa sekolah overseas.

Saat ini, application form untuk AAS dan Fullbright sudah setengah jalan terisi. Saya juga mulai berburu LOA ke Uni di UK. Untuk AAS, saya mungkin akan mencoba apply ke Uni lain yang rankingnya lebih tinggi dari Uni yang saya aplly tahun lalu. Why? Karena katanya kandidat yang memiliki Letter dari Supervisor dari High Rank Uni akan lebih diprioritaskan. Katanya sih begitu. Nah, untuk mendapat LOA saya perlu amunisi dong. Promising proposal research topic dan score tes bahasa Inggris menjadi sangat penting. Untuk itu, akhir bulan ini saya akan mengikutu tes IELTS di IDP Makassar.

Tesnya akan dilaksanakan pada tanggal 28 Februari. Sebelas hari lagi dari sekarang. Saya, yang biasanya santai untuk tes seperti ini dibuat dumba-dumba oleh K Rahma. "Rin, buat persiapan yang bagus, dek. Sayang lho uang segitu" katanya. Biasanya saya cuman nyengir pas dia bilang begitu. Tapi, sore ini saya jadi mikir, iya yah, lumayan juga sih uang segitu kalo cuman di pake buat "gambling." Selama ini excuse saya adalah, kan saya sudah ngajar listening III and writing III yang notanebe adalah listening dan writing IELTS, tapi karena takut terkesan sombong, saya pun memutuskan untuk setidaknya latihan lagi lah. Dan saya memilih sore ini untuk mulai melakukannya.

Saya mulai dari latihan writing yang menurut saya agak sedikit complicated. Saya coba pake timing ketika menulis. Hasilnya saya ternyata kembali kaku, pemirsaaaahhh. Menulis dengan tangan sudah sangaaat jarang saya lakukan, apalagi dibawah tekanan. Saya membaca ulang tulisan saya dan mendapati range vocabnya lumayan menurun dari IELTS kemaren, organisasi idenya juga masih belum memuaskan. Hmmm... memang tidak selayaknya saya menggampangkan masalah. Latihan itu perlu biar tidak ada yang tersisa untuk disesali nanti. Thanks to K rahma yang sudah mengingatkan saya yang kebanyakan ngeyel ini, hehehhe...

Oke, masih ada sebelas hari, Ririn. Mari manfaatkan sore yang damai ini untuk latihan. Mimpi harus diperjuangkan sampai titik darah penghabisan agar kita bisa tersenyum diakhir semua usaha, aamiin... ^^


Thursday, January 29, 2015

Another No

Assalamualaikum.wr.wb.

Setelah lebih dari sebulan sejak saya diwawancara via telepon oleh Sara Smith dari Mosaic International leadership Program, akhirnya hasilnya saya terima juga lewat email. Another No, hiks.

Well, sedikit banyaknya saya sedih dan kecewa. Meski pada saat wawancara saya sudah merasa kemungkinan 70% saya tidak lulus, mengingat profil alumni tahun-tahun sebelumnya memang luar biasa. Mereka adalah benar-benar salah satu putra putri terbaik bangsa yang diusianya yang masih sangat muda, telah memberikan sumbangsih yang tidak sedikit.

Hiks hiks, masih lemas saja rasanya. Satu lagi pintu tertutup. Semoga pintu lain masih ada yang terbuka, aamiin


Wednesday, January 28, 2015

End means end!

Assalamualaikum.wr.wb.

Kita tidak ingin ini berulang lagi dan lagi, kan?
Bukan hanya pria yang ucapan dan janjinya harus bisa dipegang.
Wanita juga, Rin!
Apalagi jika itu ditujukan untuk diri sendiri.
Apalagi jika itu adalah resolusi menjelang usia 30.

Monday, January 26, 2015

Ketika Sahabat Mulai Menjadi Sedikit Menyebalkan...

Assalamualaikum. wr.wb.

Oke, dari judulnya sudah keliatan kalau postingan kali ini isinya tentang ngedumel, hehehhe. So, saya lumayan dekat dengan orang ini. Bisa saya katakan sahabat lah. Beberapa hal yang sifatnya pribadi sering saya curhatkan ke dia. Dia baik, dewasa, cerdas dan sholeh. Saya menikmati saat-saat bersamanya. Karena berada dalam lingkup kerja yang sama, maka hampir tiap hari saya berinteraksi dengannya.

Tetapi, seperti halnya juga saya dan semua orang di dunia ini yang tidak sempurna, belakangan ini saya mendapati karakternya yang tidak membuat saya sebetah dulu berdiskusi dengannya. Akhir-akhir ini curhat dengannya selalu berakhir dengan "perang dingin". Mmm, pola percapakapan  kami lebih sering saya mulai bertanya terhadap sesuatu, dia menjawab, saya menyanggah, dia berkeras, dan saya mengalah. Tak jarang sebenarnya dalam perdebatan itu, saya merasa saya yang benar, begitupun sebaliknya.

Saya sebenarnya terbuka terhadap perbedaan. Namun, cara menanggapi perbedaan pendapat itu tidak mesti dengan menyatakan pihak yang berbeda salau atau berbohong. Saya fikir dia cerdas, dan setahu saya orang cerdas biasanya akan lebih arif menanggapi perbedaan. Beberapa orang cerdas yang saya kenal hampir tidak pernah menyalahkan orang lain. Biasanya mereka akan memulai mengemukakan gagasannya dengan berkata seperti ini: "mmm,, begitu ya, tapi setahu saya..." bukan malah berkata: "Ah, mustahil itu... salah itu..." Padahal, ketika saya sodorkan bukti mengenai itu, toh dia tak berkutik juga.

Sungguh, menyebalkan sekali jika dituding berbohong atas sesuatu yang benar-benar terjadi. Atau disalahkan padahal kita punya bukti autentiknya, dan kita juga tahu betul bahwa dia menyalahkan seperti itu karena dia TIDAK TAHU. Yang jadi poin adalah, ternyata dia tidak secerdas dan sebijak yang saya kira. Karena orang cerdas yang saya tahu tidak akan sembarang menyalahkan orang lain hanya karena dia memiliki pandangan yang berbeda. orang cerdas sangat paham bahawa semakin banyak dia tahu, semakin dia menyadari ada lebih banyak hal yang dia tidak tahu, dan bukan berarti yang tak diketahuinya itu otomatis salah.

Bukan salah sahabat saya sepenuhnya. Mungkin ekspektasi saya yang terlalu tinggi untuknya. Padahal saya harusnya menyadari, tidak ada orang yang sempurna. Mungkin tanpa saya sadari, dia juga menganggap saya jauh lebih menyebalkan lagi, hehehehe... Kalau mau sedikit lebih dewasa, saya sebenarnya bisa bercermin kepada dia. Dia mungkin adalah cermin yang paling jernih akan karakterku sendiri. Beberapa karakternya adalah karakterku sendiri, mungkin itulah sebabnya saya bisa nyaman berada didekatnya. Namun, dari sini saya harus belajar bahwa beberapa karakter kami tidak begitu disenangi orang lain...

Wednesday, January 21, 2015

Ketika Hati Saya Berkata: Let Him Go...

Assalamualaikum.wr.wb.

Setengah berbisik, lelaki itu melafaskan takbir kemudian diikuti membaca Surah Al-Fatiha dan Ayat Kursi, selanjutnya takbir lagi dan kemudian ruku', dan seterusnya sampai ibadah sholat magribnya ditutupnya dengan mengucap salam. Tadi itu, saya yang memang sengaja lembur, masih menatap komputer ketika tetiba pintu terbuka dan masuklah ia dengan tergesa untuk mengambil air suci dan kemudian tanpa ba bi bu langsung menghadap Sang Khalik.

Usai salamnya, dia bangkit dan bertanya, "belum pulang, Rin?' yang saya jawab "lembur, Pak". Kemudian ia mengenakan kembali kaos kaki dan sepatunya lalu pamit pulang. ketika punggungnya menghilang di balik pintu, saya berhenti menatap worksheet saya di Excel. Saya merenung setidaknya sekitar 5 menit mengenai yang terjadi barusan.

Seharusnya hal yang tadi itu adalah hal yang biasa saja. Seorang hamba adalah wajib beribadah kepada Tuhannya. Namun, saya tetap tersentuh ketika ada seorang hamba, tak peduli seberapa sangar tampangnya, seberapa cuek kelihatannya, tetap tunduk pada perintah agamanya. Saya bahagia dan bersyukur selalu dipertemukan dengan orang-orang seperti ini. Sangat nyata kasih sayang Tuhan padaku. Aku dikumpulkan dengan orang-orang yang sadar atau tidak telah membantuku terus istiqomah.

Saya lalu teringat pada rsolusi yang kubuat pada detik-detik usiaku genap 30 tahun: berhenti menunggu yang mungkin memang bukan jodoh saya, saatnya terbuka pada orang lain, yang pada waktu yang tepat, selalu menggelar sajadah menghambakan diri sepenuhnya pada Sang Pencipta. Karena itulah intinya hidup ini. Dan saya membutuhkan partner seumur hidup yang juga memiliki pandangan yang sama. So... I officially let you go, dear you...